Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah, Semut dan Cicak...

Showing posts with label Fabel. Show all posts
Showing posts with label Fabel. Show all posts

Cerita Dongeng Fabel Kelinci Berbulu Emas

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Kelinci Berbulu Emas, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Kelinci Berbulu Emas, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Dahulu kala, hiduplah kawanan kelinci yang tinggal di sebuah hutan yang damai.  Mereka hidup dengan tentram tanpa ada hewan lain yang mengganggu. Esok pagi adalah hari pendaftaran perlombaan Bulu Terindah bagi para kelinci. Lomba ini sangat menarik bagi kalangan kelinci karena pemenangnya akan mendapatkan alat penggali tanah yang terbuat dari perunggu yang disediakan oleh pemimpin kawanan kelinci yaitu Sesepuh Kelinci Mbah Welu. Konon kelinci pemenang yang mempunyai alat ini bisa membuat liangnya sendiri dengan sangat mudah dan bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Wajar saja jika peminat yang ingin mengikuti lomba sangat banyak.

Adalah Kiki Kelinci, salah satu kelinci yang sangat ingin mendaftar lomba bulu terindah. Walau ambisinya sangat besar, tapi ia tidak yakin akan bisa menang. Bulunya sebenarnya sehat, subur dan bagus, tetapi karena tidak mengikuti nasihat induknya untuk mandi teratur, sekarang bulunya berubah menjadi kusam dan kelam. Namun ia tetap ingin sekali mendapatkan hadiah alat penggali tanah itu.

Pagi itu setelah sarapan Kiki bangun agak awal dari biasanya. Ia buru-buru ke luar liang, sementara induknya sedang membersihkan kamarnya dari sisa rumput. Sambil berjalan ia berfikir. “bagaiman ya.... pendaftaran lomba sebentar lagi sudah dimulai, kalaupun aku sekarang mandi sampai ratusan kali pun, sudah telat. Buluku tidak akan sebagus kelinci lain yang rajin mandi dan berdandan”. Kiki terus berjalan menyusuri jalanan di hutan itu. Karena Kiki berjalan kurang konsentrasi dan melamun, “Brakkkkkkk .!!!!. Aduhhhh kepalaku!” Kiki meringis kesakitan, rupanya dia menabrak sebatang pohon Mambang Gintung. Beberapa daunnya yang sudah tua terjatuh. Daun-daun yang jatuh tanpa sengaja menempel di tangan Kiki, ia duduk beristirahat di bawah pohon sambil mengusap kepalanya yang masih terasa sakit. Tanpa sengaja dilihatnya tangan kecilnya, warna bulunya berubah menjadi keemasan. Daun-daun itu ternyata mengandung pewarna yang menyerupai emas mengkilat berkilauan. Yesss! Kiki seperti mendapatkan ide cemerlang. Segera saja Kiki mengumpulkan dedaunan yang mengandung zat pewarna itu. "Denagn daun ini, Aku akan memberikan kejutan pada semua orang saat lomba bulu terindah nanti..!!" begitu pikirnya.

Buru-buru Kiki pergi ke tempat penyelenggaraan lomba, hari sudah agak siang. dengan diliputi rasa cemas takut pendaftaran sudah ditutup, akhirnya sampai juga Kiki di tempat perlombaan. Rupanya lomba sudah hampir dimulai, semua peserta siap bergaya. Sorak sorai penonton terdengar ramai, peserta pertama beraksi. Bulunya berwarna putih bersih dan lembut seperti kapas. Pasti peserta pertama ini rajin mandi dan menyisir bulunya. Kiki mendatangi panitia lomba dan bermaksud mendaftar, untunglah panitia berbaik hati dan mau menerima pendaftaran Kiki, setelah itu ia mengambil undian dan mendapatkan nomor tiga. Kiki lalu dipersilakan duduk oleh salah satu juri. Kiki hatinya sangat senang, sambil menanti giliran tampil ia menonton peserta lain.

Kini giliran peserta kedua dipanggil dewan juri, kali ini seekor kelinci berbulu belang hitam putih. Dengan lompatan lincahnya ia naik ke panggung. Penonton riuh bertepuk tangan ketika dia memperlihatkan bulunya yang mengkilat dan bercahaya terkena sinar matahari. Akhirnya tiba juga giliran Kiki untuk naik ke panggung. Penonton penasaran saat ia naik panggung dengan memakai Topi dan Jubah. Dan ketika ia membuka jubah dan topinya, semua penonton terkejut bukan kepalang. Beberapa penonton dibarisan bangku depan bahkan sampai terjungkal saking kagetnya. Bulu Kiki berwarna kuning keemasan. Setiap terkena cahaya matahari bulunya seakan bercahaya dan menyilaukan. Semua hadirin terkagum-kagum dengan bulu Kiki. “Baru pertama kali ini aku melihat kelinci berwarna emas!!!" “Bulunya indah sekali!” teriak beberapa penonton. Semua penonton bertepuk tangan meriah saat Kiki melangkah turun dari panggung.

Setelah seluruh peserta tampil dewan juri segera menggelar rapat dewan untuk menentukan juaranya. Walaupun hari sudah mendekati sore dan cuaca mendadak agak mendung, namun para penonton tidak ada yang pulang dan seolah enggan melewatkan acara tersebut. Selesai rapat, ketua dewan juri naik ke panggung. Semua peserta tampak tegang karena ini berarti pengumuman pemenang akan segera dibacakan. Lalu ketua dewan juri berteriak, “Pemenang lomba bulu terindah dan terbaik tahun ini adalah….” mendadak sorak sorai penonton terhenti, suasan menjadi sangat hening. Semua seperti merasakan ketegangan yang teramat sangat. “Kikiiiiiiiii, si kelinci berbulu Emaaaaaaaaaaaaaasssssss!” Lanjut ketua Juri berteriak panjang.

Semua penonton bersorak dan bertepuk tangan dan berebut ingin bersalaman dengan Kiki yang sedang berjingkrak kegirangan. Ia pun segera naik ke panggung untuk menerima hadiah berupa alat penggali tanah. Saat penyerahan hadiah, tiba-tiba saja gerimis turun, tapi penonton tidak bubar. Mereka masih ingin melihat Kiki Si Kelinci Berbulu Emas. Ketika dewan juri akan menyerahkan hadiah ada seorang penonton yang berteriak. “Hei lihat, bulu kelinci emas kelihatan aneh!” Semua orang kini menatap Kiki sambil melotot. Ternyata bulu Kiki terkena air hujan gerimis, warna emas di beberapa bagian tubuhnya mulai memudar dan hilang. Yang terlihat kini bukan kelinci berbulu emas tapi kelinci berbulu belang, sebagian berwarna emas sebagian lagi hitam kusam.

Seketika penonton kembali riuh ramai, tapi kini bukan sorak sorai kekaguman, melainkan kemarahan dari para penonton dan peserta lomba yang lain. “Lihat !!! Bulunya mulai kelihatan aslinya!. Anak itu telah menipu kita! Dasar tukang curang... Licik! Ayo kita tangkap dan hukum dia!”. Teriak Beberapa peserta yang kalah dlam lomba.

Kiki sangat ketakutan dan panik, ternyata akal bulusnya mewarnai bulu ketahuan. Ia berlari tak tentu arah. Para kelinci yang ia bohongi terus mengejarnya. Kiki berlari tanpa henti meski para pengejarnya sudah tidak kelihatan. Ia merasa takut dan malu. Tanpa sadar ternyata Kiki sudah berlari sampai ke pinggiran hutan. Ia kemudian bernaksud beristirahat sambil mencari tempat untuk sembunyi. Karena ia belum memiliki alat penggali tanah ia tinggal dan bersembunyi pada liang yang dibuat hewan lain. Ia menempati lubang bekas rumah Landak. Kiki kini tinggal sendirian di rumah yang bukan miliknya, ia sangat menyesali perbuatanya, dan ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan mengulangi kesalahanya. Ternyata berlaku tidak jujur sangat merugikan. Bukan hanya merugikan orang lain, namun juga merugikan diri sendiri.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Kelinci Berbulu Emas adalah : Hendaknya kita percaya pada diri kita sendiri. Menjadi diri sendiri itu lebih baik dari pada menjadi orang lain. Berlaku jujur akan membawa kebaikan bagi banyak orang juga diri kita. Ketidak jujuran akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang yang tidak jujur akan dijauhi banyak teman.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.

Dongeng Fabel Seekor Penyu dan Burung Dara

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Seekor Penyu dan dan Burung Dara, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Seekor Penyu dan dan Burung Dara, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Dahulu kala, Di sebuah pantai nan landai dan berpasir putih hiduplah seekor penyu dan kawanan burung dara. Siang itu udara berembus sepoi-sepoi, membuat dahan dan daun-daun nyiur melambai menari. Di atas ranting yang terjatuh oleh angin, seekor burung Dara tampak hinggap tepat di depan seekor Penyu muda yang sedang santai sambil berjemur.

“Hei, Penyu kawanku! Apakah tidak bosan kamu sepanjang hari berjemur disitu?, kemana-mana jalan pun lambat nian lah dikau heheheheh!! Lihatlah aku, bisa terbang tinggi dan bisa melihat indahnya pantai dari langit. Aku juga bisa melintasi langit diatas samudera luas, hutan, dan tempat-tempat yang tak mungkin kamu bisa lihat. Kasihan sekali nasibmu kawan! Hehehehehe,” ledek sang burung Dara sambil mengibaskan sepasang sayapnya yang berbulu putih dan indah.

