Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah, Semut dan Cicak...

Dongeng Fabel Ayam Jago dan Jarum Emas Burung Elang

Dongeng Fabel Indonesia Ayam Jago dan Jarum Emas Burung Elang
Salam jumpa lagi di Cerita Dongeng Indonesia bersama kami, Kak Edi yang selalu setia menuliskan dongeng untuk sobat baca. Kali ini kami akan menuliskan cerita tentang persahabatan ayam jago dan Burung Elang. Pada zaman dahulu kala, di hutan rimba hiduplah sepasang sahabat karib yang sangat baik. Mereka adalah ayam Jago dan burung Elang. Keakraban dan kedekatan mereka hampir seperti keluarga, diantara mereka tak jarang saling membantu dan menolong satu sama lain. Pada suatu hari ketika si ayam jago sedang asik menikmati suasana pagi di dalam hutan, tanpa sepengetahuanya di balik semak-semak ada sekor singa yang sedang mengintai dan siap memangsanya. “Hupp…!!” singa melompat hendak menerkam ayam jago, namun secara reflex Ayam jago bisa mengelak dari terkaman singa. Ia pun berlari sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri, tapi singa itu terus mengejarnya. “Hai ayam jago !!! mau lari kemana kau?!!” teriak singa sambil terus berlari mengejar si jago. 

 

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :

Singa yang sedang kelaparan karena sudah beberapa hari tidak makan itu pun tak mau kehilangan mangsa yang sudah di depan mata. Sedangkan si ayam jago berusaha berlari lebih cepat, karena ayam tidak bisa terbang, dia pun hanya bisa berlari di tanah. Ayam jago semakin terdesak, tentu saja kecepatan larinya tak bisa menandingi kecepatan singa. Tak butuh wktu lama, Singa pun mampu menangkap ayam jago. Dicengkeramnya erat-erat tubuh ayam jago, dia tidak mau mangsanya terlepas. “Hahahahahah…. Sekarang kau sudah aku tangkap. Aku akan menyantapmu. Sepertinya dagingmu sangat empuk dan lezat hai ayam !!!”. Kata singa sambil menyeringai memamerkan giginya yang tajam. Ayam pun gemetar ketakutan dan berusaha berontak mencoba melepaskan cengkeraman singa. Ia kibaskan sayapnya untuk memukul muka singa, namun perlawanan jago tidak berarti bagi singa yang kekar. “Lepaskan saya…!! Lepaskan !!” teriak jago pada singa. Namun cengkeraman singa malah makin erat, ia sudah mebuka mulutnya bersiap memakan si ayam Jago. Namun tiba-tiba sang elang datang dan menyerang singa itu secara bertubi-tubi hingga tubuh singa berdarah-darah penuh luka cakaran dan patukan Elang, Akhirnya singa itupun menyerah dan berlari kembali masuk ke dalam hutan rimba dengan membawa luka dan rasa sakit di sekujur tubuhnya. "Untungkah kamu cepat datang kawan.... Terimakasih elang sahabat ku. Kalau terlambat sedikit saja, mungkin aku sudah di mangsa oleh Singa itu". Kata ayam jago dengan nafas terengah-engah. "Sama-sama kawan. Bukankah sebagai sahabat kita memang harus saling menolong".Kata elang dengan ramah. "Tapi tidak selamanya kamu bisa menolong ku, Hari ini aku termasuk beruntung karena kau tepat waktu datangnya, coba tadi telat sedikit saja. Pasti aku sudah jadi almarhum sekarang". Kata ayam jago dengan wajah murung.

 "Sudahlah kawan. Tak usah murung begitu. Mungkin ucapan mu memang benar.Andai saja aku bisa melakukan sesuatu untuk membuat mu bisa merasa tenang,pasti akan aku lakukan".Kata elang coba menghibur. "Yah..Mungkin memang sudah takdir kawan. Aku ini cuma seekor ayam, takdir ku hanya bisa berjalan di atas tanah. Andai saja aku bisa terbang seperti mu, pasti tak ada lagi yang bisa mengganggu ku". Kata ayam setengah mengeluh. "Hmm..Kalau itu keinginan mu, mungkin aku bisa membantu".Jawab elang. "Benarkah kawan? Bagaimana caranya?". Tanya ayam Jago penasaran. "Bangsa burung mempunyai sebuah benda pusaka wasiat dari leluhur kami berupa jarum emas. Jarum itu kami gunakan untuk menyulam bulu di sayap-sayap kami agar kami bisa terbang tinggi. Tapi... Jarum itu tak bisa di pinjamkan pada semua binatang, Karena jarum itu adalah benda pusaka bangsa kami".Jawab elang. "Wahh... benarkah? Apa kau juga tak bisa meminjamkanya pada ku? Kita kan sahabat baik, masa kau tidak percaya padaku?". Tanya ayam coba membujuk Elang. Sesaat, Elang terdiam tampaknya ia sedang berfikir, tapi setelah ayam terus merengek dan membujuknya...Akhirnya elangpun luluh dan berjanji, Bahwa esok ia akan datang lagi ke rumah ayam jago dan meminjamkan jarum emas itu. Hari sudah beranjak sore. mereka pun pulang kerumahnya masing-masing. Keesokan harinya, ayam jago tampak sudah rapi duduk di teras rumah. Sesekali dia keluar dan melihat sekeliling. Tampaknya dia sedang menunggu kedatangan burung Elang.

