Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah, Semut dan Cicak...

Showing posts with label Cerita Lucu Abu Nawas. Show all posts
Showing posts with label Cerita Lucu Abu Nawas. Show all posts

Kumpulan Hikayat Humor Abu Nawas Lengkap

Kumpulan Hikayat Humor Abu Nawas Secara Lengkap
Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M) di kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Ayahnya, Hani Al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan.

Bagi masyarakat Islam Indonesia, nama Abu Nawas atau Abu Nuwas juga bukan lagi sesuatu yang asing. Abu Nawas dikenal terutama karena kelihaian dan kecerdikannya melontarkan kritik-kritik tetapi dibungkus humor. Mirip dengan Nasrudin Hoja, sesungguhnya ia adalah tokoh sufi, filsuf, sekaligus penyair. Ia hidup di zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M).

Selain cerdik, Abu Nawas juga dikenal dengan kenyentrikannya. Sebagai penyair, mula-mula ia suka mabuk. Belakangan, dalam perjalanan spiritualnya mencari hakikat Allah dan kehidupan sejati, ia menemukan kehidupan ruhaniahnya yang sejati meski penuh liku dan sangat mengharukan. Setelah mencapai tingkat spiritual yang cukup tinggi, inspirasi puisinya bukan lagi khamar, melainkan nilai-nilai ketuhanan. Ia tampil sebagai penyair sufi yang tiada banding.

Berikut ini Daftar Kumpulan Hikayat dan Cerita Humor Abu Nawas Secara Lengkap



Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita.


Abu Nawas Memindahkan Istana Raja

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat dan Kisah Abu Nawas memindahkan istana keatas awan, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat dan Kisah Abu Nawas memindahkan istana keatas awan, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Sore itu cuaca amatlah indah,awan putih bersih menggantung dicakrawala yang cerah,warna kemerahan lembayung mewarnai awan menarik perhatian siapa saja yang melihatnya. Tak terkecuali di dalam Istana,sang Raja Harun al rasyidpun ternyata sedang menikmati suasana sore itu tak terasa didalam benaknya beliau memiliki khayalan untuk memindahkan Istananya ke atas awan sana. Beliau berkata dalam hatinya "Tapi apa mungkin kemauanku itu terlaksana"

Tiba tiba beliau teringat pada Abu nawas"ya!bukankah ada Abu nawas yang selalu mempunyai jalan keluar jika aku mempunyai permasalahan?"katanya dalam hati.. Beliaupun latas menyuruh ajudannya untuk segera menjemput Abu nawas tak lama kemudian Abu nawaspun hadir dihadapan sang raja,dengan kepala tertunduk dan perasaan yang gak menentu akibat berhadapan dengan sang raja yang penuh wibawa,Abu nawas menunggu titah sang raja,kemudian beliaupun berkata

Bainda raja : apakah kamu tau kenapa aku memanggilmu ke sini? Abu nawas : ampun baginda hamba tidak tau, Bainda raja : apakah kau lihat awan yang menggantung diluar sana,indah bukan? Abu nawas : ya, saya bisa melihatnya memang sangat indah Yangmulya. Bainda raja : aku mempunyai keinginan untuk memindahkan istana ini keatas sana apakah kau bisa melaksanakan keinginanku?

Abu nawas pun pulang sambil membawa beban fikiran yang luarbiasa beratnya,dia terus memeras akal bagaimana caranya untuk bisa memenuhi keinginan sang Raja dan sekaligus lepas dari hukuman yang membayanginya,karena menurutnya mustahil dia mampu memindahkan sebuah istana keatas awan,jangankan memindahkan sebuah istana, sebutir kerikilpun mustahil berada diatas awan, Malam pun tiba,namun dia belum juga menemukan jalan keluarnya,sampai pagi menjelang dia masih terus memeras akalnya namun sama saja hasilnya mustahil.

