Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah, Semut dan Cicak...

Showing posts with label Legenda. Show all posts
Showing posts with label Legenda. Show all posts

Cerita Dongeng Legenda Putri Limaran

Cerita Dongeng Legenda dari Jawa Tengah Putri Limaran
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Legenda dari Jawa Tengah Putri Limaran, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Tersebutlah seorang putri yang cantik jelita. Putri Limaran namanya, ia adalah permaisuri raja yang rupawan. Walaupun berpenampilan sederhana namun tetap memiliki kecantikan yang luar biasa. Ia memiliki kegemaran membatik dan seni sulam.

Pada suatu hari ketika Limaran sedang mengandung, raja berpamitan untuk pergi berburu. berhari-hari sang raja tidak kunjung pulang dari hutan. Untuk mengisi kekosongan waktu Limaran melakukan kegiatan sesuai kegemarannya. Ia sangat suka membatik di tempat yang tenang.

Suatu ketika sang puteri sedang membatik diatas pohon di tepian tasik atau danau kecil, tepat di bawahnya seorang peri buruk rupanya sedang berkaca di air danau. Si peri Buruk rupa tampak tersenyum-senyum melihat bayangan cantik di air telaga tanpa menyadari adanya sang puteri yang ada diatas pohon. Ia menyangka bayangan itu adalah wajahnya "Alangkah ayu rupawan wajahku" katanya dalam hati.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Namun apa yang terjadi ketika ia tertawa dan bayangan itu tetap membisu, ia dongakkan kepalanya keatas. dilihatny6a putri cantik sedang duduk diatas papan yang terpasang diatas pohon, ia menyadarai bahwa bayangan itu bukan dirinya. Bersamaan dengan itu sang putri melihat ke bawah. Sang putri sangat terkejut melihat peri yang buruk rupa berada dibawahnya, sehingga canting yang dipegangnya jatuh ke tanah.

Limaran berkata "hai peri, bila engkau mau menolongku mangambilkan canting itu, engkau akan aku ajak ke istana menjadi pelayanku". Mendengar kata Limaran sang peri buruk rupa merasa sangat gembira, lalu diambilnya canting yang jatuh dan diberikannya pada Limaran.

Sesuai dengan janji Limaran, maka si Buruk menjadi pembantu Limaran. Karena siburuk mampu menunjukan perangai yang baik, maka ia dangat dipercaya oleh sang putri. Namun dibalik itu semua, hati si Buruk diliputi rasa iri dengan sang Putri. Ia berfikir, "Alangakah bahagianya bila aku dapat menjadi permaisuri seperti sang Putri." Maka ia selalu mencari kesempatan untuk menyingkirkan majikannya itu.

Kesempatan itu akhirnya tiba, ketika limaran hamil tua. Raja pergi berburu di hutan yang jauh dari istana, karena itu pada saat Limaran melahirkan Raja tidak ada di sampingnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh si Buruk. Dengan berdalih mau menolong, Limaran dapat diperdaya. Limaran mati saat melahirkan. Tubuhnya kemudian dikubur di halaman istana dan bayi limaran diasuh dan disusui oleh si Buruk.

Setelah bebulan-bulan lamanya, sang Raja kembali ke istana dengan hati bahagia karena mendengar putranya telah lahir, namun betapa terkejutnya ketika raja mengetahui bahwa permaisurinya telah tiada. seketika wajahnya menjadi muram, si Buruk berusaha menghibur namun tidak berhasil.

Hari demi hari keadaan raja semakin memburuk. Dia sudah tidak mempedulikan lagi keadaan sekelilingnya. Kerjanya hanya termenung menunggui pusara permaisuri yang kini ditumbuhi bunga melati yang harum. hati si buruk semakin jengkel, maka ketika sang Raja tidak ada disana bunga melati itu dicabut dan dibuang jauh-jauh. Raja semakin kehilangan.

Ajaib, ditempat pembuangan bunga melati itu tumbuh pohon maja yang berbuah hanya satu. ketika buah itu matang mengundang selera seorang juru masak untuk memetiknya lalu dibawanya pulang. Aneh, buah itu dapat berbicara dan menjelma menjadi seorang putri cantik jelita. Juru masak dapat mengenalinya, ia dalah Limaran permaisuri Raja. Limaran meminta ijin juru masak untuk boleh tinggal di rumahnya. Juru masak yang kebetulan adalah seorang janda tidak merasa keberatan bahkan dengan senang hati ia menerimanya. Selama tinggal di rumah juru masak, sang Putri selalu memperhatikan keperluan putranya. Ia membuat baju-baju bayi yang disulam indah serta membuat makanan kesukaan Raja. tentu sang raja menjadi bertanya-tanya siapakah gerangan yang mampu membuat makanan kegemarannya. Rupanya tidak mudah untuk mengetahui karena juru masak tidak mau berterus terang ketika ditanya. namun akhirnya rahasia itu terbongkar ketika sang Raja diam-diam mengikuti juru masak yang pulang kerumahnya. Pertemuan sang Raja dengan permaisuri sangat mengharukan. Sang putri lalu menceritakan semua peristiwa yang telah menimpanya. sang raja berjanji akan menghukum si Buruk setimpal dengan kesalahannya.

Si buruk rupa pun kemudian dihukum mati, mayatnya dikubur di belakang istana. Karena kejahatannya, maka diatas kuburnya tumbuh bunga bangkai yang berbau busuk.

Pesan moral Dongeng : Janganlah menjadi orang yang iri dengki terhadap orang lain, niscaya hidupnya tidak akan bahagia dan akan celaka.


Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Untuk belajar memahami itu semua, coba adik-adik tebak dari cerita diatas temanya apa, tokohnya siapa dan settingnya dimana, ayo siapa yang tahu?.


Kisah Si Burung Bayan dan Si Penggetah

cerita burung bayan cerita dongeng indonesiaCerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang cerita Dongeng Kisah Si Burung Bayan dan Si Penggetah.

Adik-adik ada yang suka burung tidak? bicara soal burung, kakak kali ini akan mendongeng tentang kisah seekor burung dan seorang pemburu burung, begini ceritanya. Pada zaman dahulu, Tersebutlah seorang lelaki yang dikenal dengan nama si Penggetah. Si penggetah ini diambil dari keseharian lelaki itu sebagai penangkap burung dengan menggunakan getah. Si Penggetah sangat mahir dalam pekerjaannya. Burung-burung hasil tangkapannya kemudian dijual, dan uang hasil penjualan digunakan untuk kehidupan sehari-hari.

Si penggetah sudah sangat lama menjalani pekerjaanya tersebut, namun masih ada yang mengganjal dalam hatinya. Ratusan burung telah berhasil dia tangkap, namun dia belum berhasil menangkap burung bayan yang terkenal dapat berbicara seperti manusia. Oleh karena itu pada hari yang telah dia tentukan, dia berangkat ke hutan yang terkenal tempat bersarangnya burung bayan. “ Jika nanti aku berhasil menangkap burung Bayan, aku akan mengurungnya dengan sangkar emas. Aku juga akan merawatnya dengan baik.” Janji si Penggetah dalam hati. Sambil menaburkan getah pada batang pohon yang diduga tempat persinggahan Burung bayan.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Pada saat kesokan harinya si Penggetah memeriksa hasil pekerjaannya kemarin. Dia sangat bergembira setelah mendapati seekor burung Bayan terjebak dalam getah buatannya. Si Penggetah lantas membersihkan bulu-bulu burung Bayan yang masih ditempeli getah. Seraya memasukan baurung bayan hasil tangkapannya, si Penggetah berujar pelan.” Sesungguhnya aku telah berjanji jika berhasil menangkapmu, maka aku akan memasukan kedalam sangkar emas dan memeliharamu dengan baik. Namun saat ini aku sangat sulit melaksanakan janjiku karena kondisiku sangat miskin.”

Secara tidak terduga, burung Bayan itu menukas ucapan si Penggetah.” Jika engkau memang menghendaki emas, tampunglah kotoranku. Percayalah, kotoranku itu kelak akan berubah menjadi emas.”

Meski awalnya ragu, namun si Penggetah melaksanakan nasihat si burung Bayan. Dia menampung kotoran si burung bayan dan menyimpannya. Kejaiban terjadi, pada saat esok hari nya kotoran si Burung bayan berubah menjadi butiran-butiran emas. Si Penggetah lantas mengumpukan butiran-butiran emas tersebut. Sampai dirasanya cukup, dia menjual butiran-butiran emas itu dan membeli sebuah sangkat emas besar untuk si burung Bayan. Si penggetah tidak melupakan janjinya pada si burung Bayan, dia juga membeli makanan dan buah-buahan yang sangat disukai si burung bayan.

Berita mengenai Burung Bayan ajaib yang dimiliki si Penggetah dalam waktu singkat langsung menyebar. Kabar keberadaan burung Bayang yang kotorannya dapat berubah menjadi emaspun sampai ke telinga Raja Helat yang merupakan raja yang berkuasa di wilayah si Penggetah tinggal. Raja Helat sangat rakus dan kejam orangnya. Jika dia menginginkan sesuatu, maka apa yang diingikan tersebut harus menjadi miliknya. Dia tidak akan segan-segan merampas dan menggunakan kekerasan untuk mewujudkan setiap keinginannya. Tidak berapa lama setelah mendengar kabar tersebut, Raja Helat langsung memerintahkan hulubalangnya yaitu Bujang Selamat untuk merampas Burung Bayan ajaib itu dari tangan si Penggetah. “ Minta burung bayan itu agar dapat kumiliki, namun jika pemiliknya menolak, rampas saja dengan kekerasan.”

Bujang Selamat lantas berangkat menuju gubug tempat dimana Si Penggetah tinggal. Sesuai perintah raja Helat, Bujang Selamat meminta si Penggetah menyerahkan Burung Bayan miliknya kepada Raja Helat.

Sesungguhnya Si Penggerah sangat enggan menyerahkan Burung Bayan tersebut kepada Bujang Selamat, namun untuk menolakpun dia tidak memiliki keberanian. Dia tahu hukuman berat yang sedang menunggunya jika dia menolak keinginan Raja Helat. Dai pun memberikan usul.” Bagaimana jika kamu tanya sendiri saja perihal keinginan Sri Baginda kepada Burung Bayan peliharaanku.”

Bujang Selamat setuju dengan usula dari Si Penggetah.