“Lihat ini hai penyu!” Sang Dara terbang membubung tinggi, bermaksud menunjukkan kehebatannya pada Penyu. Sang Penyu hanya melihatnya dari bawah pohon kelapa sambil tersenyum. Walaupun sering diejek dan direndahkan oleh burung Dara, dia tak pernah menganggap burung Dara sebagai rivalnya. Dia menganggap semua binatang di dunia ini sebagai sahabat. Dia yakin, bahwa setiap binatang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Akan tetapi, tak semua binatang menyadari itu.

“Penyu... Aku mau pergi ke pulau lain. Kalau mau ikut ya silakan, tapi kamu berangkat sendiri saja. Aku tidak mau menunggu kamu yang lamban,” ejek burung Dara. Dalam sekejap, burung Dara sudah hilang dari pandangan mata Penyu. Dia sudah terbang menuju pulau lain di kawasan pantai tersebut.

Sudah lama Penyu mendambakan bisa pergi ke pulau yang lain untuk menambah pengetahuannya. Kadang terasa bosan terus-terusan berada di satu pulau. Kepergian burung dara membuat Penyu semakin ingin pergi menyususl kesana. Akhirnya dia memutuskan untuk menyusul burung Dara. Dia ingin melihat tempat baru dan kawan baru. Barangkali aku bisa menemukan teman yang bisa diajak bermain bersama disana, kata Penyu dalam hati.

Akhirnya dengan tekat yang bulat, Penyu memberanikan diri untuk berenang menuju pulau yang ada di seberang. Dalam perjalanannya, dia bertemu sesama penyu, juga binatang-binatang lain di laut itu. Sifat Penyu yang ramah membuatnya disenangi oleh banyak binatang lain.

Penyu terus mengayuh kaki-kakinya yang pendek untuk berenang, tiba-tiba di tengah lautan luas, Penyu melihat sebuah titik terombang-ambing di tengah laut. Karena penasaran, penyu segera berenang mendekati benda itu. Betapa terkejutnya Penyu mendapati, benda itu ternyata adalah burung dara sahabatnya, rupanya dia pingsan. Sayapnya terluka. Dengan sekuat tenaga Penyu membawa tubuh kawannya ke daratan. Dengan cekatan, ia membersihkan dan merawat sayap Burung dara yang terluka.

Setelah lama pingsan, akhirnya Burung Dara mulai siuman. Dalam keadaan belum sepenuhnya siuman, tubuhnya menggigil ketakutan. Bayangan tentang tubuhnya yang terjatuh ke laut dan dihantam ombak besar berkelebat di benaknya. Burung dara menjerit dan menangis tersedu-sedu membayangkannya, lebih-lebih rasa sakit pada sayapnya yang terluka parah. “Kawan, tenang, kamu sudah selamat. Ada aku di sini untukmu.” Penyu berkata pelan kepada burung Dara. “Penyu, apakah kamu yang telah menyelamatkanku dan membawaku ke daratan?” tanya burung Dara seolah tak percaya. “Benar, Kawanku. Apa gerangan yang telah terjadi denganmu?” tanya Penyu. “Aku… aku diserang seekor Gagak Hitam. Aku tidak bisa melawan, dan terjatuh ke lautan. masih sakit sekali rasanya sayap-sayapku…Penyu” “Mungkin aku tidak akan bisa terbang lagi. Padahal selama ini, aku selalu menyombongkan diri dengan kelebihan yang aku miliki, sepasang sayap yang bisa membuatku terbang tinggi melintasi udara diatas samudera.” Burung Dara mengucapkannya dengan terbata-bata dan seolah menyesali perbuatan sombongnya.

“Tenanglah, Kawanku... setelah lukamu pulih, kamu pasti bisa terbang lagi. Aku sangat yakin itu. Istirahatlah dulu, agar kukamu cepat pulih,” kata Penyu dengan suara pelan. Mendengar ucapan Penyu, tangisan burung Dara mulai mereda. “Penyu sahabatku yang baik, terima kasih, ya, kamu telah menolongku. Dan aku ingin mohon maaf karena selama ini, aku sudah sering menghina dan menyakitimu, tapi kamu begitu sabar menerima perlakuanku yang jahat padamu.”

Penyu hanya diam sambil tersenyum, seraya menggelengkan kepala. “Tak ada yang perlu dimaafkan kawan, tersakiti, Kamu tetap temanku. dan aku adalah temanmu. Selamanya akan selalu begitu, sebagai kawan, kita tidak boleh bermusuhan.

Begitulah, sejak kejadian itu Burung Dara dan Penyu bersahabat dengan sangat baik. Kemana-mana mereka selalu bersama. Bahkan ketika Penyu sedang sakit dan tidak bisa mencari makan, Burung Dara selalu membantunya mencarikan makanan dan mengirimi makanan untuk penyu. Sebuah persahabatan yang indah.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Seekor Penyu dan Burung Dara adalah : Janganlah kita bersifat sombong, jangan menyombongkan kelebihan yang ada pada diri kita. jangan suka mengejek orang lain yang mempunyai kekurangan. Yakinlah, bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadi tidak sepantasnya kita menyombongkan diri pada orang lain.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.

Kisah Dongeng Bangau dan Kera

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang cerita Kisah Dongeng Bangau dan Kera, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang cerita Kisah Dongeng Bangau dan Kera, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Zaman dahulu kala, hiduplah seekor burung bangau dan seekor kera yang tinggal di dalam sebuah hutan lebat. Sejak lama mereka telah bersahabat baik. Namun persahabatan mereka tidak saling menguntungkan. Dalam hal ini, Kera hanya sekadar memanfaatkan burung bangau untuk kepentingan dirinya sendiri.

Burung Bangau sering sekali membantu Kera mencari kutu-kutu yang menempel di tubuhnya. Selain itu, bila mereka ingin bepergian Burung Bangau selalu terbang membawa Kera di punggungnya. Sementara Kera sendiri hanya duduk manis sambil melihat pemandangan yang ada dibawahnya. Begitulah bentuk persahabatan yang dijalin keduanya yang selalu menguntungkan Sang Kera. Bahkan pernah suatu hari Kera bekerja sama dengan Bangau untuk menangkap ikan di sebuah danau. Dengan susah payah Sang Bangau mencari dan menangkap ikan yang ada di danau tersebut, sedangkan Sang Kera hanya duduk sambil mengumpulkan hasil tangkapan Bangau. Selesai penangkapan hasilnya dibagi dua. Padahal, sebelumnya Sang Kera telah menyembunyikan sebagian hasil tangkapan Sang Bangau, sehingga ketika dibagi dua hasilnya menjadi lebih sedikit lagi. Begitulah, si kera memang sangat licik.

Kelakuan licik Sang Kera tersebut dilakukan beberapa kali sampai akhirnya kesabaran Sang Bangau habis. Hal ini terjadi ketika Sang Kera mengajaknya pergi ke Pulau yang terkenal akan buah sawonya. Oleh karena Sang Bangau tidak makan buah sawo, Kera pun memperdayainya dengan mengatakan bahwa di pulau tersebut banyak terdapat belalang dan katak yang merupakan makanan kesukaan Sang Bangau. Tergiur oleh rayuan Kera, Sang Bangau segera menyetujuinya. Padahal, jarak yang harus ditempuh menuju Pulau itu  lumayan jauh. Di sepanjang perjalanan, Kera selalu saja mengajak Sang Bangau Berbicara.

“Bangau sahabatku,” kata Sang Kera. “Nanti setelah sampai di Pulau aku akan membuat perahu. Jadi, engkau tidak perlu lagi membawaku terbang. Kita dapat menaiki perahu bersama-sama.” “Apakah engkau pandai membuat perahu?” tanya Sang Bangau dengan nada tidak percaya. “Aku pernah pergi ke negeri orang-orang yang pandai membuat perahu. Tetapi saat ini aku hanya bisa membuat perahu dari bahan tanah liat. Nanti tolong bantu aku mengumpulkan tanah liatnya,” kata Sang Kera.

Setelah sekian lama terbang, barulah tampak sebuah Pulau yang menghijau dari kejauhan. Sang Kera yang hanya duduk santai di atas punggung Bangau segera saja membayangkan buah-buah sawo matang yang harum serta manis rasanya. “Cepatlah sahabatku, kita sudah hampir sampai,” kata Kera tidak sabar. Namun apalah daya, Sang Bangau sudah tidak mampu terbang cepat lagi karena kelelahan akibat perjalanan jauh serta selalu diajak bercakap-cakap oleh Kera yang duduk dipunggungnya. Tetapi, dengan sisa tenaga yang dimilikinya akhirnya mereka sampai juga di pantai Pulau tersebut. Mereka beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke tengah pulau untuk mencari “katak dan belalang”, seperti yang diceritakan Sang Kera. Padahal, tujuan sebenarnya adalah menemukan pepohonan sawo yang tengah musim berbuah.

Setelah sampai di tengah pulau yang dipenuhi pepohonan sawo, Sang Kera langsung memanjat salah satunya dan memakan buah-buah sawo matang yang bergelantungan. Ketika pohon sawo yang dipanjatnya sudah mulai habis buahnya, dia lalu meloncat ke pohon lain untuk mengambil sawo matang lainnya. Begitu seterusnya hingga perutnya kembung dan tertidur karena kekenyangan.