Rupanya kabar tentang berita itu sudah tersebar luas ke seluruh peloksok negri,membuat semua penduduk negri itu berbondong2 ingin menyaksikan secara langsung prosesi pemindahan istana raja keatas awan oleh Abu Nawas, Sore itu cuaca sangatlah cerah,matahari bersinar diufuk barat menyiratkan lembayung berwarna keemasan menerpa istana yang megah dan mewah, Setelah berpamitan pada sang istri,Abu Nawas pun pergi meninggalkan rumahnya,sepanjang jalan Dia terus memeras akalnya supaya Dia bisa lolos dari dari masalah itu

Tak lama kemudian sampailah Dia didepan istana,ternyata sang Raja bersama ribuan warga telah hadir menantinya,sedikit tak sabar beliau langsung bertanya pada Abu Nawas,"Kau sudah siap?"Abu nawas tak menjawab setengah tak sadar dia cuma bisa duduk diatas tanah dihadapan Raja dan ribuan warga. Dan dikala itulah dia mendapatkan solusinya,lalu kemudian Abu Nawas bangkit dari duduknya Dia mengambil posisi jongkok seperti akan menggendong sesuatu,Sang Raja bertanya lagi "apa kamu sudah siap Abu Nawas?" "SIAP Yang mulya" "bagus" Seketika suasana di tempat sunyi senyap,menunggu aksi Abu Nawas yang akan memindahkan istana keatas awan,seluruh pandangan tertuju pada Abu Nawas yang masih dalam posisi jongkok,rupanya sang Raja sudah tak sabar "apakah kamu sudah siap Abu Nawas?"sambil terus jongkok,Abu Nawas menjawab "dari tadi juga hamba sudah siap Yang Mulia, dan hamba menunggu Yang Mulia untuk menaruh istana itu keatas pundak hamba untuk dipindahkan keatas awan sana"

Mendengar itu sontak saja sang Raja kaget,sedikit marah namun tak bisa berbuat apa apa hanya bisa menggerutu"Dasar manusia licik"dalam hatinya mengagumi kecerdikan Abu Nawas.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.

Abu Nawas dan Enam Ekor Lembu Yang Pandai Bicara

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas dan Kisah Enam Ekor Lembu yang Pandai Bicara, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas dan Kisah Enam Ekor Lembu yang Pandai Bicara, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Pada suatu hari, Sultan Harun al-Rasyid memanggil Abu Nawas menghadap ke Istana. Kali ini Sultan ingin menguji kecerdikan Abu Nawas. Sesampainya di hadapan Sultan, Abu Nawaspun menyembah. Dan Sultan bertitah, “Hai, Abu Nawas, aku menginginkan enam ekor lembu berjenggot yang pandai bicara, bisakah engkau mendatangkan mereka dalam waktu seminggu? Kalau gagal, akan aku penggal lehermu.

“Baiklah, tuanku Syah Alam, hamba junjung tinggi titah tuanku.” Semua punggawa istana yang hadir pada saat itu, berkata dalam hati, “Mampuslah kau Abu Nawas!” Abu Nawas bermohon diri dan pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah, ia duduk berdiam diri merenungkan keinginan Sultan. Seharian ia tidak keluar rumah, sehingga membuat tetangga heran. Ia baru keluar rumah persis setelah seminggu kemudian, yaitu batas waktu yang diberikan Sultan kepadanya. Ia segera menuju kerumunan orang banyak, lalu ujarnya, “Hai orang-orang muda, hari ini hari apa?” Orang-orang yang menjawab benar akan dia lepaskan, tetapi orang-orang yang menjawab salah, akan ia tahan. Dan ternyata, tidak ada seorangpun yang menjawab dengan benar.

Tak ayal, Abu Nawas pun marah-marah kepada mereka, “Begitu saja kok anggak bisa menjawab. Kalau begitu, mari kita menghadap Sultan Harun Al-Rasyid, untuk mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya.”

Keesokan harinya, balairung istana Baghdad dipenuhi warga masyarakat yang ingin tahu kesanggupan Abu Nawas mambawa enam ekor Lembu berjenggot. Sampai di depan Sultan Harun Al-Rasyid, ia pun menghaturkan sembah dan duduk dengan khidmat.

