Abu Nawas Membayar Dengan Suara Uang Receh

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Membayar dengan Suara Uang Receh
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Membayar dengan Suara Uang Receh, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Suatu hari persediaan uang Abu nawas telah menipis, Abu Nawas merasa perutnya keroncongan. Namun bukanlah Abu Nawas kalau tidak mempunyai trik untuk memenuhi kemauannya tersebut. Bagaiman ceritanya nih. Pada suatu ketika Abu Nawas melakukan perjalanan yang panjang. Pada hari itu perutnya belum terisi makanan sedikitpun sehingga tak heran kalau dia merasakan keroncongan dengan amat sangat. Namun dia memeriksa kantong uangnya, dia hanya menemukan beberapa keping uang, sementara perjalannya masih jauh. Bila uang itu digunakan untuk membeli sesuatu, nanti ongkos perjalanannya tidak akan terbayar.

Walaupun tubuhnya lemas karena belum makan seharian, Abu Nawas tetap melangkahkan kakinya meskipun langkahnya gontai. Pada saat melihat kedai yang ramai pembeli, Abu Nawas tak kuasa untuk tidak memasukinya. Dari bilik dapur terlihat mengepul asap makanan yang sangat lezat. Abu Nawas langsung menghirup aroma masakan itu dengan kuat- kuat. Dari aromanya , Abunawas sudah membayangkan sajian yang lezat untuk dirinya. Hal itu diulanginya berkali-kali hingga Abunawas puas. Setelah Abu Nawas sudah merasa cukup puas dengan aroma masakan yang dihirupnya, dia pun pergi meninggalkan kedai tadi.

Dengan senyuman yang tipis, dia keluar dari kedai tersebut. Tapi, belum jauh dia melangkahkan kakinya meninggalkan kedai itu, tiba-tiba terdengar teriakan dari si pemilik kedai. "Hai, mau kemana? Bayar dulu!" teriak pemilik kedai. Mendengar teriakan itu, Abu Nawas menghentikan langkahnya. Dengan tenang sekali dia menghadapi si pemilik kedai. Meskipun dia cukup keheranan kenapa pemilik kedai menghentikan langkahnya padahal dia tidak makan atau minum barang sedikitpun di kedai itu. "Enak saja main nyelonong pergi, bayar dulu baru boleh pergi,"kata pemilik kedai saat mereka berhadapan. Kemudian Abu Nawas menganggukkan kepala tanda setuju dengan kata-kata pemilik kedai.

Dengan santainya Abu Nawas merogoh kantong uangnya. Selang beberapa lama, tapi uangnya tidak segera diberikan kepada pemilik kedai. Malah Abu Nawas bermain-main dengan uang recehnya dengan cara mengocok kantong uangnya, lama kelamaan suaranya uang receh terdengar kerincing-kerincing. "Ayo...mana uangnya...bayar ! "teriak pemilik kedai. "Baik, ini bayarnya," kata Abu Nawas sambil mengocok kembali uang recehnya sehingga timbul suara kerincing-kerincing. "Lho, mana uangnya, dari tadi cuma mendengar suaranya saja, "kata pemilik kedai yang semakin geram. Kemudian Abu Nawas menjawab, "Itu tadi bayarnya, aku bayar pakai suaranya saja karena di kedaimu aku hanya dapat baunya saja....!" Mendengar jawaban itu, si pemilik kedai hanya bisa tersenyum dengan malunya.

Bagaimana bisa orang hanya mencium aroma masakan dari bilik kedai kok disuruh membayar. Tapi pintar juga Abu Nawas dibayarnya pakai suaranya saja, tidak dengan uang.