Sementara Sang Bangau yang masih kelelahan dan kelaparan hanya menunggu di bawahnya sambil memperhatikan sekelilingnya kalau ada katak atau belalang lewat. Maklum, selain lelah, perut Sang Bangau juga lapar seperti Kera. Tetapi makanannya bukanlah buah sawo, melainkan katak, belalang, dan berbagai macam jenis serangga lainnya. Sayangnya, makanan “pokok” Sang Bangau tersebut ternyata tidak ada, sehingga dia pun lantas membangunkan Sang Kera yang sedang tertidur pulas di atas pohon. “Hai Kera sahabatku, di bagian mana dari pulau ini yang banyak terdapat katak dan belalang seperti yang engkau katakan sebelum kita berangkat?” tanya Sang Bangau agak sedikit kesal. “Dahulu di tempat ini banyak sekali terdapat katak dan belalang. Mungkin mereka sedang bersembunyi atau telah pindah di bagian lain dari pulau ini,” kata Kera berbohong. “Kalau sampai besok tidak juga ada katak atau belalang aku akan pulang,” kata Sang Bangau mengancam. “Engkau tinggal saja di sini karena makananmu berlimpah.” “Janganlah engkau begitu, sahabatku,” kata kera merajuk. “Manalah mungkin aku hidup sendirian di sini.” “lalu aku harus makan apa?” tanya Sang Bangau kesal.

Setelah berpikir sejenak akhirnya Sang Kera berkata, “Baiklah kalau itu maumu. Besok pagi aku akan ikut pulang denganmu.” “Tubuhku masih lemah karena belum mendapat makanan. Jadi, mana mungkin aku membawamu terbang,” kata Sang Bangau bertambah kesal. “Kalau begitu tunggu saja sampai kekuatanmu pulih lalu kita pulang,” kata Kera membujuk. “Aku bisa mati kelaparan jika harus menunggumu. Lagi pula, engkau kan pandai membuat perahu? Jadi, buatlah perahu sendiri sehingga engkau bisa tinggal lebih lama dan puas memakan seluruh buah yang ada di sini,” jawab Sang Bangau.

Sang Kera terperanjat karena cerita bohongnya ternyata diingat oleh Sang Bangau. Oleh karena itu, dia lalu berkata, “aku memang pandai membuat perahu. Tetapi untuk mengumpulkan tanah liat sebagai bahan pembuatnya tidaklah mungkin dapat kukerjakan sendirian. Aku membutuhkan bantuanmu, wahai saudaraku.” Bujukan Sang Kera ternyata ampuh memengaruhi pendirian bangau, sehingga dia rela membantu Kera mengumpulkan tanah liat sebagai bahan pembuat perahu. Selain itu, Bangau juga berpikir kalau pulang menggunakan perahu pasti akan lebih meringankan bebannya karena tidak harus terbang untuk pulang ke rumah.

Singkat ceruta, Hari itu cuaca sangat terik, sementara perahu tanah liat rancangan Sang Kera pun telah jadi. Secara perlahan-lahan mereka mendorongnya ke tengah laut untuk berlayar pulang. Di tengah perjalanan sesekali perahu diterjang ombak kecil. Tentu saja hal ini membuat nyali Kera menjadi ciut dan wajahnya pucat pasi karena takut perahunya hancur. Sebaliknya, Sang Bangau malah bernyanyi riang, “Curcur mamat, curcur mamat, bila hancur saya selamat, bila hancur saya selamat.”

Nyanyian Sang Bangau itu ternyata menjadi kenyataan. Ketika perahu hampir mencapai daratan, secara tiba-tiba datanglah badai disertai guntur dan hujan lebat. Ombak lautan pun menjelma menjadi gulungan-gulungan raksasa yang dalam waktu singkat berhasil memecahkan perahu tanah liat buatan Kera.

Melihat perahu hancur berantakan, Sang Bangau langsung mengepakkan sayapnya dan terbang menuju Pulau yang telah tampak di ujung cakrawala. Sementara Sang Kera yang tidak bisa terbang, berusaha menggapai sisa-sisa sisa tanah liat bekas perahu buatannya untuk dijadikan pelampung. Namun, karena hanya terbuat dari tanah liat, dalam sekejap sisa-sisa perahu itu akhirnya larut dengan air laut. Sang Kera yang tidak begitu pandai berenang, secara perlahan-lahan tenggelam dan mati ditelan ombak.

Pesan Moral Kisah Dongeng Bangau dan Kera adalah : Jangan suka berbohong pada siapa pun. Jangan suka memanfaatkan teman untuk kepentingan diri sendiri. Dan jauhi sifat licik, karena sifat itu sangat tercela dan dapat merusak persahabatan.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Cerita Fabel Si Kancil dan Tikus

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Fabel Si Kancil dan Tikus, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Fabel Si Kancil dan Tikus, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Zaman dahulu kala, hiduplah dua ekor kancil bersaudara yang menghuni hutan belantara yang sangat subur. Yang Tua bernama Dodo dan adiknya bernama Didi. Walaupun mereka bersaudara, tetapi sifat mereka sangatlah berbeda. Didi rajin dan baik hati. Sedangkan Dodo pemalas, jahil dan suka berbohong. Suatu hari Dodo sedang mencari makanan, dia sudah sangat kelaparan, di seberang sungai kecil yang dangkal tampak rerumputan hijau tapi ia enggan menyeberang. Dodo memang sangat pemalas. Akhirnya Dodo mencuri makanan milik Didi, adiknya. Waktu ingin makan, dia terkejut karena makanan jatahnya sudah habis. Didi bertanya kepada Dodo di mana makanannya, namun Dodo bohong, ia menjawab dicuri tikus. “Ah, mana mungkin dimakan tikus!” kata Didi. “Iya! Masa sama kakaknya tidak percaya sih!” jawab Dodo dengan meyakinkan.

Mulanya Didi tidak percaya dengan omongan Dodo. Tetapi setelah Dodo mengatakannya berkali-kali akhirnya dia percaya juga. Tanpa sepengetahuan Dodo, kemudian Didi memanggil tikus ke rumahnya. Esok paginya, Tikus datang memenuhi panggilan Didi kancil. Tampak raut muka Dodo agak memucat ketika Tikus datang kerumahnya. “Tikus, apakah kamu yang kemarin mencuri makananku?” tanya Didi pada tikus. “Hah? Mencuri makananmu? Berpikir saja aku belum pernah!” jawab tikus. “Ah, si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong,” kata Dodo Kancil memojokkan. “Ya, sudahlah kalau memang kamu tidak mengambilnya! Tikus, aku minta tolong ambilkan makanan di seberang sungai sana. Tadi aku juga mengambil makanan dari sana, kok!” kata Didi pada Tikus.

Tikus kemudian berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki sampan untuk menuju seberang sungai. Sebenarnya tikus tahu kalau Dodo lah yang telah mencuri makanan itu. Sementara itu, di bagian sungai yang lain, Dodo cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang perangkap tikus agar tikus terjebak dan tidak bisa kembali.

Ketika tikus hampir mendekati tepian sungai, tikus melihat ada perangkap yang terpasang. Tikus yakin kalau perangkap itu dipasang oleh Dodo Kancil. Tiba-tiba tikus mendapat ide gemilang. Tikus berpura-pura jatuh tenggelam dalam sungai. “Aduhhhhhhhhh… Dodo, tolong aku… aku hampir tenggelam, aku tidak bisa berenang!” teriak tikus. Mendengar itu Dodo segera menolong tikus. Tikus meminta Dodo mengantarkannya ke seberang sungai. Sesampai di seberang sungai tikus meminta Dodo menemaninya mengambil makanan.

Dodo sepertinya lupa terhadap perangkap tikus yang telah ia pasang, Karena tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus tersebut. Tikus yang kaget akan teriakan dodo segera datang untuk menolong. Dengan hati-hati si tikus melepaskan perangkap yang menjepit kaki kanan Dodo. Darah tampak keluar dari luka lecet dikakinya. Sambil menahan sakit, Dodo kemudian berterus terang pada Tikus, kalau dialah yang telah mencuri makanan milik Didi adiknya. Dodo pun meminta maaf pada Tikus tentang kesalahannya. Karena ulahnya kini tikus ikut susah disuruh mencari makanan. Dodo sangat menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi di kemudian hari.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Si Kancil dan Tikus adalah : Jangan suka memfitnah, karena perbuatan fitnah adalah sangat tercela. Juga jangan suka mengambil barang yang bukan haknya. Mencuri sangat dilarang oleh Tuhan. Berusahalah berkata jujur kepada siapapun, jika memang salah kita akui terus terang.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Dongeng Fabel Monyet Sombong dan Kuda

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Kisah Dongeng Fabel Monyet Sombong dan Kuda, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Kisah Dongeng Fabel Monyet Sombong dan Kuda, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Dikisahkan, hari itu matahari sangat terik. Di tepi sebuah hutan, ada sekawanan monyet sedang bergerombol diatas pohon. Rupanya mereka sedang melihat pasukan berkuda yang melintas di jalan setapak tepat di bawah pohon tempat mereka berada. Menyaksikan kegagahan para prajurit berkendara di atas pelana kuda, seekor monyet pun menyombongkan diri bahwa menunggang kuda itu masalah mudah, dan dia kan membuktikannya!