Lalu, Sultan berkata, “Hai Abu Nawas, mana lembu berjenggot yang pandai bicara itu?” Tanpa banyak bicara, Abu Nawas pun menunjuk keenam orang yang dibawanya itu, “Inilah mereka, tuanku Syah Alam.” “Hai, Abu Nawas, apa yang kau tunjukkan kepadaku itu?” “Ya, tuanku Syah Alam, tanyalah pada mereka hari apa sekarang,” jawab Abu Nawas. Ketika Sultan bertanya, ternyata orang-orang itu memberikan jawaban berbeda-beda. Maka berujarlah Abu Nawas, “Jika mereka manusia, tentunya tahu hari ini hari apa. Apalagi jika tuanku menanyakan hari yang lain, akan tambah pusinglah mereka. Manusia atau hewan kah mereka ini? “Inilah lembu berjenggot yang pandai bicara itu, Tuanku.”

Sultan heran melihat Abu Nawas pandai melepaskan diri dari ancaman hukuman. Maka Sultan pun memberikan hadiah 5.000 dinar kepada Abu Nawas.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Abu Nawas Menipu Gajah

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menipu Gajah, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menipu Gajah, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Tidak tahu apa yang harus dikerjakan dirumah,Abunawas keluar untuk mencari angin. Abunawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa ditengah jalan. “Ada kerumunan apa di sana?” tanya Abunawas “Pertunjukan keliling yang melibatkan gajah ajaib.” “Apa maksudmu dengan gajah ajaib?” kata Abunawas ingin tahu. “Gajah yang bias mengerti bahasa manusia,dan yang lebih menakjubkan lagi adalah gajah itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja.” kata kawan Abunawas menambahkan. Abunawas makin tertarik. Ia tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa tersebut.

Kini Abunawas sudah berada ditengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukan tersebut,sang pemilik gajah dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat gajah itu mengangguk-angguk. Tidak heran bila banyak diantara para penonton mencoba maju satu persatu. Mereka berupaya dengan beragam cara untuk membuat gajah itu mengangguk-angguk,tetapi sia-sia. Gajah itu tetap menggelengkan kepala. Melihat kegigihan gajah itu Abunawas makin penasaran. Hingga ia maju untuk mencoba. Setelah berhadapan dengan binatang berbelalai itu Abunawas bertanya, “Tahukah engkau siapa aku?” Gajah itu menggeleng. “Apakah engkau tidak takut kepadaku? tanya Abunawas. Namun gajah itu tetap menggeleng. “Apakah engkau takut kepada tuanmu?” tanya Abunawas memancing. Gajah itu mulai ragu. “Bila engkau tetap diam maka akan aku laporkan kepada tuanmu.” Lanjut Abunawas mulai mengancam. Akhirnya gajah itu terpaksa mengangguk-angguk.

Atas keberhasilan Abunawas membuat gajah itu mengangguk-angguk maka ia mendapat hadiah berupa uang yang banyak. Bukan main marah pemilik gajah itu hingga ia memukuli binatang yang malang itu. Pemilik gajah itu malu bukan kepalang. Hari berikutnya ia ingin menebus kekalahannya. Kali ini ia melatih gajahnya mengangguk-angguk. Bahkan ia mengancam akan menghukum berat gajahnya bila ia sampai bias dipancing penonton mengangguk-angguk terutama oleh Abunawas. Tak peduli pertanyaan yang diajukan.

Saat-saat yang dinantikan tiba. Kini para penonton yang ingin mencoba, harus sanggup membuat gajah itu menggelengkan kepala.Maka seperti hari sebelumnya, banyak para penonton yang tidak sanggup membuat gajah menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tidak ada lagi yang ingin mencobanya,Abunawas maju. Ia mengulang pertanyaan yang sama. Tahukah engkau siapa aku?” Gajah itu mengangguk. “Apakah engkau tidak takut kepadaku? tanya Abunawas. Gajah itu tetap mengangguk. “Apakah engkau tidak takut kepada tuanmu?” tanya Abunawas memancing. Gajah itu tetap mengangguk karena binatang itu lebih takut terhadap ancaman tuannya daripada Abunawas. Akhirnya Abunawas mengeluarkan bungkusan kecil berisi balsam. “Tahukah engkau apa guna balsam ini?” Gajah itu tetap mengangguk “Baiklah,bolehkah ku gosok selangkanganmu dengan balsam? Gajah itu mengangguk. Lalu Abunawas menggosok selangkangan binatang itu. Tentu saja gajah itu merasa kepanasan dan mulai agak panik.