“Wahai Burung Bayan.” Kata si Penggetah.” Tentu engkau sudah mendengar pembicaran aku dengan Hulubalang istana ini. Sekarang jawablah, apakah engkau bersedia menjadi peliharaan Raja Helat atau tidak. “

Burung Bayan menatap bujang Selamat lekat-lekat sebelum menjawab.” Bujang Selamat, jika Raja Helat mampu memenuhi syarat-syarat yang kuajukan, aku bersedia dengan suka rela menjadi peliharaan Raja Helat.”

“Syarat apa yang engkau kehendaki?” Tanya Bujang Selamat.

“Syarat yang kuajukan sangat mudah.” Ucap burung Bayan.” Aku akan bercerita tentang berbagai kisah. Aku ingin Raja Helat dan keluarganya mendengarkan ceritaku sampai selesai. Sebelum ceritaku berakhir, aku tidak boleh berpindah kepemilikan. Sampaikan kepada Raja Helat mengenai permintaanku ini. Jika Raja Helat bersedia, maka aku juga akan bersedia pula menjadi peliharaanya.”

Bujang Selamat segera melaporkan persyaratan yang diajukan Burung Bayan kepada Raja Helat. Mendengar cerita hulubalangnya, Raja Helat tanpa berpikir panjang segera menyetujui persyaratan itu. Raja helat berpendapat syarat yang diajukan Burung Bayan sangat mudah. Burung Bayan pun lantas dibawa ke Istana kerajaan.

Dihadapan Raja Helat dan keluarganya burung Bayan mulai bercerita. Sangat menarik ternyata cerita yang disampaikan si Burung Bayan. Raja Helat dan keluarganya yang mendengar seperti disihir untuk terus mendengarkan kisah-kisah yang diceritakan si Burung Bayan. Mereka ingin terus mendengarkan cerita itu sampai selesai. Melihat antusiasme Raja Helat dan keluarganya, Si Burung Bayan kembali mengajukan syarat.” Hendaknya Paduka membayar cerita hamba ini dengan segantang emas murni, makanan dan minuman untuk ku.”

“Segantang emas murni?” bola mata Raja Helat membesar, sifat aslinya yang kikir terlihat jelas diwajahnya.” Aku harus membayar ceritamu dengan segantang emas murni, makanan dan juga minuman untukmu?”

“Benar.” Jawab Si burung Bayan. “ Sesuai perjanjian kita sebelumnya, jika hamba belum selesai bercerita, maka hamba tidak boleh berpindah pemilik. Untuk cerita hamba ini paduka harus membayar kepada pemilik hamba yaitu si Penggetah.”

Raja Helat terpaksa memenuhi permintaan si burung Bayan. Segantang emas memang jumlahnya sangat banyak bagi rakyat, namun bagi Raja Helat jumlah itu sedikit jika dibandingkan dengan hartanya yang disimpan di gudang istana. Gudang kerajaan sangat banyak menyimpan emas, makanan dan minuman. Itu didapatkan dari pajak kepada rakyat yang sangat tinggi. Semua harta dan makanan itu ditimbun hanya untuk kesejahteraan dirinya dan keluarganya. Sama sekali tidak terpikir olehnya mengenai kesejahteraan Rakyat yang dipimpinnya. Karena dia berpikir bahwa hartanya tidak akan habis untuk membayar seluruh cerita si burung Bayan, Raja Helatpun memberikan permintaan si Burung Bayan kepada Si penggetah.

Si Penggetah yang merasa harta yang diberikan kepadanya bukalah haknya, melainkan hak seluruh rakyat miskin yang selama ini mebayar pajak tinggi untuk kerajaan. Oleh karena itu si Penggetah justru membagikan kembali harta dan makanan yang diterimanya kepada rakyat yang ada dikerajaan tersebut. ]

Diluar dugaan Raja Helat, Si Burung Bayan benar-benar cerdik. Ceritanya tidak hanya menarik, namun juga panjang dan terus bersambung. Raja Helat dan keluarganya seperti terkena candu untuk terus mendengarkan cerita dari si Burung Bayan. Setiap kali menyelesaikan satu bagian dari cerita panjuangnya, si Burung Bayan meminta bayaran segantang emas murni, makanan dan minuman. Raja Helat terus memenuhi permintaan tersebut. Karena cerita itu terus berkembang, hingga berbulan-bulan kemudian cerita itu belum juga selesai. Telah berpuluh-puluh gantang emas diberikan Raja Helat kepada si Penggetah, disamping berkarung karung makanan, buah-buahan dan minuman. Raja Helat tidak menyadari bahwa gudang penyimpanan hartanya semekin lama semakin kosong. Sampai akhirnya tibalah saat dimana seluruh harta Raja Helat yang disimpan digudangnya habis. Raja Helat yang kikir saat ini tidak memiliki harta. Rakyat yang selama ini dibantu oelh si Penggetah jadi tahu perilaku buruk Raja mereka yang suka menimbun harta untuk dirinya sendiri. Mereka melihat Raja Helat tidak pernah memikirkan kesejahteraan mereka. Rakyat yang marah akhirnya bersatu padu dengan perajurit dan hulubalang kerajaan untuk menggulingkan kekuasaan Raja Helat dan keluarganya.

Rakyat, hulubalang dan para perajurit sepakat untuk mengangkat si Penggetah menjadi raja mereka menggantikan Raja Helat yang kikir dan kejam.

Bertahtalah si penggetah selaku Raja. Dia mengangkat Si Burung Bayan menjadi penasehat kerajaan. Karena saran dan nasihat si Burung Bayan yang cerdas dan bijak, si Penggetah dapat menjalankan kerajaan itu dengan baik. Kesejahteraan Rakyat senantiasa menjadi prioritas utama, dia tidak pernah menumpuk kekayaan seperti yang dilakukan oleh Raja Helat.

Segenap Rakyat kerajaan dapat hidup dengan tenang, damai dan sejahtera dalam pemerintahan si penggetah. Sementara si Penggetah pun hidup berbahagia bersama si burung Bayan yang tetap ditunjuknya selaku penasihat kerajaan.

Pesan Moral dari Cerita Anak Indonesia Kisah Si Burung Bayan dan Si Penggetah adalah :

Kekejaman dan keserakahan penguasa akan ditumbangkan oleh kekuatan rakyat yang dipimpin oleh penguasa. Hanya penguasa yang senantiasa memikirkan dan mengusahakan kesejahteraan rakyatnya saja yang akan dicintai oleh rakyatnya. Pesan moral lainnya adalah jangalan berlaku kikir dan kejam, karena kebahagiaan sejati akan didapatkan dari kedermawanan dan kasih sayang.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Untuk belajar memahami itu semua, coba adik-adik tebak dari cerita diatas temanya apa, tokohnya siapa dan settingnya dimana, ayo siapa yang tahu?.


Cerita Legenda Asal Usul Banjarnegara

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Legenda Asal Usul Banjarnegara, Cerita Rakyat Jawa Tengah
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Legenda Asal Usul Banjarnegara, Cerita Rakyat Jawa Tengah, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Kota Banjarnegara terletak di antara Kota Wonosobo di sebelah timur dan Kota Purbalingga di sebelah barat. Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Kebumen dan di sebelah utara berbatasan dengan Kota Batang dan Pekalongan.

Adalah Kyai Maliu, seorang tokoh agama kharismatik yang sangat dihormati. Sudah berhari-hari Kyai Maliu menyusuri hutan, gunung, dan lembah. Namun, tempat yang dicari belum ditemui. Rasa lelah dan haus tidak dihiraukan. Hanya satu yang dicari, yaitu suatu tempat yang cocok untuk mendirikan sebuah pondok.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Sampailah Kyai Maliu di suatu tempat yang menarik hatinya. “Keindahan alam sekitar kali Merawu ini sangat mengesankan. Apa ini tempat yang saya cari selama ini?” demikian hatinya bertanya. Tanah di sekitar Kali Merawu berundak dan berbanjar sepanjang aliran sungai. Di sekitarnya berdiri pegunungan Kendeng yang indah dan berhawa sejuk. Maka, segerta dibangunnya pondok yang indah menghadap Kali Merawu. Tempat itu sekarang berada di sekitar jembatan Clangap.

Kyai Maliu berperangai baik dan jujur. Selain itu ia juga tekun bekerja dan berdisiplin tinggi. Karenanya, ia sangat berwibawa dan disegani banyak orang. Tidak mengherankan kalau segala perilakunya menjadi anutan warga di sekitanya. Waktu demi waktu terus berjalan dan akhirnya daerah sekitar pondok Kyai Maliu menjadi desa baru yang indah, bersih, dan teratur.

Pada suatu hari Kyai Ageng Maliu mengumpulkan semua warganya di padepokannya. “Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan Saudara semua, terima kasih kalian sudi mendatangi undangan saya,” berkatalah Kyai Maliu dihadapan warga yang diundangnya. Kemudian lanjutnya, “Apa kalian kerasan tinggal di tempat ini?” Semua warga menjawab sudah betah dan nyaman tinggal di tempat baru tersebut. “Baik, terima kasih. Namun, ada suatu hal akan saya sampaikan kepada kalian.” “Sesuatu apa, Kyai?” tanta seorang warga. “Kalian tahu tempat ini belum bernama. Nah, maksud undangan saya kepada kalian adalah untuk bermusyawarah menetapkan nama yang cocok untuk desa kita ini.”

Kemudian musyawarah menentukan nama desa dilaksanakan. Banyak yang mengusulkan nama dengan alasan masing-masing. Karena banyak perdebatan, maka Kyai Maliu juga mengusulkan sebuah nama, yaitu Banjar. Alasannya, selain tempatnya indah, tanah-tanahnya berundak dan berbanjar. “Aku setuju Kyai….” jawab sesorang. “Aku juga setuju Kyai….” jawab yang lainnya hampir serempak. Atas dasar musyawarah warga hari itu juga, Kyai Maliu diangkat menjadi petinggi dan kemudian dikenal sebagai Kyai Ageng Maliu Petinggi Banjar.

Kyai Ageng Maliu terkenal sebagai pemimpin yang memiliki rasa asah, asih, dan asuh sehingga sangat dicintai oleh rakyatnya. Penduduk desa Banjar sangat giat dalam bekerja di sawah-sawah. Tidak heran kalau rakyatnya hidup makmur dalam hal sandang, pangan, dan papan. Dibawah kepemimpinannya desa Banjar berhasil menjadi desa yang mandiri dan berswasembada pangan. Bahkan desa Banjar pada saat itu sempat menjadi lumbung padi untuk daerah- daerah di sekitarnya.