Monyet yang lain tertawa dan tidak percaya apa yang dikatakan oleh monyet yang sombong itu. "Hahahahah.... mana mungkin kamu bisa naik kuda, mendekati kuda saja kamu sudah takut". Ucap salah satu dari mereka. "Lihat saja nanti!". Kata monyet sombong kepada kawannya. Saat itu, kebetulan ada seorang dari pasukan berkuda yang sedang istirahat minum di bawah pohon tempat monyet-monyet berada. saat pasukan berkuda istirahat. Untuk membuktikan perkataannya itu si monyet sombong mengendap-endap mendekati seekor kuda yang tidak jauh dari pohon. Hup! Dengan lincah, si monyet naik ke atas punggung kuda dan bergaya di depan pada teman-temanya yang menyaksikan cemas dari atas pohon. dengan spontan monyet menarik tali kekang sekuat tenaganya. Kuda yang merasakan hentakan berat di atas punggungnya, terkejut. Ia juga merasa kesakitan karena tarikan erat pada surainya. Maka, ia pun segera meringkik, berlari kencang, sambil menggoyangkan liar badannya ke kiri dan ke kanan dan keatas bawah seolah kegelian. Monyet yang tidak bisa mempertahankan keseimbangan badannya, terlempar, terpelanting dan jatuh ke tanah dengan keras.

Dari atas pohon, teman-teman si monyet ramai menertawakan kebodohan si monyet sombong. Monyet pun tertunduk malu sambil menahan rasa sakit yang menjalari tubuhnya. Ternyata menunggang kuda tidak semudah yang ia kira! Katanya, "Kapok dah. Cukup sekali saja aku menunggang kuda! Ternyata tidak sehebat dan seenak yang aku bayangkan, apalagi tadi kuda itu sangat sukar dikendalikan macam kuda Rodeo. Memang sudah menjadi nasibku, aku tidak akan menunggang kuda lagi seumur hidupku. Aku tidak mau mengulangi lagi kesalahan yang sama."

Saat itu, monyet yang tertua di kelompoknya menjawab, "Jatuh memang menyakitkan, tetapi bukan berarti di kemudian hari kamu tidak akan jatuh lagi, entah dari pohon dan darimana pun. Yang perlu ketahui dan dipelajari adalah mengapa kamu jatuh? Jika kita mau belajar untuk tahu kenapa bisa jatuh, maka kita tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari."

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Monyet Sombong dan Kuda adalah : Janganlah sombong, dan jangan sok pintar dan merasa bisa pada sesuatu hal jika kita tidak benar-benar menguasainya.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Dongeng Fabel Monyet dan Buaya

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Kisah Dongeng Fabel Monyet dan Buaya, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Kisah Dongeng Fabel Monyet dan Buaya, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Dahulu kala, di sebuah hutan rimba hiduplah seekor monyet di sebatang pohon jamblang di tepi sungai. Ia bahagia walaupun tinggal sendiri . Pohon itu sangat ranum dengan buah yang manis dan memberinya tempat untuk berteduh pada saat hari panas atau hujan, tempat tinggal yang sangat edeal bagi si Monyet.

Pada suatu hari seekor buaya naik ke tepian sungai dan hendak beristirahat di bawah pohon tempat tinggal Monyet. Sang monyet yang ramah menyapanya, “Hai Buaya, apa kabar?.” “Hai juga monyet, kabar saya baik. Cuman saya sedang ada masalah dengan bahan makanan disini,” jawab buaya. “Apakah kau tahu dimana aku dapat menemukan makanan? Tampaknya sudah tidak ada ikan lagi di sungai ini.” “Aku tidak tahu dimana ada ikan, tapi aku mempunyai banyak buah jamblang yang masak di pohon ini. Ini, cobalah... rasanya sangat manis!” kata monyet sambil memetik beberapa buah jamblang dan melemparkannya kepada buaya yang ada di bawahnya. Buaya memakan semua buah yang diberikan monyet. Ia suka rasanya yang manis. Ia minta monyet memetik buah jamblang lagi untuknya.

Sejak saat itu buaya datang setiap hari. Mereka pun menjadi sahabat. Mereka mengobrol sambil makan buah jamblang. Pada suatu hari buaya bercerita tentang isteri dan keluarganya.”Mengapa baru sekarang kau bilang bahwa kau punya isteri? Bawalah jamblang ini untuk isterimu.” Isteri buaya menyukai buah jamblang pemberian si Monyet. Ia belum pernah makan sesuatu yang begitu manis. Ia berpikir betapa manisnya daging monyet yang sepanjang hidupnya makan buah jamblang setiap hari. Air liurnya menetes membayangkan daging si Monyet sahabat suaminya.

“Suamiku,” kata isteri buaya, “ajaklah monyet kemari untuk makan malam.Lalu kita makan dia. Pasti dagungnya lezat dan manis.” Buaya terperanjat. Bagaimana ia dapat memakan sahabatnya? Ia menjelaskan kepada isterinya, “Monyet satu-satunya temanku disini, “ katanya. Sang buaya tetap menolak membawa monyet kepada isterinya. Sementara isterinya pun tetap membujuknya. Ketika buaya tetap tidak mau menuruti keinginannya, isteri buaya pura-pura sakit keras. “Suamiku,” katanya, “Hanya jantung monyet yang dapat menyembuhkanku. Kalau kau mencintaiku, kau ajak monyet temanmu kemari. Setelah makan jantungnya aku pasti segera sembuh.”

Buaya kebingungan, di satu sisi monyet adalah sahabatnya yang baik hati. Namun di sisi lain, bila isterinya tidak memakan jantung monyet, mungkin ia akan meninggal. Akhirnya, ia memutuskan untuk membawa monyet kepada isterinya untuk dijadikan obat.

“Teman,” kata buaya kepada monyet. “Isteriku sangat berterima kasih dengan buah jamblang yang kaukirimkan tiap hari. Sekarang ia ingin mengundangmu makan malam. Ikutlah denganku ke rumah kami.” Monyet sangat gembira dengan undangan itu namun ia berkata bahwa ia tak mungkin ikut karena ia tak dapat berenang. “Aku akan menggendongmu di atas punggungku. Kau tak usah khawatir,” kata buaya. Monyet pun melompat ke punggung buaya dan berangkatlah mereka. Ketika mereka sudah cukup jauh dari pohon jamblang, buaya berkata,”Isteriku sakit parah, hanya jantung monyet yang dapat menyembuhkannya.” Monyet ketakutan. Ia berpikir keras, bagaimana ia dapat menyelamatkan diri. “Buaya temanku, kasihan isterimu. Namun kau tak perlu cemas. Aku senang bisa menolong isterimu dengan jantungku. Masalahnya, aku tadi meninggalkan jantungku di atas dahan pohon jamblang. Ayo kita kembali dan mengambilnya.”

Buaya percaya kepada monyet. Ia berbalik dan berenang kembali ke pohon jamblang. Monyet segera melompat turun dari punggung buaya dan segera naik ke dahan pohon. “Temanku yang bodoh. Tidak tahukah kau, bahwa kita selalu membawa-bawa jantung kita? Aku tak akan mempercayaimu lagi. Pergilah dan jangan pernah kembali ke sini lagi.” Monyet pun membalikkan badannya, tak mau lagi melihat sang buaya. Buaya sangat menyesal. Ia kehilangan satu-satunya sahabatnya. Ia juga tak akan dapat makan buah jamblang yang manis itu lagi. Monyet lolos dari bahaya karena berpikir dengan cepat dan cerdik. Ia menyadari bahwa monyet dan buaya tidak mungkin berteman. Buaya lebih suka makan monyet daripada berteman dengannya. 

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Monyet dan Buaya adalah : Jangan nodai persahabatan dengan perbuatan yang tidak baik. Menuruti orang yang kita sayang adalah mulia, namun jangan merugikan orang lain.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Kisah Bangau dan Kepiting

Cerita Dongeng Indonesia - Kisah Burung Bangau dan Kepiting
Cerita Dongeng Indonesia - Kisah Burung Bangau dan Kepiting. Alkisah, pada zaman dahulu terdapat sebuah telaga yang sangat indah. Airnya jernih dan ditumbuhi oleh bunga teratai yang bermekaran. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitarnya hidup dengan subur. Banyak burung yang tinggal di kawasan sekitar telaga itu dan salah satunya adalah burung bangau.

Di dalam telaga juga hidup bermacam-macam ikan dan hewan lain seperti kepiting dan katak. Burung bangau sangat suka tinggal di kawasan telaga itu kerana senang mendapat makan. Hari silih berganti, burung bangau semakin tua dan tidak lagi sekuat dulu untuk menangkap ikan. Ada kalanya si bangau terpaksa berpuasa seharian kerana tidak memperoleh tangkapan apa pun. Ia berfikir di dalam hati, “Kalau begini keadaanya, aku akan mati kelaparan kerana tidak bisa lagi menangkap ikan. Aku mesti mencari jalan supaya aku dapat memperoleh makanan dengan mudah”.

Setelah berfikir keras, Si bangau kemudian mendapat akal. Dia berpura-pura duduk termenung dan bersedih di tepi telaga. Seekor katak yang kebetulan berada di situ tampak memperhatikan bangau yang sangat murung dan sedih. Ia lalu bertanya “Kenapa aku lihat akhir-akhir ini kamu asyik termenung wahai bangau?”. Bangau menjawab ” Aku sedang memikirkan keadaan nasib kita.”