Tidak begitu lama, akhirnya burung elang tiba di rumah ayam Jago. Burung elang langsung duduk sambil mengeluarkan sesuatu dari balik sayapnya. "Nah gunakanlah jarum ini dengan bijak. Jaga baik-baik. Jangan sampai kamu hilangkan. Karena aku yang meminjamnya dari raja burung Elang. Jika sampai ada apa-apa pada jarum ini, maka bangsa elang yang akan menanggung aib dan di salahkan oleh semua bangsa burung. Dan ingat pesan ku, Setelah selesai kau pakai, simpanlah baik-baik sampai aku datang untuk mengambilnya. Jangan kau pinjamkan pada siapapun tanpa seijin ku". Kata elang berpesan pada Ayam Jago. "Aku paham kawan. Aku berjanji akan mengingat dan memenuhi semua pesanmu itu. Dan jarum ini akan ku jaga baik-baik". Jawab ayam jago Meyakinkan. "Baiklah kalau begitu. Jarum itu aku pinjamkan pada mu. Lima hari lagi aku akan datang untuk mengambilnya kembali".Kata elang kemudian terbang tinggi ke cakrawala.

Setelah elang pergi, ayam jago pun cepat-cepat menyulam sayapnya dengan jarum emas. Dia tak sabar untuk segera dapat terbang seperti elang, kawannya. Namun baru setengah sayap yang di sulamnya, dia tak sabar untuk segera mencoba. Diapun menaruh jarum emas itu di atas batu, kemudian dia mencoba terbang naik ke atas pagar. "Ahaaa....Ahirnya aku bisa terbang sekarang !!!". Teriak ayam jago dengan bangganya. Walau hanya baru setinggi pagar, dia sudah sangat merasa bangga dan senang. Tiba-tiba si ayam betina datang. Dia sangat heran dan takjub melihat ayam jago yang bisa naik di atas pagar. "Hai ayam jago, bagaimana kau bisa naik setinggi itu?".Tanya si ayam betina penasaran. "Aku terbang untuk naik ke sini". Kata ayam jago membanggakan diri pada ayam betina. "Terbang???! Bagaimana bisa?". Tanya ayam betina semakin penasaran dan tidak percaya. "Tentu saja bisa. Aku menyulam sayap ku dengan jarum emas yang aku pinjam dari elang sahabat ku". Jawab ayam jaga sambil terus mengepakan sayapnya tanpa memperhatikan ayam betina. "Wah..Hebat. Apakah aku boleh meminjamnya juga agar aku bisa terbang sepertimu??". Kata ayam betina mencoba merayu. "Ya Tentu saja boleh. Ambilah jarum sakti itu di atas batu di sebelah mu. Lalu cepatlah terbang ke samping ku". Kata ayam jago dengan gembira. Dia telah lupa pada janjinya pada burung Elang. Si ayam betina pun segera menyulam sayapnya. Karena tak sabar ingin segera bisa terbang seperti ayam jago, sebentar-sebentar dia terus mencoba terbang. Begitu dia lakukan berkali-kali sampai lupa akan jarum emas milik Elang. Dan akhirnya..Ayam betina pun bisa terbang ke atas pagar menyusul ayam jago. Mereka berduapun sangat senang dan gembira sekali. Setelah mereka puas bertengger, merekapun kembali turun untuk meneruskan menyulam agar bisa terbang sepenuhnya. Namun, Jarum emas yang mereka gunakan telah hilang entah kemana. Mungkin karena kibasan sayap ayam betina tadi, jarum itu jatuh kesela-sela bebatuan. "Wah celaka!! Kau taruh dimana jarum emas tadi?". Tanya ayam jago mulai panik. "Aku tak tahu, aku lupa menaruhnya..".Jawab ayam betina. "Kalau sampai jarum itu hilang, elang pasti akan sangat marah pada ku. Ayo kita segera mencarinya sama-sama". Kata ayam jago makin panik. Mereka berdua pun segera mencari jarum itu, lama mereka mencari namun tetap tidak ditemukan. Mereka makin panik dan mulai mencakar-cakar tanah berharap jarum itu mereka temukan, siapa tahu jarum itu terselip dan tertimbun ke dalam tanah.