Kehidupan beragama juga tumbuh dengan subur dan menjiwai segenap aspek kehidupan rakyatnya. Masjid-masjid selain digunakan sebagai tempat ibadah salat juga digunakan untuk bermusyawarah dalam memecahkan segala urusan desa. Mulai dari menentukan kapan waktu yang cocok untuk menanam padi, perawatan, dan memanen. Semuanya dikerjakan dengan gotong royong dan penuh rasa kekeluargaan. Tidak heran kalau pada waktu itu desa Banjar terkenal hingga luar daerah dan mengundang perhatian para ulama besar yang sedang melaksanakan dakwah Islam.

Suatu hari, datanglah tiga orang tamu ke pondok Kyai Ageng Maliu. “Wa’alaikum salam….” Kyai Ageng Maliu menjawab salam tamunya seraya menuju ke pintu. Dilihatnya tiga orang tamu yang dipastikan bukan berasal dari daerah Banjar. Cara berpakaian dan tutur katanya setidaknya bisa dijadikan alasan. “Mari Kisanak, silakan masuk….!” ucap Kyai Ageng Maliu sambil menjabat tangan ketiga tamunya satu per satu. “Terima kasih Kisanak telah menerima kami dengan baik. Oh ya, perkenalkan, saya adalah Giri Wasiyat dari Gresik. Sedangkan kedua ini adalah saudaraku, Kangmas Prapen dan Dimas Giri Pit. Kami bertiga adalah putra Rama Sunan Giri dari Gresik.” “Allahuakbar…. saya kedatangan tamu agung rupanya….” “Jangan berlebihan Kisanak. Saya sudah tahu bahwa Kisanak petinggi desa ini. Santri-santri yang belajar di pondok sangat banyak. Untuk itu kami bertiga menyempatkan datang kemari untuk saling bertukar pengalaman.” “Jangan berkata begitu Pangeran. Kalau saya berani berdakwa itu hanya berbekal niat. Namun, saya yakin kalau Pangeran bertiga selain bekal niat juga telah memiliki ilmu agama yang mumpuni.” “Di mata Allah kita itu sama. Segala ilmu adalah milik Allah. Kita hanya dipinjami, itupun sangat terbatas. Namun demikian, jika ilmu yang sedikit ini diamalkan untuk orang lain, maka jadilah ilmu yang bermanfaat, demikian Rama Sunan Giri pernah berwasiat menirukan sabda Nabi Muhammad.”

Semenjak kedatangan tamu dari Gresik, hampir setiap malam diadakan pengajian umum. Rakyat desa Banjar benar-benar merasa beruntung dapat menimba ilmu keagamaan secara luas dari seorang ulama besar secara langsung. Kyai Ageng Maliu banyak berguru kepada Kyai Ageng Giri Wasiyat. Kyai Ageng Maliu sendiri adalah orang yang cerdas, jujur, disiplin, dan taat beribadah. Tidak heran kalau Kyai Ageng Giri Wasiyat sangat tertarik akan sikap terpuji Kyai Ageng Maliu, tuan rumah sekaligus santrinya itu.

Untuk memperkokoh persahabatan dan sebagai penghargaan atas kebaikan Kyai Ageng Maliu, beliau berdua sepakat akan menghadiahkan putrinya, Nyai Barep, kepada Kyai Ageng Maliu sebagai istrinya. Terjadilah pernikahan dan Nyai Barep resmi menjadi istri Kyai Ageng Maliu. Selepas kepergian Sunan Giri Pit dan Pangeran Giri Wasiyat, Kyai Ageng Maliu bersama istrinya tetap meneruskan dakwah membina warga desa Banjar dalam bidang keagamaan dan pertanian.

Desa Banjar berkembang sangat pesat. Selain sebagai pusat penyebaran agama, juga tempat bertemunya para pedagang. Karena sebagai tempat perniagaan maka desa itu semakin ramai dan berpenduduk banyak. Akhirnya desa itu berkembang menjadi sebuah kota atau tepatnya disebut kadipaten.

Semula Kadipaten Banjar berlokasi di sebelah timur kali Merawu, kemudian pindah ke sebelah barat kali Merawu dan kemudian dikenal dengan nama Banjar Watu Lembu. Selanjutnya pusat pemerintahan dipindahkan dari Banjar Watu Lembu ke sebelah selatan kali Merawu yang sekarang menjadi Kota Banjarnegara. Lokasi pusat pemerintahan di daerah pesawahan yang cukup lebar (Banjar), dan dinamakan Banjarnegara. Banjarnegara berasal dari dua kata yaitu Banjar yang artinya sawah atau lebar dan negara yang artinya kota. Jadi dahulu kala kota Banjarnegara didirikan di daerah pesawahan yang cukup lebar dan datar.

Legenda ini menceritakan asal mula kota Banjarnegara yang berasal dari kata banjar yang berarti sawah/tempat yang luas dan Negara yang berarti kota.

Pesan Moral dari  Cerita Legenda Asal Usul Banjarnegara adalah : Bahwa setiap pemimpin yang baik yang memerhatikan kehidupan rakyatnya akan senantiasa dicintai rakyatnya pula. Maka tidak mengherankan bahwa tempat yang semula hanya berdiri sebuah pondok akhirnya menjadi desa hingga kemudian menjadi berkembang menjadi sebuah kadipaten (kabupaten). Hal ini menunjukkan bahwa Ki Ageng Maliu berhasil menjadi seorang pemimpin yang baik.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Untuk belajar memahami itu semua, coba adik-adik tebak dari Cerita Legenda Asal Usul Banjarnegara diatas temanya apa, tokohnya siapa dan settingnya dimana, ayo siapa yang tahu?.


Cerita Legenda Asal Usul Kalibening

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Legenda Asal Usul Kali Bening Banjarnegara Jawa Tengah
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Legenda Asal Usul Kali Bening Banjarnegara Jawa Tengah, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Di Kabupaten Banjarnegara terdapat satu wilayah bernama Kalibening yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kajen Pekalongan. Kondisi geografis yang dikelilingi bukit di setiap penjuru membuat Kalibening menjadi dataran tinggi di Kabupaten Banjarnegara yang rutin diterjang banjir ketika musim penghujan tiba. Menurut penduduk setempat secara turun temurun, nama Kalibening diangkat dari kisah sepasang suami istri yang berakhir tragis. Konon pada zaman dahulu kala sebelum ada nama Kalibening, hiduplah sepasang suami istri yang bernama Argo Wilis dan istrinya yang bernama Aning Welas.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Dikisahkan, Pada suatu hari, Argo Wilis pergi mengembara seorang diri ke daerah Pekalongan. Ia terpaksa meninggalkan istri tercintanya di rumah sendirian. Kepergian Argo Wilis tentu membuat perasaan Aning Welas sedih, karena harus hidup seorang diri. Seperginya Argo Wilis, Aning Welas melalu hari harinya dengan hampa. Bercocok tanam sendiri dan kemana mana selalu sendiri. Tak ayal banyak pemuda yang hendak menggoda Aning Welas yang berparas cantik. Akan tetapi Aning welas menunjukan kesetiaan yang tinggi terhadap Argo Wilis, suami tercintanya. Tak satupun godaan dari pemuda yang berusaha merayunya di perhatikan.

Tak terasa hari berganti bulan, bulan berganti tahun, dan Argo Wilis pun pulang dari pengembaraannya. Dengan diliputi rasa kangen mendalamterhadap istrinya, Argo Wilis pulang dengan penuh keceriaan. Jarak yang jauh seolah tak berarti apa apa baginya. Ia terus dengan semangat menapaki jalan berlumpur menuju Kalibening. Setibanya di Kalibening, ia bergegas menuju rumahnya dan berharap segera bertemu dengan istri tercinta yang sangat dirindukannya. Akan tetpi, harapan yang ada diperkirakannya tak sesuai dengan kenyataan. Argo Wilis begitu kaget ketika dari kejauhan Nampak Aning Welas sedang berbicara berdua dengan seorang laki-laki. Rasa kangenyang selalu membayangi langkahnya seketika berubah menjadi cemburu buta. Akal sehatnya tak lagi berfugsi. Yang ada dipikirannya hanyalah cemburu yang berkecamuk. Tanpa berpikir panjang Argo Wilis lngsung menemui istrinya yang sedang berdua dengan lelaki tersebut. Seketika Argo Wilis marah besar, dan menuduh jika istrinya selingkuh dengan laki laki tersebut. Aning Welas berusaha menjelaskan tetapi tak pernah didengarkan olehnya. Cemburu yang telah berkecamuk menutup mata hati Argo Wilis.

Aning Welas telah berusaha menjelaskan dan meyakinkan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi tetap tak dipercaya oleh Argo Wilis, maka Aning Welas segera pergi ke sungai yang tepat berada di sebelah rumahnya. Ia berusahamembuktikan kepada suaminya, bahwa tuduhannya itu tidak benar. Aning Welas bersumpah serapah kepada Argo Wilis bahwa dirinya akan melompat ke dalam sungai yang airnyaberwarna kecoklatan untuk membuktikan ucapannya. “ kakang, aku akan melompat ke sungai yang sedang banjir ini. Jika air ini berubah menjai jenih (bahasa jawa : bening ), maka ucapanku benar. Akan tetapi jika setelah aku melompat ke sungai airnya tetap keruh, maka ucapanku bohong, akulah yang salah dan tidak setia. Berarti apa yang dituduhkan kakang kepadaku benar adanya.

Tak lama dari kata terakhir itu, Aning Welas langsung melompat ke sungai yang arusnya sangat deras. “byurrrr..” tubuh semampai Aning Welas meluncur ke sungai, dan seketika itu juga air sungai yang tadinya keruh berubah menjadi jernih atau bening. Argo Wilis kaget bukan main, terpana dan tercengang melihat peristiwa tersebut. Dengan sekuat tenaga, Argo Wilis berusaha mencari kberadaan istrinya. Akan tetapi derasnya air sugai membuat ia kesulitan mencari tubuh istrinya. Aning Welas terinta tak bisa ditemukan. Argo Wilis sangat menyesal atas tuduhannya kepada istrinya yang sebenarnya sangat setia itu. Namun begitulah, penyesalan selalu datang di akhir. Kini Aning Welas, istri tercintanya telah tiada. Ia telah pergi untuk selamanya bersama derasnya arus sungai yang telah berubah jadi jernih itu. Dari peristiwa itulah kemudian daerah tersebut dinamai Kalibening. Kali berarti sungai, dan bening bermakna jernih.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Untuk belajar memahami itu semua, coba adik-adik tebak dari Cerita Legenda Asal Usul Kalibening diatas temanya apa, tokohnya siapa dan settingnya dimana, ayo siapa yang tahu?.