Kemudian Abunawas mengeluarkan bungkusan yang cukup besar. Bungkusan itu juga berisi balsam. “Maukah engkau bila balsam ini kuhabiskan untuk menggosok selangkangmu?” Abunawas mulai mengancam. Gajah itu mulai ketakutan. Dan rupannya ia lupa ancaman tuannya sehingga ia terpaksa menggeleng-gelengkan kepala sambil mundur beberapa langkah. Abunawas dengan kecerdikannya dan akalnya yang licin mampu memenangkan sayembara meruntuhkan kegigihan gajah yang dianggap cerdik. 

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Abu Nawas Menjadi Tabib

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menjadi Tabib
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menjadi Tabib, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Kisah yang satu ini mirip dengan apa yang pernah dilakukan oleh ibnu shina(avicenna), seorang filosof terkenal. Adapun kisahnya adalah sebagai berikut. Secara tak terduga, putera mahkota daulat bani Abbasiyah menderita sakit. Sudah banyak tabib(sekarang dokter) yang didatangkan untuk memeriksa dan mengobatinya. Akhirnya, khalifah Harun Al-Rasyid mengadakan sayembara yang boleh diikuti oleh semua lapisan masyarakat, termasuk dari negeri tetangga. Sayembara yang menyediakan hadiah menggiurkan itu, dalam waktu beberapa hari saja mampu menyerap ratusan peserta. Nanun tidak ada satupun dari mereka yang berhasil mengobati penyakit yang diderita oleh putera mahkota. Abu Nawas,sebagai sahabat dekat khalifah Harun Al-Rasyid menawarkan jasa baik untuk mengobati / menyembuhkan putera mahkota. Khalifah Harun Al-Rasyid menerima usul itu, namun dengan harap-harap cemas. Abu Nawas pun juga menyadari kalau dirinya bukan tabib, karena itu ia tak membawa peralatan apa-apa.

Para tabib yang ada di istana tercengang melihat Abu Nawas datang tanpa membawa peralatan yang biasa dibawa oleh seorang tabib. Mereka pun berfikir dan meragukan kemampuan Abu Nawas dalam mengobati. “mungkin orang seperti Abu Nawas yang bukan tabib mampu mengobati, sedangkan para tabib terkenal yang membawa peralatan serba lengkap saja tidak mampu mengobatimbahkan menfeteksi penyakitnya pun tidak terlacak?” tanya salah satu tabib yang sejak tadi memperhatikan tingkah laku abu nawas. Abu nawas yang merasa menjadi pusat perhatian, tidak begitu memperdulikannya. Khalifah harun al-rasyid mempersilahkan abu nawas masuk bilik putera mahkota yang sedang berbaring sakit. Ia menghampiri pangeran dan duduk disampingnya.

Cukup lama abu nawas dan putera mahkota saling berpandangan dan memperhatikan. Mereka seperti orang tidak kenal saja. Tidak ada kata-kata yang yang keluar dari insan yang sling berpansangan lantaran keheranan. Kemudian abu nawas keluar dari bilik itu menuju dekat tempat duduk khalifah. “saya membutuhkan seorang tua yang di masa mudanya sering berkelana ke berbagai pelosok negeri,” kata abu nawas dengan muka serius.

Orang yang diinginkan abu nawas pun akhirnya didatangkan. Orang itu sudah malang melintang sebagai seorang pengelana. Abu nawas sesaat memandangi lelaki itu seprti seorang pilisi yang mengintrogasi penjahat. Kemudian abu nawas mengajak orang itu masuk ke bilik sang putera mahkota. “tolong sebutkan satu persatu nama-nama desa si daerah selatan!” pinta abu nawas. Ketika orang tua itu menyebutkan nama-nama desa di bagian selatan,abu nawas menempelkan telinganya ke dada sang putera mahkota. Lalu abu nawas memerintahkan lelaki itu agar menyebutkan nama-nama desa di bagian utara, barat, dan timur.