“Apa yang membuatmu pusing, sedangkan kita hidup di sini sudah sekian lama tidak menghadapi banyak masalah.” Jawab katak. “Aku sering terbang ke sana ke mari dan mendengar manusia sedang berbincang tentang bencana kemarau yang akan menimpa kawasan ini. Kau lihat sajalah sejak akhir-akhir ini hari panas dan hujan pun sudah lama tidak turun”. Bangau menyambung lagi “Aku cemas telaga ini akan kering dan semua penghuni di telaga ini akan mati.” Katak mengangguk-ngangukkan tanda setuju. Tanpa membuang waktu si katak terus melompat ke dalam telaga untuk mengabarkan berita itu kepada kawan-kawan yang lain. Berita bencana kemarau telah tersebar ke seluruh telaga begitu cepat dan semua penghuni telaga berkumpul ditepi sungai dimana bangau berada. Masing-masing riuh rendah menanyakan pada bangau akan berita tersebut.

Seekor ikan bertanya kepada bangau “Apa yang harus kita lakukan?” Si bangau berkata “Aku ada satu ide, tetapi aku cemas kalian semua tidak setuju.” “Apa idemu, bangau?” tanya ikan seolah-olah tidak sabar untuk mendengarnya. Bangau berkata “Tidak jauh dari sini ada sebuah telaga yang besar dan airnya dalam, aku percaya telaga tersebut tidak akan kering walaupun terjadi kemarau yang panjang.” “Bolehkah engkau membawa kami ke sana” pinta si kepiting dan di sambung oleh hewan-hewan lainya.. “Aku bisa membawa kalian satu demi satu karena aku sudah tua dan tidak bisa membawa kalian lebih dari itu” kata burung bangau lagi. Mereka pun setuju dengan ide si bangau.

Si bangau mulai mengangkut seekor demi seekor hewan dari telaga tersebut, tetapi bukan untuk dipindahkan ke telaga lain, melainkan untuk dimakan. Begitulah perbuatanya sehingga sampai kepada giliran seekor kepiting, sementara yang lain masih banyak yang mengantre di belakang kepiting. Sambil diterbangkan oleh si bangau, si kepiting memandang ke bawah lalu terlihat olehnya tulang-tulang ikan berserakan di atas batu besar, dan kemudian si bangau mendarat di atas batu besar itu. Melihat keadaan tersebut, kepiting mulai ketakutan dan berfikir di dalam hatinya “Matilah aku kali ini dimakan oleh bangau.” Si kepiting berkata “Dimanakah telaga yang engkau katakan itu dan kenapa engakau membawa aku di sini?” Bangau ketawa terbahak-bahak lalu menjawab “Kali ini tiba waktunya engkau menjadi makananku, hai kepiting!!.”

Dengan perasaan marah kepiting mencapit leher si bangau dengan sekuat-kuatnya hingga si bangau tak bisa bernafas. bangau berteriak minta tolong namun kepiting tetap mencekik leher bangau dengan capitnya. karena tidak bisa bernafas akhirnya bangau mati lemas diatas batu besar itu.

Dengan perasaan gembira karena selamat dari ancaman si bangau, si kepiting berjalan kembali ke telaga. Sampai saja di telaga si kepiting pun menceritakan kisah yang telah dialaminya. Semua penghuni telaga tersebut merasa gembira dan bersyukur karena mereka selamat dan tidak menjadi makanan burung bangau yang tamak dan mementingkan diri sendiri. Mereka mengucapkan terima kasih kepada si kepiting karena telah menyelamatkan mereka semua.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Cerita Dongeng Serigala dan Kambing Muda

Cerita Dongeng Indonesia - Dongeng Fabel Serigala dan Kambing Muda. Alkisah, di sebuah peternakan hiduplah beberapa induk ekor kambing dan anak-anaknya. Diantara anak-anak kambing tersebut, ada seekor kambing muda yang tanduknya mulai tumbuh dan membuat dia berpikir bahwa saat itu dia sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri.

Suatu sore ketika gerombolan kambing mulai pulang ke peternakan kembali dan ibunya sudah memanggilnya, anak kambing tersebut tidak memperhatikan dan memperdulikan panggilan ibunya.

Dia tetap tinggal di lapangan rumput tersebut dan mengunyah rumput-rumput yang halus disekelilingnya. Beberapa saat kemudian ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat gerombolan kambing termasuk ibunya sudah tidak ada lagi.

Sekarang dia tinggal sendirian. Matahari sudah terbenam. Bayangan panjang mulai menutupi tanah. Angin dingin mulai datang bertiup dan membuat suara yang menakutkan. Anak kambing tersebut mulai gemetar karena takut dia akan bertemu dengan serigala.

Kemudian dia mulai lari sekencang-kencangnya melewati lapangan rumput untuk pulang ke peternakan, sambil mengembik-embik memanggil ibunya. Tetapi di tengah jalan, dekat pohon perdu, apa yang ditakutkan benar-benar terjadi, seekor serigala telah berdiri di sana memandangnya dengan wajah lapar.

Kambing kecil itu tahu bahwa kecil harapan untuk dia bisa lolos dari sergapan serigala tersebut. "Tolonglah, tuan Serigala," katanya dengan gemetar, "Saya tahu kamu akan memakan saya. Tetapi pertama kali, nyanyikanlah saya sebuah lagu dengan suling mu, karena saya ingin menari dan bergembira selama saya bisa." Serigala tersebut menyukai gagasan dari kambing kecil tadi, bermain musik sebelum makan, jadi serigala itu mengeluarkan serulingnya dan mulai memainkan lagu gembira dan kambing kecil itu meloncat-loncat menari bergembira.

Sementara gerombolan kambing tadi bergerak pulang ke peternakan, di keheningan sore yang mulai beranjak gelap, suara seruling dari serigala sayup-sayup terdengar. Anjing-anjing gembala yang menjaga gerombolan kambing tersebut langsung menajamkan telinganya dan mengenali lagu yang dimainkan oleh serigala, dan dengan cepat anjing-anjing gembala tersebut lari ke arah serigala tersebut dan menyelamatkan kambing kecil yang sedang menari-nari.

Serigala yang hendak memakan kambing kecil tadi akhirnya lari dikejar-kejar oleh anjing gembala, dan berpikir betapa bodohnya dia, memainkan lagu dengan seruling untuk si kambing kecil pada saat dia seharusnya sudah menerkamnya langsung.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Kisah Ikan dan Bangau

Cerita Dongeng Indonesia - Dongeng Fabel tentang Ikan dan Bangau
Cerita Dongeng Indonesia - Dongeng Fabel tentang Ikan dan Bangau. Dahulu kala, di sebuah danau/tasik/telaga yang airnya jernih dan luas, hiduplah sekelompok burung bangau yang setiap harinya memangsa ikan-ikan yang ada di danau tersebut. Semula di danau tersebut banyak sekali ikan. Namun, setelah sekelompok burung bangau mendatangi dan menetap di sekitar danau, perlahan-lahan habislah ikan-ikan yang ada di danau. Tetapi ada seekor ikan yang selalu bersembunyi di balik bebatuan yang ada di danau tersebut, sehingga ia terhindar dari ancaman para burung bangau.

Suatu ketika, karena danau itu mulai langka ikan, kawanan burung bangau tersebut ingin pergi mencari di tempat lain. Diutuslah sekelompok kecil burung bangau untuk mencari tempat baru yang masih lumayan banyak ikannya. Setelah terbang cukup lama, mereka berhasil menemukan danau lain yang ternyata masih banyak ikan yang menghuni di tempat itu. Mereka pun kemudian terbang kembali untuk memberitahukan hal tersebut kepada teman-temannya yang lain. Akhirnya mereka semua bersepakat untuk meninggalkan danau tersebut. Berbondong-bondong mereka terbang melewati banyak pulau, dan hutan-hutan. Akhirnya, sampailah mereka di danau yang sangat indah, jernih dan masih banyak ikan juga binatang lain yang bisa dijadikan santapan mereka.

Akan tetapi, tanpa mereka sadari, di danau yang lama masih tertinggal seekor burung bangau tua yang enggan meninggalkan danau tersebut. Setelah sekelompok burung bangau itu pergi, seekor ikan yang semula selalu bersembunyi mulai berani muncul dan berenang kesana kemari meskipun hatinya sedih kerena tidak ada teman seekor ikan pun, semua telah tiada dimangsa kawanan bangau. Namun ia masih berharap sebentar lagi dirinya akan segera bertelur dan setelah menetas kelak danau ini akan dipenuhi ikan-ikan lagi. Ikan tersebut terus asyik berenang kian kemari, tetapi tiba-tiba ia terkejut ketika melihat di pinggir danau masih ada seekor burung bangau yang tertinggal.

Dari kejauhan ikan pun memberanikan diri untuk menyapanya. “Hai burung bangau! Kenapa kau masih ada di sini? Bukankah kelompokmu sudah pergi jauh meninggalkan danau ini? Apakah kamu masih ingin memangsaku? Sehingga danau ini menjadi mati dan tak berpenghuni?” Tanya ikan. Burung bangaupun menjawab dengan ramah, “Hei ikan! Jangan takut denganku, aku akan tinggal di danau ini sampai akhir hayatku karena aku sudah tua. Aku tidak akan memangsamu, aku ingin memangsa yang lain yang ada disekitar danau ini, “ujar bangau.