Cerita Legenda Asal Usul Ajibarang

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Legenda Asal Usul Ajibarang-cerita Rakyat Banyumas Jawa Tengah
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Legenda Asal Usul Ajibarang menurut berbagai sumber, Cerita Rakyat Banyumas Jawa Tengah, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Alkisah, Kala itu Negeri Galuh Pakuan sedang dilanda cobaan berat. Musim kemarau yang berkepanjangan menimbulkan kesengsaraan rakyat. Wabah penyakit dan tindak kriminal meningkat. Sementara punggawa dan hulu balang belum mampu menghadapinya. Arya Munding Wilis yang menjadi Adipati kala itu memang sedang diuji. Belum selesai mengatasi kesulitan yang satu timbul masalah yang lain. dalam kesedihan menghadapi negeri yang sedang terancam itu, isterinya yang sedang hamil menginginkan daging kijang berwarna putih. demi cintanya kepada Sang Isteri, berangkatlah Sang Adipati Munding Wilis dengan Kuda Dawuk Ruyung kesayangannya. Hanya ditemani dua pengawalnya, berhari-hari Sang Adipati tak mengenal lelah dalam mencari buruannya itu. Namun sudah sampai sebulan belum juga nampak hasilnya.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Ketika mereka berburu kearah timur menyusuri Sungai Citandui sampailah Sang Adipati beserta dua pengawalnya di suatu grumbul. ternyata Adipati beserta dua pengawalnya itu sampai di sebuah perkampungan para brandal yang sering mengacau di seluruh kadipatennya. di Grumbul Gunung Mruyung tersebut sang adipati terpojok dan dirampok oleh dedengkot grumbul itu yaitu Abulawang. seluruh bawaan bahkan kuda sang Adipati dirampas dan sang dedengkot mengancam akan merampok dan menghancurkan kadipatennya. Adipati yang sedang kecewa karena tidak mendapat buruannya pulang dengan kesedihan yang lebi mendalam ke kadipatennya.

Sampainya di kadipaten, kesedihan sang Adipati terobati karena putera yang ditungu tungu sudah lahir kedunia. Semakin gembiralah ia setelah ditunjukkan adanya tanda hitam di lengan kiri bayi itu, yang konon merupakan "toh wisnu". Artinya bayi ini kelak akan menjadi seorang yang besar yang berbudi luhur dan bijaksana.

Ternyata kegembiraan di Kadipaten itu tak berlangsung lana. Pada malam keempat kelahiran sang jabang bayi. Perampok gerombolan dari gunung mruyung dedengkot abulawang bener bener datang dan menghancurkan Kadipaten. Prajurit dan pengawal tidak bisa melawan gerombolan tersebut. Semua barang dirampok dan Kadipaten dibakar.

Untunglah sang Adipati dan Gusti putri selamat. namun nasib bayi yang ditunggui oleh dua orang emban tidak demikian. bayi itu dibawa oleh salah seorang perampok ke Gunung Mruyung tempat markas mereka. Adipati dan gusti putri lemas, bahkan gusti putri pingsan.

Suatu Ketika, adipati Munding Wilis dan istrinya menyamar sebagai petani kecil, pergi meninggalkan Kadipaten. semula mereka bertekad ke gunung mruyung, tempat perkampungan para perampok pemberontak untuk mencari bayinya. Namun niatnya diurungkan karena terlalu bahaya, merekapun berjalan ke arah lain.

Bayi yang masih merah itu, sudah sampi di Gunung Mruyung. Bertahun tahun Bayi tersebut tumbuh menjadi pemuda gagah dan tampan, sifatnya baik berbeda dengan orang tua angkatnya yang perampok. pemuda itu dinamai Jaka Mruyung. Karena tidak senang dengan sikap dan tingkah laku orang tuanya makadia pergi meninggalkan Gunung Mruyung.

Jaka mRuyung pergi dengan Kuda Dawuk Ruyung,yang dimiliki orang tua angkatnya, kuda tersebut sebenarnya adalah kuda milik ayah kandungya adipati Wilis. Jaka Mruyung tiba disuatu kampung di kawasan "Dayeuhluhur" dan bertemu seorang kakek. Ternyata kakek tersebut bukan kakek sembarangan. Dia adalah Ki Meranggi, seorang bekas prajurit sakti Kerajaan Majapahit dan kini menjadi seorang MRanggi (pembuat rangka keris). Jaka mruyung mengabdi di rumah Ki Meranggi, dan selama pengabdiannya dia banyak mendapat pengalaman yaitu baca, tulis, membuat keris dan ilmu keprajuritan serta kedigdayaan. semua ilmu dikuasainya dalam empat tahun. Pada tahun ke enam, Jaka Mruyung seolah mendapat Ilham agar meneruskan perjalan ke Timur, dan disana dia menermukan pohon pakis aji dan kelak hutan pakis aji tersbut ditebangi dan dijadikan negeri. Jaka mruyung pun pamit dan berpesan pada Ki Meranggi agar pedukuhan ini sepeninggalnya kelak diberi nama Dukuh Penulisan karena ditempat inilah dia belajar menulis.

Setelah menempuh perjlanan jauh, sampailah dia di perbatasan Kadipaten Kuta negara. Ditempat itu iapun melepas lelahnya. Sambil memuji Kebesaran TUhan ia menyaksikan keindahan lam sekitarnya. Si Dawuk Ruyung, kudanya yang sudah tua itu makan rumput sekenya-kenyanya. Jaka mruyung memandang rumput hijau itu bagaikan permadani yang Gumelar (digelar dalam bahas Jawa). Tempat itu kemudian nantinya disebut DUkuh Gumelar. Di tempat ini dia bertemu dengan pemuda dari Dukuh Cilangkap. Dari pemuda ini dia akhirnya tahu letak Hutan Pakis Haji yang ada dalam ilhamnya. Stelah dia melakukan prjalanan dan singgah sejenak di Dukuh Cilangkap, dia terus memburu keluar, ke Hutan Pakis Aji. Hutan tersebut ternyata berada di Selatan Kuta negara dan sebelah timur Dukuh Cilangkap.

Sementara itu, perjalanan Adipati Munding Wilis dan istrinya yang menyamar menjadi Ki Sandi tiba di DUkuh Penulisan, Daerah Daeyuhluhur . Kebetulan keduanya singgah pula di rumah Ki Meranggi. Mereka bertukar pengalaman. Langkah gembiranya kedua tamu mendengar cerita Ki Meranggi, merka yakin yang diceritakan Ki MEranggi itu ciri-ciri anaknya( dengan Toh WIsnu di Tanggannya). mereka semakin gembira karena Ki Meranggi juga mengatakan kemana arah peginya anak mereka Jaka Mruyung. Semenjak Pergi dari Negerinya Galuh Pakuan, Adipati Wilis dan Istrinya memang selalu bedoa agar bisa dipertemukan dengan anaknya. Dan Memang sudah digariskan mereka berdua pun sampai di Dukuh Cilangkap dan bertemu dengan orang tua Tlangkas ,pemuda yang pernah memberikan petunjuk kepada Jaka Mruyung.

Ki Sandi alias Adipati Wilis pun tambah gembira karena harapanya semakin dekat terkabul. Sedang Jaka Mruyung kini sudah sampai di kaki bukit sebelah barat Hutan Pakis Aji. di sebelah situ ia terus ke Selatan dan menyebarangi Kali yang airnya Racak-racak, kali itu kemudian dinamai Kali Racak. dipinggir bukit itu ia melihat pohon yang berbuah sangat banyak, lalu ia bertanya pada orang yang lewat, Apa nama buah itu pak??orang itu malah menjawab dengn basa sunda, "Ie mah Gondangamis" artinya ini buah gondang yang manis. Kelak tempat itu menjadi Desa Gondangamis.

Dari situ dia terus menyusuri pinggiran hutan ke timur. ternyata tempat yang disinggahinya banyak dihuni burung Jalak. tempat Itu nantinya diberi nama Pejalakan. lalu dia sampai dibelokan kali datar, dia menemukan sebuah kedung, diatasnya banyak burung serwiti, Kedung itu kemudia di beri Nama Kedung Serwiti. setelah mengelilingi Hutan Pakis aji, sampailah dia dipinggiran utara, ia melihat orang-orang sedang membuat tambak ikan. Jaka Mruyung segera meminta Bantuan orang-irang untuk bersam-sama membabat hutan Pakis Aji. Kelak Dusun itu menjadi Dusun Tambakan.

Di tengah hutan muncul Ular Raksasa, namun berhasil dibunuh oleh Jaka Mruyung dan orang-orangnya dan dibakar. namun akibatnya hutan Pakis aji menjadi terbakar, kebakaran begitu hebatnya sehingga membuat resah kadipaten Kutanegara. Jaka Mruyung sang biang keladi pun ditangkap dan dihukum disekitar Kadipaten. Pada Masa hukumannya itu ternyata Jaka Mruyung yang tampan, sopan, baik hati di sukai oleh putri kedua sang Adipati yaitu Putri Pandanayu. setelah beberapa lama,Jaka Mruyung pun dibebaskan.

Kemudian dia mengikuti sayembara di Kadipaten Kutanegara tersebut. Sayembara itu untuk mencari Senopati Utama yang baru. Jaka mruyung ikut sayembara, dengan kesaktiannya dia memenangkan banyak pertarungan dan pada akhirnya dia harus melawan musuh terkuat yaitu Duta dari Kadipaten Kutaliman, bernaman Ki Kentol. Perseteruan antara Jaka Mruyung dan Ki Kentol Yang berlarut larut, nantinya menjadi momok yaitu siapa saja Pejabat yang datang ke Kutaliman pasti akan lengser. Jaka Mruyung yang memenangkan sayembara dijadikan Senopati Utama dan dinikahkan dengan putri kedua Adipati yaitu Pandanayu.

Berita tersebut ahirnya sampai ke Tlangkas dan orang tuanya. dan kemudian sampai ke telinga tamu mereka Ki Sandi yang tak lain adalah Adipati Munding Wilis ayah Jaka MRuyung., Raja atau Adipati Besar dari Galuh Pakuan. Adipati lalu membuka jati dirinya. dan menemui Adipati Kutanegara. Betapa senangnya Adipati Kuta negara, ternyata calon mantunya adalah anak Adipati Besar dari Galuh Pakuan.