Setelah semua bagian negeri disebutkan, abu nawas memohon izin untuk mengunjungi sebuah desa di sebelah utara. Khlaifah harun al-rasyid merasa heran dengan tingksah laku abu nawas yang tidak biasa diperagakan oleh seorang tabib, aneh dan mengherankan. “engkau juundang kesini bukan untuk bertamasya, tapi untuk menyembuhkan penyakit putraku!” kata khalifah. “hamba tidak bermaksud berlibur paduka,” jawab abau nawas. “tetapi aku tidak mengerti maksudmu.” “maafkan hamba paduka, kurang bijaksana rasanya bila hamba menjelakan sekarang.” Khalifah akhirnya mengiinkan abu nawas/ abu nawas pergi selama dua hari san sekembalinya dari desa itu ia langsung menemui putera mahkota dan memsikkan sesuatu lalu menempelkan teliganya ke dada sang putera mahkota. Setelah itu abu nawas mengangguk-angguk. “oh ...dugaanku tidak salah!” Abu nawas keliar dari bilik putera mahkota dengan wajah yang berseri-seri penuh keyakinan menemui khalifah. “apakah yang mulia masih menginginkan putera mahkota hidup?” “apa maksudmu abu nawas! Jangan gila kamu!” “sabar paduka. Jangan marah! Sebab putera mahkota terserang penyakit T.B.C.” “penyakit apa itu?” “tekanan batin cinta, paduka!” “kamu jangan main-main, abu nawas!” “maaf paduka! Putera mahkota sedang jatuh cinta pada seorang gadis desa di sebelah utara negeri ini.” “bagaimana kamu bisa tahu?” “ketika salah satu nama desa di bagian utara disebutkan, tiba-tiba degub jantungnya bertambah cepat.sedangkan sangputera mahkota tidak berani mengutarakannya.” “lalu apa yang harus aku lakukan?” “mengawinkannya sang pangeran dengan gadis itu!” “kalau tidak dikawinkan?” “cinta itu buta. Bila tidak berusaha mengobati kebutaanya, maka ia bisa mati.”

Khalifah harun al-rasyid terlihat berpikir keras. Wajahnya menunduk ke lantai istana. Dalam batinnya terjadi pertarungan hebat, antara percaya dan tidak terhadap perkataan abu nawas. Khalifah tahu bahwa abu nawas bukanlah seorang tabib, namun ucapannya masuk akal. “ah,barangkali saran abu nawas ada benarnya,” kata khalifah dengan suara lirih. Abu nawas yang mengamati wajah khalifah yang sedang serius, tidak berani angkat bicara. Suasana menjadi sunyi. Para tabib istana asyik berpikir sendiri-sendiri, entah apa yang mereka pikirkan. Saat wajah khalifah bangkit, tiba-tiba abu nawas angkat bicara, memecah keheningan istana. “bagaimana paduka? Bila tidak, putera mahkota bisa mati.” Rupa-rupanya saran abu nawas tidak bisa ditawar lagi. Begitu disetujui,sang pangeran berangsur-angsur pulih . sebagai tanda terima kasih, abu nawas diberi hadiah cincin permata yang sangat indah.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Abu Nawas Menembus Hujan

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menembus Hujan
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menembus Hujan, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Abu Nawas pernah menghancurkan barang-barang di istana tanpa bisa dicegah Baginda Raja. Keinginan Raja untuk menangkap Abu Nawas dan menjebloskannya ke penjara begitu besar. Maka dibuatlah perintah agar Abu Nawas bisa dipersalahkan. Maka Baginda mengajak Abu Nawas berburu beruang. Abu Nawas tak berani menolak meskipun ia sangat takut pada beruang. Setelah persiapan dibuat, perburuan pun dimulai. Namun perjalanan menuju hutan itu rasa-rasanya akan terhalang karena tiba-tiba cuaca berubah mendung. Baginda Raja pun memanggil Abu Nawas. “Tahukah engkau mengapa kupanggil menghadap?” tanya Baginda tanpa senyum. “Ampun Baginda, hamba belum tahu.” “Sebentar lagi akan turun hujan tapi hutan masih jauh. Apapun yang terjadi, nanti saat tiba waktunya santap siang kita harus berkumpul di peristirahatanku. Nah, … demi kelancaran perjalanan, sekarang kita berpencar. Ingat, jangan sampai menghadiri santap siang dengan baju basah.”