Tapi sampai hari menjelang gelap, jarum itu tak mereka temukan. Dan pada esok hari merekapun kembali meneruskan pencarian. Tapi sampai hari kelima, jarum itu tetap tidak ditemukan. Sampai pada akhirnya Elang pun datang untuk mengambil jarum itu. Tapi setelah mendengar jarum itu telah hilang, elang sangat marah. Dia sangat murka karena ayam jago sahabatnya telah melanggar janji. Ayam jago telah meminjamkan jarum emas itu tanpa seijin sang elang, hingga membuat jarum itu hilang. "Hai ayam jago!!!.. Aku percaya pada mu, tapi kau menghianati kepercayaan ku. Apakah kau tak sadar? Karena kecerobohanmu, bangsa elang akan menanggung akibatnya. Selama kau belum menemukan dan mengembalikannya padaku, anak cucu dan keturunanmu tidak akan aman dari ancaman bangsaku". Kata elang yang kemudian terbang dengan membawa amarah.

Dan sejak saat itulah, sampai sekarang elang selalu menyambar anak-anak ayam dan ayam juga selalu mencakar-cakar tanah ketika mereka mencari makan. Berharap mungkin mereka bisa menemukan jarum emas yang pernah mereka hilangkan. Dan kebiasaan itu terus ke anak cucu ayam sampai saat ini.

Baca juga Kumpulan Dongeng Fabel lainnya DISINI

Nah, Demikian tadi sobat dongeng, cerita tentang persahabat yang berakhir dengan permusuhan anatar Ayam dan burung Elang. Semoga kita dapat mendapatkan pelajaran dari dongeng fabel diatas ya. Sampai jumpa di cerita dongeng fabel laiya yang tentunya makin menarik untuk sobat dongeng baca bersama keluarga di rumah, wassalam. 

 

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Ayam Jago dan Jarum Emas Burung Elang adalah : Jangan pernah mengkhiati kepercayaan yang diberikan kepada kita, karena itu akan membuat orang lain kecewa dan tak mempercayai kita lagi. Berusahalah menjadi orang yang mampu mengemban amanah. Dan Jangan pernah mengambil atau meminjamkan sesuatu tanpa seijin pemiliknya.

Burung Bangau dan Seekor Ketam

Bangau dan Kepiting
Halo adik-adik yang manis, salam jumpa lagi dengan Kak Edi di Cerita Dongeng Indonesia. Kali ini kakak akan mendongeng tentang kisah Burung Bangau dan ketam/Kepiting. Ceritanya begini, Pada zaman dahulu diceritakan terdapat sebuah danau atau tasik yang sangat indah. Airnya sungguh jernih dan di dalamnya ditumbuhi oleh bunga teratai yang berbunga sepanjang masa. Suasana di sekitar danau tersebut sungguh indah. Pepohonan yang tumbuh di sekitarnya hidup dengan subur dan rindang. Banyak kawanan burung yang tinggal di kawasan tasik tersebut. Salah satunya adalah burung bangau. Di dalam danau/ tasik itu hidup bermacam-macam ikan dan hewan lain. Selain ikan, hidup juga seekor kepiting atau ketam. Ikan-ikan kecil di tasik tersebut sangat jinak dan mudah ditangkap. Setiap hari burung bangau sentiasa menunggu di tepi tasik untuk menagkap ikan yang lengah. Beberapa tahun kemudian burung bangau semakin tua. Ia tidak lagi gesit menangkap ikan. 