Haru dan Bahagia pun berkecamuk diantara mereka. Acara Pernikahan segera dilakukan, namun di saat berlangsung nya pernikahan terjadi kehebohan. Hal ini kaerna putri pertama Adipati Kutanegara yaitu Dewi Pandansari minggat, karena malu telah dilangkahi. DIa bertapa disebuah kali, dia bertapa merendam, yang tentu saja tubuhnya yang indah itu tidak ditutupi oleh apapun. Tidak Heran Banyak Lelaki berdatangan ingin melihat i. Putri lalu berkata pada biyung embannya agar disampaikan ke ayahnya, supaya Kali tersebut dinamai Kali Luwih laki, yang kemudian berubah menjadi Kali Wilaki. Dewi Pandansaru, maaf Pandansari itupun meninggal dikali, dan dikuburkan disawah. Kuburan itu terkenal dengan sebutan Kuburan Pandansari.

Bertahun tahun dari kejadian itu, Adipati Kutanegara, Adipati Nglangak itupun semakin lanjut usia. Jaka mruyung pun menggantikannya dan diangkat sebagai adipati Kuta negara. Namun Jaka Mruyung yang tinggal di Kadipaten Kutanegara itu tidak Kerasan di kadipaten Kutanegara. Dia Menginginkan pindah, lalu dia pun teringat ilham yang diperolehnya saat dia muda. Dia kemudian pindah ke Hutan yang telah ia Babat yaitu Hutan Pakis Aji. Hutan yang kini menjadi Ibukota Kadipaten Kutanegara itupun lalu disebut AJIBARANG dan Kadipaten tersebut disebut Kadipaten AJIBARANG.

Versi Lain Asal Usul Nama Ajibarang

Perjalanan Dari Mataram
Diawali dari mangkatnya Raden Mas Rangsang yang bergelar Panembahan Agung Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman atau yang masyhur disebut dengan Sultan Agung Hanyakrakusuma pada tahun 1645, tepat enam tahun setelah berhasil menaklukan Blambangan tahun 1939. Sultan Agung telah berhasil melakukan ekspansi ke deluruh daerah di Jawa dan Madura (kecuali Banten dan Batavia) dan beberapa daerah luar Pulau Jawa, seperti ; Palembang, Jambi dan Banjarmasin. Mangkatnya Sultan Agung membuat sang putra mahkota Pangeran Arum didaulat untuk memimpin Mataram, dengan gelar Sunan Amangkurat I. Sejak kepemimpinannya, wilayah Mataram berangsur-angsur menyempit karena aneksasi yang dilakukan oleh Belanda. Perpecahan tersebut disamping atas peran Belanda, juga akibat adanya kegusaran masyarakat atas ekspansi yang dilakukan oleh Mataram yang menjelang mangkatnya Sultan Agung. Pemberontakan-pemberontakan terhadap kekuasaan raja banyak dilakukan, antara lain dari ; keturunan Sunan Tembayat, keturunan Kadilangu, Wangsa Kajoran, keturunan Panembahan Rama dan Panembahan Giri.

Atas gencarnya aksi pemberontakan tersebut, mengakibatkan posisi Sunan Amangkurat I terpojok (yang dalam versi ini diindikasikan menjalin kerjasama dengan VOC - Verenidge Indische Oast Compagnie, sebuah organisasi monopoli perdagangan milik Belanda di Batavia) sehingga ia berinisiatif untuk menyelamatkan diri dan hendak meminta bala bantuan kepada Gubernur Jenderal De Cock.

Penamaan Ajibarang
Perjalanan Sunan Amangkurat I dikawal para prajurit keratin dengan mengambil route perjalanan Kedu-Banyumas-Tegal untuk kemudian singgah di Kadipaten Carbon atau Caruban atau Cirebon. Singkat cerita, sesampainya di suatu daerah barat Banyumas, Rombongan Gusti Sunan kehabisan perbekalan. Kemasygulannya bertambah setelah ia harus menerima kenyataan bahwa ia harus kehilangan puluhan prajuritnya yang ma ti akibat jarak tempuh perjalanan secara infanteri dengan medan yang berat dan sangat jauh.

Di daerah tersebut, abdi setia Sunan Amangkurat I, bernama Kyai Pancurawis yang juga bertindak sebagai sais kereta kencananya, kemudian berusaha menjual barang-barang bawaan yang masih tersisa demi untuk kemudian ditukar atau dibelikan kembali dengan bahan-bahan makanan pokok sebagai perbekalan untuk meneruskan perjalanan yang masih jauh. Usaha Kyai Pancurawis beserta para Ponggawanya ternyata berhasil. Baik barang yang memiliki nilai jual tinggi ataupun rendah semuanya terjual dan tertukar habis sehingga berhasil mendapatkan perbekalan yang dikehendaki.
Bukan main senangn ya hati Gusti Sunan melihat usaha abdi-abdinya. Sebagai wujud rasa syukurnya, ia menamakan daerah tersebut dengan AJIBARANG, yang berarti barang apapun yang dijual didaerah tersebut “ana ajine” atau ada harganya.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Demikian tadi Cerita Legenda Asal Usul Ajibarang yang bisa kami sajikan, semoga bermanfaat dan atas segala kekurangan dan kekurang akuratannya kami mohon maaf.

Cerita Legenda Asal-Usul Baturaden

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Legenda Asal- usul Baturaden, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Banyumas Jawa Tengah, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Legenda Asal- usul Baturaden, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Banyumas Jawa Tengah, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang pemuda tampan bernama Suta. Sehari-hari Suta bekerja sebagai seorang kacung di Kadipaten Kutaliman, Banyumas, Jawa Tengah. Tugasnya adalah merawat sekaligus membersihkan kandang kuda milik Adipati Kutaliman. Oleh karena dia adalah seorang baik dan jujur, maka selama bekerja tidak pernah mendapatkan masalah yang berarti.

Suatu ketika, selepas bekerja mengurus kuda-kuda milik Adipati Kutaliman, Suta memutuskan berkeliling kadipaten mencari suasana baru. Namun karena wilayah kadipaten sangatlah luas, maka dia hanya dapat mencapai satu lokasi saja. Keesokan harinya diulangi lagi perjalanan menuju ke lokasi lain. Begitu seterusnya hingga hampir seluruh wilayah Kadipaten Kutaliman berhasil didatangi.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :

Pada perjalanannya yang terakhir, dia mendengar suara jeritan seorang perempuan. Ketika didatangi, tampaklah olehnya ada seekor ular sangat besar yang sedang membuka mulut lebar-lebar dan siap memangsa seorang perempuan di hadapannya. Perempuan itu dibelit dengan kuat sehingga wajahnya tampak pucat pasi karena aliran darah tersumbat.

Meskipun sangat takut, Suta memberanikan diri mendekati Sang ular. Dengan berbekal sebilah pedang kusam dia segera menyabetkannya ke arah tubuh Sang ular. Tetapi karena Suta tidak pandai berkelahi, perlu butuh waktu lama untuk dapat menaklukkan ular tersebut. Dan, setelah sang ular mati, tubuh sang perempuan pun terlepas dengan sendirinya. Dia segera jatuh tergolek dalam keadaan pingsan.

Tidak lama kemudian seorang emban datang dan membopong perempuan itu ke sisi pendopo. Suta lalu mendekati dan bertanya para Sang emban, "siapakah perempuan ini, Bi?" "Dia adalah puteri dari Adipati Kutaliman," jawab emban singkat.

Mendengar penjelasan itu, Suta sangat terkejut karena perempuan yang telah dia tolong ternyata adalah anak dari majikannya sendiri. Selama ini Suta hanya mendengar bahwa Sang Adipati memiliki seorang puteri yang cantik jelita, tetapi dia sendiri belum pernah bertemu atau melihatnya.

Sejak peristiwa tersebut, keduanya pun sering bertemu untuk hanya sekedar berbincang-bincang santai. Lama-kelamaan, timbullah rasa sayang dan cinta di antara mereka hingga akhirnya Suta memberanikan diri datang pada Adipati Kutaliman untuk melamar puteri kesayangannya. Sang Adipati yang sudah mendengar kabar tentang kedekatan puteri kesayangannya dengan si pengurus kuda tentu saja menjadi terkejut. Dia tidak menyangka kalau kedekatan itu ternyata bukan hanya sebatas teman. Maka ketika Suta selesai mengutarakan niat, dengan sangat marah Adipati berkata, "Engkau ini hanyalah seorang kacung. Sungguh tidak pantas bila disandingkan dengan puteriku! Pengawal, tangkap orang ini dan masukkan ke penjara bawah tanah!"

Sang puteri yang mendengarkan percakapan Ayahandanya dengan Suta dari balik tirai tentu saja menjadi sedih. Dia tidak menyangka kalau Ayahanda akan sangat marah terhadap Suta hingga memasukkannya ke penjara bawah tanah yang lembab, pengap, dan gelap. Padahal, penjara itu hanya dikhususkan bagi orang-orang yang melakukan kejahatan luar biasa sehingga sangat jarang diberi makan dan minum.

Agar sang kekasih dapat segera keluar dari penjara, malam harinya Sang Puteri langsung meminta bantuan emban kepercayaannya mencuri kunci untuk membuka pintu sel tempat Suta dikurung. Sementara itu, dia menunggu bersama kudanya di salah satu sudut Kadipaten yang jarang didatangi orang.

Singkat cerita, Sang emban pun melaksanakan tugasnya dengan mengelabuhi penjaga penjara. Tetapi ketika berhasil membuka pintu sel, dia mendapati Suta tengah terbaring lemah dalam kondisi menggigil karena kekurangan pasokan makanan dan minuman. Sang emban yang membawa sedikit bekal segera memberi Suta makan dan minuman agar tubuhnya kuat kembali. Selain itu, dia juga memberi pakaian agar ketika keluar dari penjara dapat langsung membaur dengan penduduk.

Setelah berpakaian layaknya penduduk kebayakan, Suta bersama emban lalu berjalan mengendap agar dapat keluar keluar dari penjara tanpa diketahui oleh penjaga. Sesampainya di sudut Kadipaten, Suta dan Sang Puteri segera menaiki kuda dan pergi ke arah selatan menuju lereng Gunung Selamet, sementara Sang emban kembali ke kediaman Adipati Kutaliman.

Keesokannya, menjelang tengah hari mereka memutuskan untuk beristirahat di tepi sebuah sungai sambil memulihkan tenaga. Tempat itu berhawa sejuk serta memiliki panorama alam yang sangat indah sehingga membuat Sang Puteri takjub dan ingin menetap. Ternyata Suta pun demikian dan mereka sepakat untuk menetap serta membina rumah tangga di sana. Dan, seiring berjalannya waktu, tempat mereka menetap dan beranak-pinak tersebut oleh masyarakat sekitar kemudian dinamakan Baturaden. Kata "batu" berarti "batur atau pembantu" dan "raden" berarti "bangsawan". Jadi, Baturaden dapat diartikan sebagai tempat menetapnya seorang batur/pembantu/rewang keluarga bangsawan dan seorang bangsawan untuk membina sebuah rumah tangga yang bahagia hingga akhir hayat.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Untuk belajar memahami itu semua, coba adik-adik tebak dari Cerita Legenda Asal- usul Baturaden diatas temanya apa, tokohnya siapa dan settingnya dimana, ayo siapa yang tahu?.