Karena Raja Harun sengaja menjebak Abu Nawas maka ia diberi kuda yang lamban. Sementara rombongan lainnya masing-masing menerima kuda yang sigap dan kuat. Maka seluruh rombongan pun mulai bergerak. Tak lama setelah rombongan berangkat tiba-tiba turun hujan. Baginda dan rombongannya segera memacu kuda menuju tempat perlindungan terdekat. Meski kuda mereka lari secepat angin nyatanya mereka semua tetap basah kuyup. Ketika waktu santap siang tiba Baginda pun segera menuju tempat peristirahatan dengan baju basahnya. Sebelum baju Baginda dan para pengawalnya mengering tiba-tiba Abu Nawas datang menyusul dengan kudanya. Baju Abu Nawas tak tampak basah, padahal kuda-kuda tercepat pun tak bisa menghindari hujan sederas itu. Raja Harun pun dibuat makin penasaran.

Demi dapat mengalahkan Abu Nawas, pada perburuan hari kedua Baginda Raja menukarkan kudanya dengan yang lamban. Sementara Abu Nawas kini memperoleh kuda yang mampu berlari cepat. Seperti sudah diduga sebelumnya, hujan turun lagi menghadang perjalanan para pemburu. Baginda dan para pengawal pun kontan basah kuyup karena kuda mereka memang tak bisa berlari kencang. Dan ketika tiba waktu untuk santap siang, Abu Nawas sudah berada di tempat peristirahatan menunggu kedatangan Baginda dan para pengawal. Saat mendatangi tempat makan, Baginda Raja keheranan menemukan Abu Nawas sudah santai dengan pakaiannya yang kering. “Terus terang saja, sebenarnya bagaimana caramu menghindari hujan?” tanya Baginda. “Caranya mudah saja, Tuanku yang mulia,” kata Abu Nawas sambil tersenyum. “Baik kemaren maupun hari ini, hamba sebenarnya tidak bisa menghindar dari hujan. Rahasianya, begitu hujan turun hamba langsung melepas pakaian dan melipatnya. Hamba menduduki pakaian ini agar tak kehujanan. Jadi hamba menembus hujan tanpa berpakaian.” Mau tak mau Raja Harun Al Rasyid tersenyum mengakui kecerdikan Abu Nawas.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Abu Nawas Kena Tipu

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Kena Tipu, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Kena Tipu, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Karena kesulitan uang, Abu Nawas memutuskan untuk menjual keledai kesayangannya. Keledai itu merupakan kendaraan Abu Nawas satu-satunya. Sebenarnya ia tidak tega untuk menjualnya. Tetapi keluarga Abu Nawas amat membutuhkan uang. Dan istrinya setuju. Keesokan harinya Abu Nawas membawa keledai ke pasar. Abu Nawas tidak tahu kalau ada sekelompok pencuri yang terdiri dari empat orang telah mengetahui keadaan dan rencana Abu Nawas. Mereka sepakat akan memperdaya Abu Nawas. Rencana pun mulai mereka susun. Ketika Abu Nawas beristirahat di bawah pohon, salah seorang mendekat dan berkata,

"Apakah engkau akan menjual kambingmu?" Tentu saja Abu Nawas terperanjat mendengar pertanyaan yang begitu tiba-tiba. "Ini bukan kambing." kata Abu Nawas. "Kalau bukan kambing, lalu apa?" tanya pencuri itu selanjutnya. "Keledai." kata Abu Nawas. "Kalau engkau yakin itu keledai, jual saja ke pasar dan dan tanyakan pada mereka." kata komplotan pencuri itu sambil berlalu. Abu Nawas tidak terpengaruh. Kemudian ia meneruskan perjalanannya. Ketika Abu Nawas sedang menunggang keledai, pencuri kedua menghampirinya dan berkata.

"Mengapa kau menunggang kambing?" "Ini bukan kambing tapi keledai." "Kalau itu keledai aku tidak bertanya seperti itu, dasar orang aneh. Kambing kok dikatakan keledai." "Kalau ini kambing aku tidak akan menungganginya." jawab Abu Nawas tanpa ragu. "Kalau engkau tidak percaya, pergilah ke pasar dan tanyakan pada orang-orang di sana." kata pencuri kedua sambil berlalu.