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :

Bahkan tidak jarang ia tidak memperoleh ikan satupun untuk dimakan. Ia berkata dalam hati “Kalau begini terus, aku bisa mati kelaparan kerana tidak mampu lagi untuk menangkap ikan. Aku mesti mencari jalan supaya aku dapat memperoleh makanan dengan mudah”. Burung bangau mendapat ide dan berpura-pura duduk termenung dengan perasan sedih di tepi tasik. Seekor mati.” Katak mengangguk- ngangukkan kepalanya sebagai tanda sepakat dengan perkataan bangau tadi. Tanpa membuang waktu katak terus melompat ke dalam tasik untuk menceritakan hal tersebut kepada kawan-kawan yang lain. Berita bencana kemarau telah tersebar ke seluruh tasik begitu cepat dan semua penghuni tasik berkumpul ditempat dimana bangau berada. Mereka riuh menanyakan kepada bangau akan kebenaran berita tersebut. Seekor ikan gabus bertanya kepada bangau “Apakah persiapanmu untuk membantu kami semua?” Burung bangau berkata “Aku ada satu cara, tetapi aku khawatir kamu semua tidak setuju.” “cepat katakan saja” kata Gabus seolah-olah tidak sabar lagi mendengarnya. Bangau berkata ” Tidak jauh dari sini ada sebuah tasik yang besar dan airnya dalam, aku percaya tasik tersebut tidak akan kering walaupun kemarau yang panjang.” “Bisakah engkau membawa kami ke sana” tanya ketam yang berada di situ. “Aku bisa membawa kamu seekor demi seekor karena aku sudah tua dan tidak berdaya membawa kamu lebih daripada itu” kata burung bangau lagi.. Mereka pun setuju dengan pendapat burung bangau. Burung bangau mulai mengangkut seekor demi seekor ikan dari tasik tersebut, tetapi ikan- ikan tersebut tidak dipindahkan ke tasik yang dikatakannya. Malahan ia membawa ikan-ikan tersebut ke batu besar yang berada di tepi tasik dan dimakannya ikan itu dengan lahap sekali karena ia belum makan selama beberapa hari. Setelah ikan yang dibawanya dimakan habis, ia terbang lagi untuk mengangkut ikan yang lain. Begitulah seterusnya sampai akhirnya tiba giliran ketam. 


Oleh karena ketam mempunyai capit ia hanya bergantung pada leher burung bangau dengan menggunakan capitnya. Ketika hampir sampai ke tasik, ketam melihat ke bawah dan melihat tulang-tulang ikan berserakan di atas batu besar. Melihat hal tersebut ketammerasa cemas dan berfikir di dalam hatinya “Matilah aku kali ini dimakan oleh burung bangau.” Lalu ia memikirkan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya dari bangau yang jahat dan rakus tersebut. Setelah tiba di atas batu besar ketam masih lagi berpegang pada leher bangau sambil berkata “Dimanakah tasik yang engkau katakan itu dan kenapa engakau membawa aku di sini?” Bangau pun tertawa terbahak-bahak lalu berkata “Kali ini telah tiba saatnya engkau menjadi makananku hay ketam !!.” Dengan perasaan marah ketam menjepit leher bangau dengan lebih kuat lagi menyebabkan bangau sukar untuk bernafas, sambil merayu minta di lepaskan, ia berjanji akan mengantar ketam kembali ke tasik tersebut. Ketam tidak mempedulikan rayuan bangau malah ia menjepit lebih kuat lagi sehingga leher bangau terputus dua dan bangau pun almarhum. Ia bersyukur karena selamat dari kekejaman bangau, ia berjalan menuju ke tasik sambil membawa kepala bangau. Setibanya di tasik, kawan-kawannya masih setia menunggu giliran masing-masing. Setelah melihat ketam sudah kembali dengan membawa kepala bangau mereka heran, ketam lalu menceritakan apa yang terjadi pada ikan-ikan yang dibawa bangau. Semua binatang di tasik tersebut merasa gembira sebab mereka dan tidak menjadi makanan burung bangau yang tamak dan mementingkan diri sendiri. Mereka mengucakpan terima kasih kepada ketam karena telah menyelamatkan mereka semua. 

 

Itulah tadi adik-adik, cerita tentang bangau dan seekor ketam. Adik –adik tidak bloeh meniru sifat burung bangau yang jahat dan licik. Demi kepentingan dirinya ia berbohong pada kawan-kawan hewan lainnya. Kita tidak boleh bohong kepada teman atau siapapun. Karena berbohong sangat dilarang oleh agama, berbuatlah jujur kepada siapapun. Tokoh antagonis?tokoh jahat dalam cerita dongeng diatas adalah burung Bangau, sedangkan Ketam adalah tokoh Protagonis/tokoh baik dalam cerita tersebut. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan bisa mencontoh perbuatan baik dalam dongeng yang kakak hadirkan ya. Sampai jumpa di cerita dongeng Indonesia selanjutnya. Wassalam. 

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng. 

Baca juga Cerita Dongeng Fabel seru lainnya DISINI