Cerita Legenda Babad Banyumas

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Legenda Babad Banyumas dan Asal Usul Banyumas, Dongeng Anak Indonesia, Makna Kata Banyumas, Cerita sejarah Kerajaan-Kerajaan di kabupaten Banyumas, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Legenda Babad Banyumas dan Asal Usul Banyumas, Sejarah Berdirinya Kabupaten Banyumas, Dongeng Anak Indonesia, Makna Kata Banyumas, Cerita sejarah Kerajaan-Kerajaan di kabupaten Banyumas, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.


Sejarah Banyumas tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Galuh Kuno (dibangun jauh sebelum abad ke-5 Masehi). Krajaan tersebut dibangun di sekitar Gunung Slamet namun setelah itu dipindahkan ke Garut - Kawali (abad 6-7 Masehi) terus membentuk dan melanjutkan pemerintahan di kerajaan Galuh Kawali.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Kerajaan Galuh Purba
Kerajaan Galuh Purba adalah sebuah kerajaan kuno yang dibangun imigran/pendatang dari Kutai, Kalimantan sebelum agama Hindu masuk di Kutai. Keturunan Galuh Kuno lalu melanjutkan Pemerintahan kerajaan di Garut - Kawali (Ciamis) yang sudah memiliki budaya Sunda, dan kemudian terjadi kawin silang dengan keturunan kerajaan Kalingga (Jawa Tengah). Campuran Darah (pernikahan) juga terjadi pada masa kerajaan Galuh Kawali menjadi kerajaan Galuh Pajajaran karena banyak terjadi pernikahan antara kerabat istana Galuh Pajajaran dengan kerabat kerajaan Majapahit (Jawa), dari perkawinan itulah yang membentuk Banyumas.

Sejarah Banyumas juga tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Kerajaan Galuh Kawali yang daerahnya lebih dari separuh wilayah Jawa Tengah sekarang (kemungkinan meliputi Kedu dan Purwodadi), dan wilayah Banyumas. Sejarah Banyumas juga tidak bisa lepas dari Joko Kahiman Raden (putra Raden Banyak Cotro, cucu Pangeran Baribin) yang mempunyai sifat ksatria.

Sejarah Banyumas juga tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Kabupaten-kabupaten dan kerajaan-kerajaan di wilayah Banyumas dan sekitarnya, antara lain : Kabupaten Pasir Luhur, Kabupaten Wirasaba, Kabupaten Bonjok dan lain-lain.

Sejarah Banyumas juga tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Kerajaan besar di Jawa Tengah dan Jawa Barat antara lain : Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Kalingga, Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Mataram, Kesultanan Demak, Kesultanan Pajang dan lain-lain. Sejarah Banyumas juga tidak dapat dipisahkan dengan legenda dan mitos di kalangan Banyumasan: Raden Kamandaka, Wijayakusuma, Batutulis, Jatijajar dan lain-lain.

Makna Kata Banyumas
Kosakata Banyumas memiliki makna yang luas dan dalam. Kata-kata pertamanya adalah: Air, adalah harta yang memiliki keunggulan antara lain:
  • Air mengalir: aliran, stabil, tidak berhenti sebelum habis, tidak pernah menerjang benda-benda yang menghalangi. Misalnya jika ada batu atau pohon yang menghadang dia akan menyisi/menyingkir. Interpretasi bisa hidup rukun dalam harmoni dan mengalah yang penting tetap objektif. Banyumili/air mengalir juga lincah dan gesit, semua pasti dilewati sampai tujuannya tercapai. Tujuannya adalah bahwa tempat yang paling dasar, paling prinsip, laut adalah sumber kehidupan. Banyumili berarti bahwa jika Anda ingin menjadi seorang pemimpin harus seperti air, tampak tidak memiliki kekuatan, tetapi punya manfaat dasar untuk hidup, memiliki kekuatan yang luar biasa, kuat dalam prinsip, manfaat bagi lingkungan dan kehidupan manusia , dan siapa saja yang membutuhkan.
  • Dan kata kedua adalah emas. Simbol benda yang berharga dan memiliki nilai jual yang tinggi.
Cerita sejarah Kerajaan-Kerajaan di kabupaten Banyumas umumnya dimulai dari Kerajaan Majapahit (abad XIII) padahal jauh sebelumnya (abad V), sudah ada Kerajaan Galuh Purba yang menguasai wilayah ini. Kerajaan Galuh Purba diduga punya Kerajaan-Kerajaan bawahan yang umurnya bisa saja lebih tua.

Wilayah kabupaten Banyumas menjadi bagian kerajaan-kerajaan lain tidak melalui perang atau penaklukan, melainkan kabupaten-kabupaten dan pemimpin-pemimpinnya (para adipati) tunduk pada kerajaan-kerajaan itu.

Abad XIII tahun 1293 M, Raden Wijaya membangun Kerajaan Majapahit, akhirnya wilayah kabupaten Banyumas juga menjadi bagian kerajaan Majapahit sampai Abad XV utau tahun 1520 M pada saat Majapahit runtuh. Pada saat itu sebagian kerabat keraton mengungsi ke kerajaan Pajajaran sampai akhirnya ada kawin campur antara keturunan keraton Majapahit dengan kerabat keraton Pajajaran yaitu antara Raden Baribin dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas. Salah satu putranya yaitu Raden Banyak Cotro ayahanda R. Joko Kahiman.

Sejarah Berdirinya Kabupaten Banyumas
Riwayat singkat Kabupaten Banyumas dari berbagai sumber. Kabupaten Banyumas berdiri pada tahun 1582, tepatnya pada hari Jum’at Kliwon tanggal 6 April 1582 Masehi, atau bertepatan tanggal 12 Robiul Awwal 990 Hijriyah. Kemudian ditetapkan dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 tahun 1990.

Keberadaan sejarah Kabupaten Banyumas tidak terlepas dari pendirinya yaitu Raden Joko Kahiman yang kemudian menjadi Bupati yang pertama dikenal dengan julukan atau gelar ADIPATI MARAPAT (ADIPATI MRAPAT). Riwayat singkatnya diawali dari jaman Pemerintahan Kesultanan PAJANG, di bawah Raja Sultan Hadiwijaya. Kisah pada saat itu telah terjadi suatu peristiwa yang menimpa diri (kematian) Adipati Wirasaba ke VI (Warga Utama ke I) dikarenakan kesalahan paham dari Kanjeng Sultan pada waktu itu, sehingga terjadi musibah pembunuhan di Desa Bener, Kecamatan Lowano, Kabupaten Purworejo (sekarang) sewaktu Adipati Wirasaba dalam perjalanan pulang dari pisowanan ke Paiang. Dari peristiwa tersebut untuk menebus kesalahannya maka Sultan Pajang, memanggil putra Adipati Wirasaba namun tiada yang berani menghadap.

Kemudian salah satu putra menantu memberanikan diri menghadap, dengan catatan apabila nanti mendapatkan murka akan dihadapi sendiri, dan apabila mendapatkan anugerah/kemurahan putra-putra yang lain tidak boleh iri hati. Dan ternyata diberi anugerah diwisuda menjadi Adipati Wirasaba ke VII. Semenjak itulah putra menantu yaitu R. Joko Kahiman menjadi Adipati dengan gelar ADIPATI WARGA UTAMA II. Kemudian sekembalinya dari Kasultanan Pajang atas kebesaran hatinya dengan seijin Kanjeng Sultan, bumi Kadipaten Wirasaba dibagi menjadi empat bagian diberikan kepada iparnya. Yaitu :
  1. Wilayah Banjar Pertambakan diberikan kepada Kyai Ngabei Wirayuda.
  2. Wilayah Merden diberikan kepada Kyai Ngabei Wirakusuma.
  3. Wilayah Wirasaba diberikan kepada Kyai Ngabei Wargawijaya.
  4. Wilayah Kejawar dikuasai sendiri dan kemudian dibangun dengan membuka hutan Mangli dibangun pusat pemerintahan dan diberi nama Kabupaten Banyumas.
Karena kebijaksanaannya membagi wilayah Kadipaten menjadi empat untuk para iparnya itulah maka dijuluki Adipati Marapat (dibagi empat). 

Siapakah Raden Joko Kahiman?
R. Joko Kahiman adalah putra R. Banyaksasro dengan ibu dari Pasir Luhur. R. Banyaksosro adalah putra R. Baribin seorang pangeran Majapahit yang karena suatu kesalahan maka menghindar ke Pajajaran yang akhirnya dijodohkan dengan Dyah Ayu Ratu Pamekas putri Raja Pajajaran. Sedangkan Nyi Banyaksosro ibu R. Joko Kahiman adalah putri Adipati Banyak Galeh (Mangkubumi II) dari Pasir Luhur semenjak kecil 

R. Joko Kahiman diasuh oleh Kyai Sambarta dengan Nyai Ngaisah yaitu putrid R. Baribin yang bungsu. Dari sejarah terungkap bahwa R. Joko Kahiman adalah merupakan SATRIA yang sangat luhur untuk bisa diteladani oleh segenap warga Kabupaten Banyumas khususnya karena mencerminkan :
  • Sifat altruistis yaitu tidak mementingkan dirinya sendiri.
  • Merupakan pejuang pembangunan yang tangguh, tanggap dan tanggon.
  • Pembangkit jiwa persatuan kesatuan (Majapahit, Galuh Pakuan, Pajajaran) menjadi satu darah dan memberikan kesejahteraan ke kepada semua saudaranya.
Dengan demikian tidak salah apabila MOTO DAN ETOS KERJA UNTUK Kabupaten Banyumas SATRIA. Candra atau surya sengkala untuk hari jadi Kabupaten Banyumas adalah “BEKTINING MANGGALA TUMATANING PRAJA” Hari jadi Kabupaten Banyumas adalah tahun 1582.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Itu tadi sedikit gambaran sejarah singkat Cerita Legenda Babad Banyumas, semoga bermanfaat.


Cerita Legenda Ular Dandaung

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Legenda Ular Dandaung Cerita Rakyat dari Kalimantan Selatan, Dongeng Bahasa Sunda, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Legenda Ular Dandaung Cerita Rakyat dari Kalimantan Selatan, Dongeng Bahasa Sunda, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel.