Abu Nawas belum terpengaruh dan ia tetap berjalan menuju pasar. Pencuri ketiga datang menghampiri Abu Nawas,"Hai Abu Nawas akan kau bawa ke mana kambing itu?" Kali ini Abu Nawas tidak segera menjawab. Ia mulai ragu, sudah tiga orang mengatakan kalau hewan yang dibawanya adalah kambing. Pencuri ketiga tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia makin merecoki otak Abu Nawas, "Sudahlah, biarpun kau bersikeras hewan itu adalah keledai nyatanya itu adalah kambing, kambing... kambiiiiiing...!"

Abu Nawas berhenti sejenak untuk beristirahat di bawah pohon. Pencuri keempat melaksanakan strategi busuknya. Ia duduk di samping Abu Nawas dan mengajak tokoh cerdik ini untuk berbincang-bincang.

"Ahaa, bagus sekali kambingmu ini...!" pencuri keempat membuka percakapan. "Kau juga yakin ini kambing?" tanya Abu Nawas. "Lho? ya jelas sekali kalau hewan ini adalah kambing. Kalau boleh aku ingin membelinya.""Berapa kau mau membayarnya?" "Tiga dirham!" Abu Nawas setuju. Setelah menerima uang dari pencuri keempat kemudian Abu Nawas langsung pulang. Setiba di rumah Abu Nawas dimarahi istrinya. "Jadi keledai itu hanya engkau jual tiga dirham lantaran mereka mengatakan bahwa keledai itu kambing?"

Abu Nawas tidak bisa menjawab. Ia hanya mendengarkan ocehan istrinya dengan setia sambil menahan rasa dongkol. Kini ia baru menyadari kalau sudah diperdayai oleh komplotan pencuri yang menggoyahkan akal sehatnya. Abu Nawas merencanakan sesuatu. Ia pergi ke hutan mencari sebatang kayu untuk dijadikan sebuah tongkat yang nantinya bisa menghasilkan uang. Rencana Abu Nawas ternyata berjalan lancar. Hampir semua orang membicarakan keajaiban tongkat Abu Nawas. Berita ini juga terdengar oleh para pencuri yang telah menipu Abu Nawas. Mereka langsung tertarik. Bahkan mereka melihat sendiri ketika Abu Nawas membeli barang atau makan tanpa membayar tetapi hanya dengan mengacungkan tongkatnya. Mereka berpikir kalau tongkat itu bisa dibeli maka tentu mereka akan kaya karena hanya dengan mengacungkan tongkat itu mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Akhirnya mereka mendekati Abu Nawas dan berkata,

"Apakah tongkatmu akan dijual?" "Tidak." jawab Abu Nawas dengan cuek. "Tetapi kami bersedia membeli dengan harga yang amat tinggi." kata mereka. "Berapa?" kata Abu Nawas pura-pura merasa tertarik. "Seratus dinar uang emas." kata mereka tanpa ragu-ragu. "Tetapi tongkat ini adalah tongkat wasiat satu-satunya yang aku miliki." kata Abu Nawas sambil tetap berpura-pura tidak ingin menjual tongkatnya. "Dengan uang seratus dinar engkau sudah bisa hidup enak." kata mereka makin penasaran. Abu Nawas diam beberapa saat sepertinya merasa keberatan sekali. "Baiklah kalau begitu." kata Abu Nawas kemudian sambil menyerahkan tongkatnya. Setelah menerima seratus dinar uang emas Abu Nawas segera melesat pulang. Para pencuri itu segera mencari warung terdekat untuk membuktikan keajaiban tongkat yang baru mereka beli. Seusai makan mereka mengacungkan tongkat itu kepada pemilik kedai. Tentu saja pemilik kedai marah.

"Apa maksudmu mengacungkan tongkat itu padaku?" "Bukankah Abu Nawas juga mengacungkan tongkat ini dan engkau membebaskannya?" tanya para pencuri itu. "Benar. Tetapi engkau harus tahu bahwa Abu Nawas menitipkan sejumlah uang kepadaku sebelum makan di sini!" "Gila! Ternyata kita tidak mendapat keuntungan sama sekali menipu Abu Nawas. Kita malah rugi besar!" umpat para pencuri dengan rasa dongkol.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Abu Nawas Lomba Mimpi