Tanpa ia sadari, ikan tersebut meneteskan air matanya. Ia sangat berterima kasih pada burung bangau tua tersebut dan ikan pun berkata, “Burung bangau yang baik, sebentar lagi aku akan bertelur dan anak-anakku akan menetas. Aku ingin danau ini dipenuhi ikan lagi. Sehingga suatu saat nanti menjadi sebuah danau yang bisa dinikmati keindahannya oleh siapapun yang berkunjung kesini,”ujar ikan. Bangau yang mendengar perkataan ikan pun terharu dan mengerti akan sebuah kebaikan. Akhirnya, ikan pun menghilang, bersembunyi disela-sela batu. Ternyata ikan itu sedang bertelur. Sempat danau itu sepi bak tak berpenghuni, dan bangau tua itu pun sempat khawatir dengan keadaan si ikan.

Hari demi hari dilalui bangau dalam kesendirian. Sampai pada suatu saat, menetaslah semua anak ikan. Sang Bangau belum juga menyadari ada perubahan apa di dalam danau, karena ikan-ikan itu masih sangat kecil. Sebulan telah berlalu, mulailah anak-anak ikan bisa dilihat dengan mata, karena mereka sudah mulai sadar bahwa ikan yang selama ini tidak menampakkan diri ternyata sedang bertelur dan mengasuh anak-anaknya sampai mereka bisa mencari makan sendiri.

Kini induk ikan merasa senang karena di dalam danau itu mulai banyak penghuninya. Dan ia teringat pula tentang keberadaan bangau tersebut. Masih adakah? Atau sudah mati? Ternyata, di suatu pagi yang sangat cerah, ia masih dipertemukan dengan sang bangau tua itu, lalu induk ikan pun menyapanya. Dengan perasaan haru ia melihat keadaan sang bangau yang terlihat makin tua dan bungkuk. Hampir setiap hari bangau itu berdiri di atas batu di tepi danau, memandang jauh kedepan seolah hidup ini sangat melelahkan.

Akhirnya, saat berbincang dengan induk ikan, ia pun berkata, “Sahabatku ikan, aku sudah lelah menghadapi hidup ini. Jika suatu saat datang ajalku di atas batu ini, semoga pengunjung disini berminat membuat patung bangau di atas batu ini dan menguburku di tepi danau ini, agar semua orang tahu bahwa dahulu kala danau ini pernah dihuni oleh sekelompok burung bangau.”

Ternyata apa yang dikatakan burung bangau pun menjadi kenyataan, seminggu hari setelah bangau tua dan induk ikan berbincang, burung bangau tua itu menerima ajalnya tepat di atas batu. Badannya terbujur kaku, dan induk ikan yang setiap hari menemani burung bangau itu pun terkejut melihat jasad sang bangau tua itu tergolek diatas batu. Menangislah induk ikan tersebut, dikumpulkanlah anak-anaknya dan ia pun berucap pada mereka, “Anak-anakku, kau melihat apa yang ada di atas batu? Itu adalah jasad seekor burung bangau yang sangat baik hati. Ia tidak memangsaku, tetapi ia memberi kesempatan aku dan kalian untuk bisa hidup dan berkembang biak. Karena itu pengunjung yang datang bisa menikmati keindahan danau ini.”

Setelah hari beranjak siang, mulailah pengunjung mendatangi danau itu dan mereka masih sempat menyaksikan jasad burung bangau di atas batu dan mereka bersepakat untuk menguburkan burung bangau itu di tepi danau. Ternyata di antara pengunjung ada seorang seniman yang berniat membangun patung bangau di atas batu tersebut.

Setelah beberapa waktu, patung itu selesailah sudah. Legalah hati induk ikan karena apa yang diinginkan sahabatnya terwujud sudah. Akhirnya, danau itu banyak dikunjungi oleh para wisatawan dan dikenal dengan sebutan “Danau Berikan Jinak”.

Karena ikan yang ada di danau itu akrab dengan para pengunjung dan pengunjung pun tidak ada yang bermaksud menangkap atau memancingnya. Mereka membiarkan ikan-ikan itu hidup bebas dan berkembang biak.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.

Dongeng Semut dan Kupu-Kupu

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Semut dan Kupu-Kupu, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Semut dan Kupu-Kupu, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Di sebuah hutan yang sangat lebat, tempat tinggal bermacam-macam binatang, mulai dari ulat, semut, gajah, harimau, dan sebagainya. Pada suatu hari datanglah angin topan yang sangat dahsyat. Badai topan itu datang seketika sehingga membuat panik seluruh hewan penghuni hutan itu. Semua hewan berlari ketakutan menghindari badai yang datang secara membabi buta. Keesokan harinya, badai telah berlalu dan kicauan burung sudah terdengar dengan merdu seperti biasanya, tak ada raut ketakutan di wajah para burung dan sebagian besar binatang. Namun, Seekor Kepompong sedang menangis dan bersedih akan apa yang telah terjadi, ia duduk di sebuah pohon yang sudah tumbang. "Hu..huu...betapa sedihnya kita, diterjang badai tapi tak ada tempat satupun yang aman untuk berlindung..huhu.." sedih sang Kepompong meratapi keadaan yang telah menimpanya.

Dari balik gundukan tanah, muncul seekor semut yang dengan pongah berkata "Hai kepompong, lihatlah aku, aku terlindungi dari badai kemarin, tidak seperti kau yang ada diatas tanah dan tidah bisa berlindung, lihat tubuhmu, kau hanya menempel di pohon yang tumbang dan tidak bisa berlindung dari badai" kata sang Semut dengan sombongnya.

Si Semut semakin sombong dan terus berkata demikian kepada semua hewan yang ada di hutan tersebut, sampai pada suatu hari si Semut yang sedang berjalan mencari makan, tak sengaja dia terjebak diatas lumpur hidup yang bisa menelan dan menariknya kedalam lumpur tersebut. "Tolong...tolong....aku terjebak di lumpur hidup..tolong", teriak si semut. Lalu terdengar suara dari atas, "Kayaknya kamu sedang dalam kesulitan ya, semut?" si Semut menengok ke atas mencari sumber suara tadi, ternyata suara tadi berasal dari seekor kupu-kupu indah yang sedang terbang melintas diatas lumpur hidup tadi.

"Siapakah kau ini, baru pertama kali aku melihatmu?" tanya si Semut. "Aku adalah kepompong yang waktu itu kau hina" jawab si Kupu-kupu. Semut merasa malu sekali dan meminta bantuan si Kupu-kupu untuk menolong dia dari lumpur yang menghisapnya. "Tolong aku kupu-kupu, aku minta maaf waktu itu aku sangat sombong sekali bisa bertahan dari badai cuma hanya karena aku berlindung dibawah tanah". Si kupu-kupu akhirnya menolong si Semut dan semut pun selamat serta berjanji ia tidak akan mengulangi kesalahanya kepada siapapun.

Pesan Moral  Cerita Dongeng Semut dan Kupu-Kupu adalah, Hendaknya kita menyayangi dan menghormati semua makhluk ciptaan Tuhan. Hakikatnya, semua ciptaan Tuhan punya derajat yang sama di mata Tuhan, maka kita harus saling kasi mengasihi dan tidak boleh saling menghina.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.

Sahabat Pak Kancil

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Sahabat Pak Kancil, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Sahabat Pak Kancil, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Di sebuah hutan yang lebat, hiduplah keluarga Pak kancil. Dia tinggal di sebuah lembah dengan Istri dan anak-anaknya yang berjumlah tiga ekor. Rumput yang hijau menghiasi sekitar tempat tinggalnya. Tidak ada seekor binatang pun yang menganggap Pak Kancil sombong, bahkan banyak sekali binatang yang memanggil Pak Kancil sebagai sahabat terbaik mereka. Pak Kancil sangat bahagia karenanya.

Pada suatu hari yang cerah, dia ingin mencari makanan untuk istri dan ketiga anaknya. Dia bangun pagi sekali dan berjalan dengan riang di hutan, tapi tiba-tiba sebuah ranting besar jatuh menimpanya dan melukai sebelah kaki belakangnya. Lukanya tidak parah, tapi ada satu alasan yang membuatnya khawatir. Besok jika para penduduk desa datang ke hutan untuk berburu dengan membawa anjing pemburu, untuk bisa melepaskan diri dari mereka ia harus waspada dan harus bisa berlari. Dia berjalan tertatih-tatih beberapa langkah dan kemudian terduduk, ia menggaruk kepalanya, Sesuatu pasti ada yang salah, pikirnya. "Kenapa?" tanyanya sambil menggoyangkan telinganya, "Kenapa aku harus lari setiap kali bertemu anjing pemburu? Benar-benar menggelikan!" Dia menunjuk dirinya sendiri dan berkata lagi, "Dan aku akan melakukan sesuatu untuk itu!"