Pada zaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan besar dan termasyhur di wilayah Kalimantan Selatan. Letak kerajaan tersebut diapit dua buah gunung dan dialiri sebuah sungai yang cukup besar. Tanahnya sangat subur dan hasil kekayaan alamnya pun melimpah ruah sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur. Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Beliau mempunyai permaisuri dan tujuh putri yang cantik jelita. Kekayaan alam yang dimiliki bukan untuk kepentingan keluarga Raja, melainkan untuk kesejahteraan rakyat. Rakyat mengolah lahan pertanian sesuai dengan hak yang mereka miliki. Tidak pernah terjadi sengketa antar penduduk. Mereka benar-benar hidup rukun dan damai.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Namun disuasana tenang damai tersebut, tiba-tiba masyarakat digegerkan dengan kemunculan burung besar. "Ada burung raksasa!... Ada burung raksasa!!!", teriak penduduk negeri yang melihat burung raksasa itu memecah ketenangan. Mereka tidak tahu darimana asalnya burung raksasa yang tiba-tiba datang mengamuk itu. Burung raksasa itu sangat menakutkan, paruhnya besar dan tajam mengkilat. Sekali mematuk manusia langsung menemui ajal. Cakarnya dapat langsung mencengkeram puluhan orang dan dibuat tak berdaya. Kepakan sayapnya membuat hampir seluruh wilayah negeri menjadi gelap gulita. Seluruh rakyat negeri itu menjadi panik dan ketakutan.

"Tenang semua !... Kita harus melawan burung raksasa itu?" kata Mahapatih kepada Raja. Raja pun segera mengirim ribuan prajurit tangguhnya, tentara pilihan untuk meringkus burung raksasa itu. Bermacam senjata diarahkan ke tubuh burung raksasa itu, namun semua usaha sia-sia. Bahkan burung raksasa itu semakin membabi buta, mengamuk bagai banteng terluka. Tak seorang prajurit pun yang selamat, demikian pula dengan nasib penduduk negeri. Sawah dan ladang menjadi porak poranda. Keadaan negeri yang rukun dan damai itu, bagaikan kalah perang dan hancur binasa.

Melihat kerajaan yang sudah luluh lantak dan tak ada lagi rumah, sawah, maupun harta benda yang tersisa, semuanya itu membuat rakyat yang masih tersisa menjadi sangat tersiksa. Maka dengan sisa kekuatan yang ada, prajurit dan rakyat yang sempat melarikan diri bahu membahu menyusun kekuatan dan mengumpulkan senjata apa saja untuk melawan burung raksasa yang jahat itu. Berkat kekompakan dan kerjasama antara prajurit dan rakyat yang mati-matian melawan burung raksasa, akhirnya burung raksasa kelelahan dan menghentikan serangannya. Rakyat bersyukur kepada Tuhan untuk sementara terhindar dari serangan burung raksasa tersebut.

Namun, beberapa hari kemudian mereka kembali dikejutkan oleh kedatangan seekor ular raksasa. Ular itu mendatangi istana kemudian ia membuka mulutnya lebar-lebar dan menjulurkan lidah berbisa dihadapan keluarga Raja yang sangat ketakutan. "Jangan takut Baginda raja, hamba tidak akan membunuh Baginda dan keluarga, asalkan Baginda sudi mengabulkan permohonan hamba," kata ular itu sambil mendesis.

Mendengar ucapan ular raksasa yang memberi tanda tidak akan membahayakan keluarganya, Raja memberanikan diri berkata pada ular raksasa. "Siapakah engkau sebenarnya hai ular? Dan apa keinginanmu ?," tanya Raja. "Nama hamba Ular Dandaung," jawab ular raksasa dengan penuh hormat. "Hamba ingin memperistri salah seorang putri Baginda," lanjutnya.

Tentu saja keluarga Raja terperanjat kaget bukan kepalang. Bahkan putri sulung dan kelima adiknya menjerit ketakutan sambil merangkul ibundanya. Namun, Raja tetap berusaha tenang dan berusaha menguasai keadaan agar jangan sampai suasana menjadi kacau. Raja berpikir sejenak sambil mengatur nafas. Beliau ingin mencari jalan keluar yang terbaik, sebab bila beliau salah langkah, pasti jiwa mereka terancam. "Aku tidak menolak, tetapi juga tidak menerima permintaanmu," kata Raja setengah kebingungan. "Aku harus bertanya kepada putri-putriku," tambahnya. Mendengar jawaban Raja, mata Ular Dandaung bersinar-sinar seperti mengharapkan kepastian dari salah seorang putri Raja.

Namun putri-putri Raja dari yang sulung sampai putri keenam tidak mau menerima pinangan Ular Dandaung.
"Aku tidak mau kawin dengan ular yang menjijikkan !,". "Cuih !. Lebih baik aku mati, daripada kawin dengannya", begitulah kata-kata yang keluar dari putri-putri Raja.

Pada akhirnya, Putri Bungsu pun menjawab, "Aku bersedia menjadi istrinya," ucapnya pelan, sambil bersimpuh di depan ayahandanya. Beberapa hari kemudian, Putri Bungsu dan Ular Dandaung diumumkan sebagai suami istri yang sah. Tentu saja banyak ejekan maupun cemooh dari keenam kakaknya, namun ia jawab dengan senyuman manis.

Pada suatu malam, Putri Bungsu tiba-tiba terbangun dan terkejut melihat yang berada di sampingnya bukan Ular Dandaung, melainkan seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa berbusana Raja. "Jangan terkejut Putri, aku ini suamimu. Kau telah menolongku bebas dari kutukan," kata Ular Dandaung meyakinkan. Setelah Putri Bungsu tenang, Ular Dandaung kemudian bercerita bahwa ia dikutuk karena kesalahannya. Ia akan terbebas dari kutukan apabila dapat memperistri seorang putri raja, dan ia berhasil.

Melihat kejadian itu, keenam kakak Putri Bungsu menyesal. Namun apalah daya, nasi telah menjadi bubur. Ular Dandaung ternyata seorang yang sakti mandraguna. Melihat kerajaan mertuanya porak poranda ia langsung turun tangan. Ia segera mencari Burung Raksasa. Terjadilah pertempuran hebat. Ular Dandaung mengerahkan segala kesaktiannya dan akhirnya berhasil membinasakan burung raksasa tersebut. Sejak saat itu, kerajaan tersebut menjadi aman dan tenteram.

Pesan Moral Cerita Legenda Ular Dandaung adalah : Setiap kejadian buruk yang menimpa kita, pasti akan ada hikmahnya. Jangan melihat sesuatu dari tampilan luarnya, apa yang tampak buruk pada lahirnya belum tentu buruk pada isinya.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Untuk belajar memahami itu semua, coba adik-adik tebak dari Cerita Legenda Ular Dandaung diatas, ber tema apa, tokohnya siapa dan settingnya dimana, ayo siapa yang tahu?.


Asal Usul Tepak Bima Karanggintung

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang cerita Asal Usul Tepak Bima Karanggintung, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang cerita Asal Usul Tepak Bima Karanggintung atau dalam bahasa Indonesia disebut Tapak Bima atau Jejak Kaki Bima, Legenda Banyumas, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Dikisahkan secara turun temurun oleh sesepuh masyarakat di daerah Banyumas khususnya daerah Karanggintung Kemranjen dan bersumber dari banyak versi. Dahulu kala ada raksasa di kahyangan yang mengamuk karena kehilangan senjatanya. Dia lalu turun ke bumi untuk mencari senjatanya yang hilang berupa dua buah gada/pentungan.

Konon dia turun ke bumi bersama seorang nenek berambut putih bernama Nini Dirga. Mereka menaiki sebuah permadani awan yang melayang-layang di angkasa. Nini Dirga yang bertubuh layaknya manusia biasa akhirnya diutus untuk turun dari permadani itu guna mencari keberadaan senjata gada yang hilang, dia percaya kalau gada itu jatuh di sekitar kawah Gunung Slamet (Berada di wilayah Purwokerto - Banyumas - Jawa Tengah).

Berhari-hari, berbulan-bulan Nini Dirga mengitari kawah namun Gada tersebut tidak ditemukannya. Dia kemudian menemui seorang tokoh penduduk desa yang bernama Ki Ragabaya, dia disambut dengan baik dan kemudian menginap di gubuknya yang sederhana. Nini Dirga menyampaikan maksud tujuannya kepada Ki Ragabaya, bahwa dia sedang mencari sepasang gada yang kemungkinan ada di sekitar kawah gunung Slamet. Ki Ragabaya bersedia membantu namun dengan satu syarat, Dia diminta membuatkan sebuah kapak untuk membelah pohon Pule yang sangat besar untuk dijadikan sebuah perahu. Permintaan itu pun disanggupi oleh Nini Dirga.

Singkat cerita, sampailah mereka di sekitar kawah di puncak gunung slamet. Ki Ragabaya rupanya bukan orang sembarangan, dengan kesaktiannya ia mampu menampakkan sebuah wujud benda hanya dengan merapal mantera. Dengan sekejap mata, tampak Dua buah gada yang sangat besar menyerupai tiang pancang raksasa muncul dari pinggiran kawah. melihat itu, alangkah senangnya Nini Dirga. Namun belum hilang rasa senangnya, tiba-tiba gada itu lenyap dari pandanganya, dikuti lenyapnya sosok Ki ragabaya yang tadi berada di sampingnya.

Merasa dibohongi dan hasil kerja kerasnya tanpa membuahkan hasil, dia pun membaca mantera dan seketika itu juga tubuhnya melesat ke angkasa dan dalam sekejap sudah berada diatas permadani dimana sang raksasa menunggunya. Dia pun menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Termasuk tentang Ki Ragabaya yang telah menipunya.

Mendengar cerita dari Nini Dirga, sang Raksasa pun Murka. Dia meloncat dari permadani terbang dan menendang pucuk gunung Slamet hingga jatuh di daerah Purbalingga dan sekarang bernama Gunung Bathok. Lalu dia melangkahkan kakinya mengambil ancang-ancang untuk melompat naik keatas permadani untuk kembali ke kahyangan.

Bekas telapak kaki taksasa itu berada di dua desa, yaitu di Desa Kemawi kecamatan Somagede, Banyumas, Jawa Tengah (Bekas telapak kakinya dinamakan Beji dan dijadikan lapangan) dan di Desa Karanggintung Kecamatan kemranjen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Bekas telapak kakinya dinamakan Tepak Bima dijadikan semacam telaga). Dan sampai sekarang bekas kedua telapak kaki raksasa itu masih bisa kita saksikan di kedua desa tersebut.

