Abu Nawas Panah Pembawa Rezeki

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Panah Pembawa Rezeki, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Panah Pembawa Rezeki, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Abu Nawas sering tidak punya kemampuan untuk menjalankan perintah Raja. Namun, tugas yang diberikan oleh raja selalu terselesaikan dengan baik olehnya. Wal hasil, rezeki tak disangka pun diperolehnya.

Suatu hari, raja mengundang Abu Nawas untuk ikut makan bersamanya. Maka, Abu Nawas pun dijemput di rumahnya oleh para pengawal kerajaan untuk menghadiri jamuan tersebut. Tidak lama, Abu Nawas pun tiba di istana dengan mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Raja segera mengajak Abu Nawas untuk saling berbincang di sebuah pendapa. Segala jenis makanan lezat dan minuman yang segar tersedia di jamuan tersebut. Abu Nawas yang jarang melihat makanan selezat itu, segera menyantapnya dengan sangat lahap. Apalagi seharian ia belum makan. Sementara sang raja terus bicara tentang kekuasaannya.

Raja Harun Ar-Rasyid bicara mengenai wilayah kerajaannya yang luas dan hal-hal lain menyangkut kerajaannya. Abu Nawas sebagai teman bicara justru asyik dan sibuk dengan makanan di hadapannya. Raja bicara tentang ini dan itu, Abu Nawas cuma manggut-manggut aja. Paling hanya menjawab, "hmm, begitu ya". Setelah panjang lebar bercerita, raja mulai mengajukan pertanyaan kepada Abu Nawas. "Abu Nawas, andai saja semua benda ada nilainya. Berapa harga diriku?" tanya raja kepadanya.

Dalam keadaan perut yang kenyang, Abu nawas menjawab pertanyaan raja sekenanya aja. Tanpa pikir panjang. "Hmm,, Menurut hamba, mungkin sekitar 100 dinar, baginda." jawab Abu Nawas. "Keterlaluan kau ini, Abu Nawas. Harga ikat pinggang ku saja 100 dinar," bentak sang raja. "Tepat sekali, tuan. Yang saya nilai adalah ikat pinggang milik paduka" ujar Abu Nawas. Raja tidak ingin dipermalukan lagi oleh Abu Nawas dengan kecerdikannya. Oleh karenanya, raja tidak mau ambil resiko dengan berdebat.

Kemudian raja mengajak Abu Nawas untuk menuju ke arena latihan para prajurit. Di medan latihan tersebut, nampak para prajurit sedang berlatih beladiri dan ketangkasan. "Wahai, Abu Nawas. Di depan para prajurit, tunjukkan keahlian dan kemampuanmu dalam memanah. Lepaskan anak panahmu sekali saja. Jika tepat mengenai sasaran, aku akan memberimu hadiah. Tapi jika meleset, kau dinyatakan gagal dan menerima hukuman penjara". Kata raja menjelaskan. Tanpa menunggu lama, Abu Nawas segera mengambil anak panah dan busurnya. Karena ia faham bahwa raja akan bersikeras jika ia menolak perintahnya.

Abu Nawas memantapkan hati dan fikirannya untuk melepaskan anak panah. Namun, ternyata anak panah yang ia bidikkan tidak mengenai sasaran. Anak panah meleset dari sararan. "Tahukah anda, tuan raja? Berdasar hasil pengamatan saya, Ini adalah gaya memanah para makelar tanah," kata Abu Nawas untuk menutupi kegagalannya. Tanpa menunggu komentar dari raja, Abu Nawas mencabut anak panah lagi, dan membidikkan ke sasaran. Dan ternyata, lagi-lagi jauh dari sasaran. Bahkan kali ini meleset sangat jauh. "Nah, Kalau yang ini adalah gaya memanah para juragan buah.". Ucap Abu Nawas untuk menutupi kegagalannya yang kedua.

Abu Nawas pun kembali mencabut anak panah untuk ketiga kalinya. Dan Akhirnya anak panah pun dilepaskan. Bettt.. Kali ini secara kebetulan anak panah menancap tepat mengenai sasaran. "Sedangkan yang ini, wahai raja. Gaya memanah Abu Nawas. Sekarang hamba sudah siap untuk menerima hadiah yang tuan janjikan" Ucap Abu Nawas dengan penuh harapan gembira. Baginda raja tak kuasa menahan tawanya. Hadiah pun diberikan kepada Abu Nawas. Berbekal kecerdikan memainkan kata yang cukup masuk akal. Abu Nawas pun segera pamit pulang ke rumah. Ia sudah tidak sabar untuk memberikan hadiah tersebut kepada istri tercinta.