Dia bangkit dan berusaha berjalan, dengan terpincang-pincang akhirnya sampai juga ke sebuah lapangan rumput tempat sahabatnya Pak Kuda berada. "Selamat pagi, Pak Kuda kawanku!" katanya. "Aku sedang dalam kesulitan. Besok, kau pun tahu, adalah hari berburu. Dengan kakiku yang terluka ini, aku kesulitan melarikan diri dari kejaran anjing pemburu. Bolehkah aku naik ke punggungmu esok hari?" "Kamu tentu tahu aku akan mengijinkannya," kata Pak Kuda. "Tetapi besok aku harus kerja seharian dengan majikanku. Tapi tentunya hal itu tidak membuat orang baik sepertimu khawatir. Kamu pasti akan dapat banyak pertolongan. Aku yakin sekali!"

Pak Kancil berterimakasih padanya lalu pergi ke tempat lainnya. Kakinya sakit sekali, dan dia lega ketika akhirnya bertemu dengan Pak Kerbau. Tanpa beristirahat dulu, dengan segera ia menceritakan kisahnya. "Dengan tandukmu yang tajam itu, kamu pasti dapat menghadang sekumpulan anjing pemburu, bahkan menakuti para pemburunya sekalian," katanya. "Ya, tentu saja aku dapat melakukannya dengan mudah!" jawab Pak Kerbau. "Sayangnya, aku telah berjanji pada kawanku, aku akan mengunjungi keluarganya besok." "Aku mengerti," jawab Pak Kancil cepat. "Sudahlah, jangan dipikirkan." "Aku lihat kawanmu si Kambing gunung beberapa hari yang lalu," saran Pak Kerbau. "Dia mungkin dengan senang mau menolongmu."

Akhirnya pak Kancil berusaha mencari pak Kambing. Butuh waktu yang lama untuk menemukan Pak Kambing, tapi akhirnya Pak Kelinci berhasil menemukannya lalu mengulang lagi kisahnya. "Kamu tentu tahu bagaimana perasaanku terhadapmu," kata Pak Kambing. "Semua akan aku lakukan untuk orang baik sepertimu. Tetapi sejujurnya, aku sedang merasa tidak enak badan sehingga tidak bisa berbuat apa-apa. Aku sendiri tidak tahu kenapa." Dia berkata sambil mengelengkan kepalanya yang besar berbulu. "Mungkin karena sesuatu yang kumakan tadi pagi."

Sampai sore hari menjelang senja, Pak Kancil sudah mengunjungi Pak Keledai, kawan lamanya Pak Lembu, dan bahkan dia bertemu Pak Beruang yang dahulu nyawanya pernah diselamatkannya. Semuanya berkata ingin menolongnya, tetapi tampaknya mereka sedang sangat sibuk lebih dari biasanya. Pak Kancil berjalan tertatih-tatih ke rumahnya. Ketika malam tiba dia duduk di ruang tengah rumahnya, istri dan anak-anaknya yang berkumpul disekelilingnya hanya diam memandang Pak Kancil. Hari itu Pak Kancil mendapat pelajaran berharga dan sekaligus pengalaman pahit, dan ia ingin menyampaikan pada seluruh keluarganya. "Jika kalian ingin tahu teman macam apa yang kalian punya," Pak Kancil berkata pada istri dan anak-anaknya. "Cobalah meminta pertolongan dari mereka. Maka kalian akan tahu jawabannya."

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Sahabat Pak Kancil adalah : Carilah kawan yang sejati, kawan yang bisa dipercaya dan peduli apapun keadaan kita. Kadang ada kawan yang sangat dekat dengan kita ketika kita dalam keadaan serba ada, namun ketika kita dalam keadaan susah mereka pelan-pelan meninggalkan kita. Teman sejati akan selalu ada dan siap membantu kesusahan sahabatnya, dalam suka maupun duka.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Singa Yang Sakit

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Singa Yang Sakit, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Singa Yang Sakit, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Disebuah belantara, digemparkan oleh kabar tentang sakinya sang raja hutan Singa. Tidak ada yang tahu bagaimana berita itu bisa tersebar, tetapi semua binatang sekarang membicarakannya. Singa sedang sakit keras dan sedang terbaring lemah di rumahnya yang berupa Goa. Dia ingin semua rakyatnya menjenguknya dan mendengarkan wasiat warisan yang akan diberikannya pada mereka, jika sakitnya tidak kunjung sembuh dan dia mati nanti.

Mendengar kabar tersebut, Sang rubah, yang selalu hadir ketika ada yang diberikan cuma-cuma, cepat-cepat pergi ke sarang Singa lebih cepat daripada binatang lain. Tetapi ketika ia semakin dekat, dia berjalan lebih lambat. Dia sedang berpikir keras. Ketika ia sudah sampai di depan mulut gua tempat tinggal singa, dia tidak jadi masuk, malah bersembunyi di balik semak dan memperhatikan apa yang akan terjadi. 

Dia tidak perlu menunggu lama. Satu menit kemudian datang seekor Lembu, dia berjalan cepat-cepat sepertinya tidak mau terlambat masuk ke dalam gua untuk mendengarkan wasiat dari sang raja hutan itu. Rubah itu diam dan menatap mulut gua dengan mata bulatnya yang tajam kekuningan. Dia ingin tahu hadiah warisan apa yang diperoleh si Lembu itu, atau mungkin wasiat apa yang diperolehnya dari singa yang sedang sakit itu. Ternyata dia harus menunggu lama, karena si Lembu ternyata tidak juga kembali. "Betah amat si Lembu di tempat Singa??" Pikir Rubah. Beberapa saat kemudian seekor Domba datang dan seperti si Lembu, dia juga tampak buru-buru masuk ke dalam gua. Ternyata dia juga tinggal lama di dalamnya.

Belum habis tanda tanya dalam fikiran si Rubah, tiba-tiba datang seekor Keledai, seekor Kambing, dan lima ekor Kelinci yang masuk dengan tergesa-gesa ke dalam gua, dan semuanya diamati oleh si Rubah. Selang beberapa saat dia menunggu, mereka pun tidak kunjung muncul dari mulut Goa. Si Rubah berpikir bahwa Singa itu mungkin sedang membacakan banyak wasiat untuk mereka, sehingga para tamunya tidak kunjung kembali.

Dia pun bermaksud untuk masuk ke dalam Goa tersebut. Namun di mulut Goa dia kembali berfikir, "Masa sudah hampir setengah hari mereka tidak ada satu pun yang keluar, ini tidak masuk akal". Pikir si Rubah. Akhirnya dia mengurungkan niatnya dan bernaksud untuk pulang. Namun ketika ia hendak beranjak pergi, betapa terkejutnya ia ketika melihat sang Singa muncul di mulut Goa dan menyapanya dengan berwibawa. "Masuklah! Masuklah, kawanku rubah!". Singa itu memanggilnya. "Aku punya beberapa pesan dan beberapa warisan untukmu!". Rubah menggelengkan kepalanya. "Katanya singa sedang sakit keras, kenapa dia segar bugar dan tampak sehat sekali??". Fikir si Rubah. "Jika anda tidak berkeberatan tuanku!" jawabnya, "Aku akan menunggu besok saja. Dari jejak kaki yang masuk ke dalam Rumahmu, aku lihat banyak rakyatmu yang sedang mengunjungimu. Aku tidak tahan keramaian, rasanya pengap, sumpek dan saya bisa pingsan. Saya janji, sebelum mereka keluar, aku akan mengunjungimu." jawab si Rubah melanjutkan.

Mendengar jawaban itu, tampaknya singa tidak senang. Singa itu mengaum, lalu berlari ke arah Rubah, secepat kilat Rubah yang sudah ambil ancang-ancang untuk kabur segera berlari. Singa terus mengejarnya hingga beberapa lama. Tetapi singa itu tidak bisa menangkapnya. Rubah yang sudah ngos-ngosan bersembunyi di balik semak-semak sambil ketakutan. Sementara si Singa berhenti kelelahan dan berbaring seharian di semak semak dengan perut kenyang karena sudah memakan Lembu, Keledai, Kambing, Domba dan Kelinci.

Pesan Moral dari Cerita Dongeng Fabel Singa Yang Sakit adalah : Jangan mudah percaya dengan kabar yang belum pasti kebenarannya. Hati-hatilah dengan berita  atau kabar yang seolah-olah menguntungkan anda. Misal seperti kabar memperoleh undian berhadiah dan sebagainya. Cek kebenarannya melalui media yang terpercaya.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.

Persahabatan Singa dan Tikus

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Singa dan Tikus, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Singa dan Tikus, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Disebuah hutan yang dipenuhi pepohonan hijau nan rindang. Hiduplah keluarga tikus, mereka sedang menikmati suasana siang itu dengan banyak di rumah. Suasana yang agak sepi dengan semilir angin yang membuat siap saja akan mengantuk, Tak hanya keluarga tikus yang hari itu sedang bermalas-malasan di rumah. Hampir semua binatang berbaring tidur siang dengan nyenyak kecuali seekor anak tikus yang menggoyang-goyangkan kumisnya dan bermain-main dengan bayangannya. Dia lari kian kemari berputar-putar, dia sangat bergembira menikmati siang yang hangat itu.

Karena terlalu senang bermain, dengan berputar-putar mengejar ekornya sendiri sampai dia tak sadar telah jauh meninggalkan rumahnya. Saking asyiknya berlari-larian tanpa sengaja dia menubruk seekor singa besar yang sedang berbaring malas di bawah pohon. Tikus itu tidak menyadari dia telah menabrak sang Raja Hutan, yang disangkanya hanya sebatang dahan pohon. Baru dia tersadar ketika dia melewati hidung sang Singa dan merasakan panasnya hembusan nafas yang keluar dari lubang hidungnya.