Namun menurut versi lain, ternyata telapak kaki raksasa ini juga berada di daerah Pemalang Jawa Tengah. Tapak kaki itu diberi nama Telaga Silating, dan menjadi obyek wisata yang ada di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Telaga Silating terletak di desa Sikasur, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang. Obyek wisata ini dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Pemalang bekerjasama dengan pemerintah Desa Sikasur. Letak telaga Silating kurang lebih 33 km di arah selatan dari pusat Kabupaten Pemalang. Telaga Silating juga dikenal dengan nama Telaga Tapak Bima. Sama halnya Tapak Bima di Karanggintung Banyumas, Mengenai telaga Silating juga ada sebuah legenda yang beredar di kalangan masyarakat Sikasur mengenau asal mula terbentuknya telaga Silating. Penduduk setempat mempercayai bahwa telaga Silating terbentuk akibat injakan kaki seorang tokoh dalam pewayangan yaitu Bima. Jejak kaki Bima tersebut menjadi keluar mata air dan jadilah telaga Silating yang saat ini dikenal warga. Oleh karena hal itulah, telaga ini juga disebut telaga Tapak Bima. Kata tapak adalah istilah Bahasa Jawa yang memiliki arti jejak.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Cerita Legenda Buaya Perompak

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang cerita Legenda Buaya Perompak Cerita Rakyat dari Lampung, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang cerita Legenda Buaya Perompak Cerita Rakyat dari Lampung, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Dahulu kala, Sungai Tulang Bawang sangat terkenal dengan keganasan buayanya. Setiap nelayan yang melewati sungai itu harus selalu berhati-hati. Begitupula penduduk yang sering mandi dan mencuci di tepi sungai itu. Menurut cerita, sudah banyak manusia yang hilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak sama sekali.

Pada suatu hari, kejadian yang mengerikan itu terulang kembali. Seorang gadis cantik rupawan yang bernama Aminah tiba-tiba hilang saat sedang mencuci di tepi sungai itu. Anehnya, walaupun warga sudah berhari-hari mencarinya dengan menyusuri tepi sungai, tapi tidak juga menemukannya. Gadis itu hilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Sepertinya ia sirna bagaikan ditelan bumi. Warga pun berhenti melakukan pencarian, karena menganggap bahwa Aminah telah mati dimakan buaya.

Sementara itu, di sebuah tempat di dasar sungai tampak seorang gadis tergolek lemas. Ia adalah si Aminah. Ia baru saja tersadar dari pingsannya. “Ayah, Ibu, aku ada di mana? gumam Aminah setengah sadar memanggil kedua orangtuanya. Dengan sekuat tenaga, Aminah bangkit dari tidurnya. Betapa terkejutnya ia ketika menyadari bahwa dirinya berada dalam sebuah gua. Yang lebih mengejutkannya lagi, ketika ia melihat dinding-dinding gua itu dipenuhi oleh harta benda yang tak ternilai harganya. Ada permata, emas, intan, maupun pakaian indah-indah yang memancarkan sinar berkilauan diterpa cahaya obor yang menempel di dinding-dinding gua. “Wah, sungguh banyak perhiasan di tempat ini. Tapi, milik siapa ya?” tanya Aminah dalam hati.

Baru saja Aminah mengungkapkan rasa kagumnya, tiba-tiba terdengar sebuah suara lelaki menggema. “Hai, Gadis rupawan! Tidak usah takut. Benda-benda ini adalah milikku.” Alangkah terkejutnya Aminah, tak jauh dari tempatnya duduk terlihat samar-samar seekor buaya besar merangkak di sudut gua. “Anda siapa? Wujud anda buaya, tapi kenapa bisa berbicara seperti manusia?” tanya Aminah dengan perasaan takut. “Tenang, Gadis cantik! Wujudku memang buaya, tapi sebenarnya aku adalah manusia seperti kamu. Wujudku dapat berubah menjadi manusia ketika purnama tiba.,” kata Buaya itu. “Kenapa wujudmu berubah menjadi buaya?” tanya Aminah ingin tahu. “Dulu, aku terkena kutukan karena perbuatanku yang sangat jahat. Namaku dulu adalah Somad, perampok ulung di Sungai Tulang Bawang. Aku selalu merampas harta benda setiap saudagar yang berlayar di sungai ini. Semua hasil rampokanku kusimpan dalam gua ini,” jelas Buaya itu. “Lalu, bagaimana jika Anda lapar? Dari mana Anda memperoleh makanan?” tanya Aminah. “Kalau aku butuh makanan, harta itu aku jual sedikit di pasar desa di tepi Sungai Tulang Bawang saat bulan purnama tiba. Tidak seorang penduduk pun yang tahu bahwa aku adalah buaya jadi-jadian. Mereka juga tidak tahu kalau aku telah membangun terowongan di balik gua ini. Terowongan itu menghubungkan gua ini dengan desa tersebut,” ungkap Buaya itu.

Tanpa disadarinya, Buaya Perompak itu telah membuka rahasia gua tempat kediamannya. Hal itu tidak disia-siakan oleh Aminah. Secara seksama, ia telah menyimak dan selalu akan mengingat semua keterangan yang berharga itu, agar suatu saat kelak ia bisa melarikan diri dari gua itu. “Hai, Gadis Cantik! Siapa namamu?” tanya Buaya itu. “Namaku Aminah. Aku tinggal di sebuah dusun di tepi Sungai Tulang Bawang,” jawab Aminah. “Wahai, Buaya! Bolehkah aku bertanya kepadamu?” tanya Aminah “Ada apa gerangan, Aminah? Katakanlah!” jawab Buaya itu. “Mengapa Anda menculikku dan tidak memakanku sekalian?” tanya Aminah heran. “Ketahuilah, Aminah! Aku membawamu ke tempat ini dan tidak memangsamu, karena aku suka kepadamu. Kamu adalah gadis cantik nan rupawan dan lemah lembut. Maukah Engkau tinggal bersamaku di dalam gua ini?” tanya Buaya itu.

Mendengar pertanyaan buaya itu, Aminah jadi gugup. Sejenak, ia terdiam dan termenung. “Ma… maaf, Buaya! Aku tidak bisa tinggal bersamamu. Orangtuaku pasti akan mencariku,” jawab Aminah menolak. Agar Aminah mau tinggal bersamanya, buaya itu berjanji akan memberinya hadiah perhiasan. “Jika Engkau bersedia tinggal bersamaku, aku akan memberikan semua harta benda yang ada di dalam gua ini. Akan tetapi, jika kamu menolak, maka aku akan memangsamu,” ancam Buaya itu.

Aminah terkejut mendengar ancaman Buaya itu. Namun, hal itu tidak membuatnya putus asa. Sejenak ia berpikir mencari jalan agar dirinya bisa selamat dari terkaman Buaya itu. “Baiklah, Buaya! Aku bersedia untuk tinggal bersamamu di sini,” jawab Aminah setuju. Rupanya, Aminah menerima permintaan Buaya itu agar terhindar dari acamana Buaya itu, di samping sambil menunggu waktu yang tepat agar bisa melarikan diri dari gua itu.

Akhirnya, Aminah pun tinggal bersama Buaya Perompak itu di dalam gua. Setiap hari Buaya itu memberinya perhiasan yang indah dan mewah. Tubuhnya yang molek ditutupi oleh pakaian yang terbuat dari kain sutra. Tangan dan lehernya dipenuhi oleh perhiasan emas yang berpermata intan.

Pada suatu hari, Buaya Perompak itu sedikit lengah. Ia tertidur pulas dan meninggalkan pintu gua dalam keadaan terbuka. Melihat keadaan itu, Aminah pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. “Wah, ini kesempatan baik untuk keluar dari sini,” kata Aminah dalam hati. Untungnya Aminah masih mengingat tentang cerita Buaya itu bahwa ada sebuah terowongan yang menghubungkan gua itu dengan sebuah desa di tepi Sungai Tulang Bawang. Dengan sangat hati-hati, Aminah pun keluar sambil berjingkat-jingkat. Ia sudah tidak sempat berpikir untuk membawa harta benda milik sang Buaya, kecuali pakaian dan perhiasan yang masih melekat di tubuhnya.

Setelah beberapa saat mencari, Aminah pun menemukan sebuah terowongan yang sempit di balik gua itu dan segera menelusurinya. Tidak lama kemudian, tak jauh dari depannya terlihat sinar matahari memancar masuk ke dalam terowongan. Hal itu menandakan bahwa sebentar lagi ia akan sampai di mulut terowongan. Dengan perasaan was-was, ia terus menelusuri terowongan itu dan sesekali menoleh ke belakang, karena khawatir Buaya Perompak itu terbangun dan membututinya. Ketika ia sampai di mulut terowongan, terlihatlah di depannya sebuah hutan lebat. Alangkah senangnya hati Aminah, karena selamat dari ancaman Buaya Perompak itu. “Terima kasih Tuhan, aku telah selamat dari ancaman Buaya Perompak itu,” Aminah berucap syukur.

Setelah itu, Aminah segera menyusuri hutan yang lebat itu. Setelah beberapa jauh berjalan, ia bertemu dengan seorang penduduk desa yang sedang mencari rotan. “Hai, Gadis! Kamu siapa? Kenapa berada di tengah hutan ini seorang diri?” tanya penduduk desa itu. “Aku Aminah, Tuan!” jawab Aminah. Setelah itu, Aminah pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya hingga ia berada di hutan itu. Oleh karena merasa iba, penduduk desa itu pun mengantar Aminah pulang ke kampung halamannya. Sesampai di rumahnya, Aminah pun memberikan penduduk desa itu hadiah sebagian perhiasan yang melekat di tubuhnya sebagai ucapan terima kasih.

Akhirnya, Aminah pun selamat kembali ke kampung halamannya. Seluruh penduduk di kampungnya menyambutnya dengan gembira. Ia pun menceritakan semua kejadian yang telah menimpanya kepada kedua orangtuanya dan seluruh warga di kampungnya. Sejak itu, warga pun semakin berhati-hati untuk mandi dan mencuci di tepi Sungai Tulang Bawang.

Keterangan singkat tentang Cerita Legenda Buaya Perompak
Buaya Perompak adalah seekor buaya jadi-jadian yang dulu pernah menghuni Sungai Tulang Bawang, Provinsi Lampung, Indonesia. Buaya jadi-jadian ini terkenal sangat ganas. Konon, sudah banyak manusia yang menjadi korban keganasan buaya itu.

Pesan Moral Cerita Legenda Buaya Perompak adalah : Janganlah mengambil hak milik orang lain, itu adalah perbuatan yang tercela, seperti halnya perbuatan perompak.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.