Si Raja Hutan bergeming, hidungnya terasa gatal. Dia membuka satu matanya dan melihat seekor tikus abu abu di hadapannya, lalu ...Happp!! Dengan secepat kilat cakarnya menjepit ekor si tikus kecil. Si tikus mencicit ketakutan,"Jangan! Jangan wahai Raja Hutanku! Kasihanilah aku!" Dia berusaha melepaskan ekornya dari cengkeraman cakar sang Singa dengan putus asa. Tapi dia tidak bisa melepaskannya dan setiap kali sang Singa mengaum keras seperti halilintar, tubuhnya bergetar ketakutan. "Jangan! Jangan!" si Tikus bergidik "Jangan wahai Tuanku Raja! Kasihanilah aku. Lepaskanlah cakarmu dan biarkan aku pergi."

Tapi sang Singa malah meneriakinya lebih keras lagi dengan aumannya. Si Tikus mengumpulkan seluruh keberaniannya, lalu berkata membujuk, "Tentunya anda sang Raja Hutan tidak mau mengotori cakar Yang Mulia dengan darah tikus yang tidak berguna ini. Mohon lepaskanlah hamba!" Dan sang Singa malah menekan buntutnya lebih keras lagi dengan cakarnya. "Oh Rajaku! Jika engkau berkenan melepaskanku, suatu hari nanti aku akan menolongmu!"

Sang Raja Hutan tertawa terbahak-bahak "Hahahahahah..... apa aku tak salah dengar???!!!" Kata sang Singa kepada Tikus Muda. "dengan apa kamu akan menolongku??" tanya Singa karena merasa lucu mendengar perkataan terakhir si Tikus Muda. Si Tikus Muda hanya diam saja sambil menggigil ketakutan. Karena merasa kasihan, akhirnya Singa melepaskan cengkeramannya dan membiarkan si Tikus Muda itu pergi melarikan diri.

Beberapa bulan kemudian, si Tikus yang sedang berjalan jalan di hutan mendengar suara auman keras dari balik semak belukar. Dia mencari asal suara itu dan dia menemukan sahabatnya sang Singa terperangkap di dalam jaring pemburu. Sekarang sang Raja Hutan yang berguling-guling berusaha melepaskan diri dari perangkap, tetapi semakin keras dia berusaha, jeratnya semakin kencang. Si Tikus segera menyadari apa yang terjadi dan dengan cepat dia menggigiti jaring, dan tak lama kemudian sang Raja Hutan telah bebas.
"Kebaikan pasti akan dibalas kebaikan," demikian kata si Tikus sambil lari bermain lagi berkejaran dengan bayangannya, meninggalkan Singa yang masih bengong menatapnya. 

Sejak saat itu Singa bersahabat baik dengan Si Tikus Muda dan keluarganya. Kemanapun singa pergi berburu, si Tikus muda selalu ikut menemaninya.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Singa dan Tikus adalah : Berbuatlah kebaikan sebanyak mungkin, Niscaya perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan, balasan itu pasti datang dari Tuhan.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Si Kambing dan Singa

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Si Kambing dan Singa, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Si Kambing dan Singa, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Di belantara yang jauh disana, Hiduplah sekawanan binatang yang beraneka ragam jenisnya. Mulai dari Singa, Gajah, Harimau, Kelinci, Kancil, Kura-kura, Elang, dan lain sebagainya. Siang itu cuaca tampak cerah, udara berhembus pelan dengan sinar mentari yang hangat. Tampak Si kambing tua berjalan mondar-mandir mengenakan kulit singa yang dia temukan. Dia sangat bangga melihat domba-domba berlarian ketakutan ke padang rumput, sementara si tupai berlompatan naik ke dahan paling tinggi sambil menggerutu marah. Bahkan rubah bersembunyi di lubang persembunyiannya, matanya yang bulat menatapnya dengan curiga dan ketakutan. "Hahahahaha.... Mereka semua tertipu!" kata si kambing Tua terkekeh-kekeh dan terpingkal-pingkal. Dia berjalan kian kemari dengan senang. Betapa pintarnya aku, pikirnya.

Tetapi tiba-tiba ada kegemparan di hutan dan seekor singa gagah melangkah ke tepi hutan. Untuk beberapa saat, si raja hutan mengamati kelakuan si kambing tua itu, yang masih berjalan dengan berlagak, merasa sangat bangga dengan kepintarannya. Dia tidak menyadari siapa yang sekarang ada di belakangnya. Sang singa mendengus keras, rahangnya yang besar menganga lebar. Giginya tajam berkilauan. Lalu ia mengaum seperti dengan garang.

Mendengar auman di belakangnya, Si Kambing menoleh penasaran. Seketika Kambing tua itu melompat kaget menjatuhkan pakaian singanya lalu lari terbirit-birit ke dalam hutan. Semua binatang kecil tertawa terbahak-bahak dari balik semak-semak. Singa palsu itu tidak menakutkan mereka lagi ketika singa yang asli hadir.Sementara Kambing Tua bersembunyi di balik pokon sambil gemetaran menahan takut yang luar biasa. Kini dia benar-benar kapok dan menyadari kesalahanya.

Pesan Moral cerita Dongeng Fabel Si Kambing dan Singa adalah : Janganlah kita meniru atau mengaku-aku sebagai orang lain. Tidak ada hal yang baik jika kita meniru-niru orang lain, apalagi untuk menipu dan menindas yang lebih lemah. Jadilah diri sendiri, yang asli tentu lebih baik daripada yang pura-pura atau mengaku-aku.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Rusa Yang Sakit dan Temannya

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Si Kancil Mencuri Timun atau Mentimun, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Rusa Yang Sakit dan Temannya, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Zaman dahulu kala, jauh di dalam hutan tropis hidup seekor Rusa Betina, ia kini sedang sakit dan hampir mati kelaparan karena tidak bisa berjalan untuk mencari makan. Ia terluka akibat tergelincir dari atas tebing. Waktu itu dia sedang berjalan mencari sumber air untuk minum, namun tanpa sengaja dia terpeleset dan akhirnya jatuh kedalam jurang terjal. Dengan tertatih dia berjalan pulang ke rumahnya, dia tinggal di lembah yang ditumbuhi rerumputan subur nan hijau.

Hampir seminggu dia diam terbaring sendirian di dalam rumahnya, hingga kabar sakitnya si Rusa Betina terdengar oleh sesama Rusa. Yang pertama datang menengok adalah Rusa Jantan dari daerah utara tempat tinggal Rusa Betina. Karena kasihan, dia sering datang menengoknya. Rusa Jantan itu bahkan memberitahukan kepada penghuni hutan yang lain tentang Rusa Betina yang terbaring di rumahnya, sakit dan kesepian. Rusa jantan ini juga menceritakan kalau di rumah Rusa Betina banyak sekali makanan Rumput yang hijau dan muda. Akhirnya semakin lama semakin banyak teman datang menjenguk.

Tentu saja hal ini sangat menyenangkan untuk Rusa Betina, dia suka ditemani. Dia menganggap bahwa teman-temannya sangat sayang dan perhatian padanya. Tetapi, ternyata yang datang menjenguknya hanya teman-teman yang tidak tulus, mereka hanya datang untuk memakan rumput-rumput hujau di rumahnya. Rumput yang muda dan hijau subur itu pun segera habis, karena dimakan oleh kawanan Rusa dan hewan-hewan lain. Mereka adalah kerbau, sapi, kelinci-kelinci dan kambing kelaparan yang memakannya sampai ke akar-akarnya. Dan ketika rerumputan itu telah habis, mereka pun tak pernah lagi datang menjenguk si Rusa Betina.

Rusa Betina sangat sedih, disaat dia tidak bisa kemana-mana lagi, makanan di rumahnya sudah ludes oleh hewan lain. Ketika rusa itu terbaring lemas, seorang petani kebetulan lewat dan mendengar rintihan si Rusa. Dia menyibakkan semak semak dan menemukannya. "Apa kesulitanmu, Rusa?" Petani itu bertanya. "Aku kelaparan!" jawab si Rusa Betina. "Kawan kawanku yang datang menjenguk telah memakan semua makanan di rumahku." "Saya akan memperingatkan mereka semua!" seru Petani. "Kamu harus memperhatikan mana kawanmu yang hanya sayang pada perut mereka, dan mana yang benar-benar sayang kepadamu!." Kemudian dia pergi mengumpulkan banyak rumput di hutan dan membawanya kembali ke tempat si Rusa Betina. "Rusa.... Ini makanlah, semoga cepat sembuh." Kata petani sambil menaruh tumpukan rumput hijau dan muda. Dengan lahap Rusa betina menghabiskan rumput itu, hari demi hari pak petani selalu datang memberinya makan dan merawat luka Rusa Betina sampai lukanya berangsur membaik. Rusa betina sangat berterimakasih pada pertolongan pak Tani.

Pesan Moral Cerita Dongeng Fabel Rusa Yang Sakit dan Temannya adalah : Berhati-hatilah memilih teman, ada golongan orang yang hanya menjadikan kita teman disaat kita memiliki sesuatu yang menguntungkan mereka, namun ketika kita sudah tidak memiliki apa-apa, mereka akan menjauhi kita. Mereka hanya peduli dengan dirinya sendiri. Carilah teman yang baik yang tetap menjadi teman di saat senang dan susah.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.