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Lomba Mimpi, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Lomba Mimpi, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Pada siang di bulan Ramadan, Abunawas didatangi oleh dua orang temannya yang tidak berpuasa. Mereka bersekongkol untuk ngerjai Abu Nawas. Tibalah mereka di depan pintu rumah Abu Nawas. Setelah mengucapkan salam, tanpa basa basi lagi mereka mengajak Abu Nawas ngabuburit (mengisi waktu untuk menunggi berbuka puasa.n Sampailah mereka di warung nasi, dan teman-temannya membeli nasi untuk dibungkus. Abu Nawas mengira kalau teman-temannya sangat menghormati orang yang berpuasa meski mereka tidak puasa karena temannya tidak makan di warung tersebut, namun di bawa pulang. Setelah itu, mereka pergi meninggalkan warung tersebut dan sampailah di rumah salah satu temannya. Begitu tiba berbuka puasa, Abu Nawas berkata, "Wah, sudah waktunya berbuka." "Minum saja dulu biar batal puasamu," kata temannya. Abu Nawas pun segera minum dan selanjutnya menunggu. Teman mereka bilang, "Silahkan shalat dulu, nanti ketinggalan shalat maghrib," kata salah satu temannya.

Abu Nawas pun kemudian mengambil air wudhu dan menjalankan shalat maghrib. Namun apa yang terjadi, setelah shalat maghrib pun Abu Nawas belum bisa makan nasi karena temannya menyuruh agar mengaji Al Qur'an terlebih dahulu. "Mengajilah Al Qur'an terlebih dahulu, mumpung perutmu masih kosong. Nanti kalau sudah kenyang kamu mengantuk," kata teman Abu Nawas.

Abu Nawas merasa jengkel, seakan dikerjai oleh teman-temannya. Meski begitu Abu Nawas nurut dan mengaji Al Qur'an. Setelah mengaji, Abu Nawas malah diajak lomba tidur. Siapa yang mimpinya paling indah maka dia berhak menyantap makanan. "Abu Nawas, sekarang mari kita lomba tidur, esok pagi siapa yang mimpinya paling indah dia bisa makan makanan ini," kata salah seorang temannya.

Abu Nawas mulai sadar kalau dirinya dikerjai teman-temannya. Lomba tidur tersebut disanggupi oleh Abu Nawas dengan perasaan marah. Pada esok paginya, mereka bertiga bangun. Salah satu temannya bercerita, "Aku semalam mimpi indah sekali, mimpi punya mobil mewah, rumah mewah, pesawat pribadi dan punya uang banyak sekali." "Mimpimu indah, tapi egois sekali," kata teman yang satunya.

Kemudian teman yang satunya lagi mencerikan mimpinya. "Aku semalam bermimpi bahwa negeriku ini tidak punya hutang, infrastrukturnya bagus sekali, jalan-jalan yang mulus, pelabuhan-pelabuhan lancar, ongkos transportasi murah, rakyat sejahtera hingga aku tidak bertemu orang yang berhak menerima zakat." "Wah, mimpimu hebat," kata temannya. "Sekarang coba ceritakan mimpimu wahai Abu Nawas."

Abu Nawas bercerita, "Mimpiku biasa saja. Semalam aku bermimpi bertemu Nabi Daud as, Nabi yang gemar berpuasa. Beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari begitu terus tiap waktu. Kemudian Nabi Daud as bertanya, "Apakah engkau sudah berbuka wahai Abu Nawas?" Saya jawab belum, kata Abu Nawas. Kemudian Nabi Daud as menyuruh aku berbuka puasa dahulu. Kontan saja aku cekatan bangun, mengambil makanan yang sudah kalian belikan."

Mimpi Abu Nawas sangat disesali oleh kedua temannya.Mereka kalah cerdik dengan akal Abu Nawas. Niat untuk ngerjai, eh malah dikerjai Abu Nawas. 



Abu Nawas Raja Disuruh Mencium Pantat Ayam

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Raja Disuruh Mencium Pantat Ayam, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Raja Disuruh Mencium Pantat Ayam, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Pada suatu hari Raja Harun Ar-Rasyid sedang galau dengan sikap Abu Nawas. Beberapa kali Abu Nawas telah membuatnya malu di depan para pejabat kerajaan. Berlatar belakang dendam inilah akhirnya Raja hendak membuat jebakan terhadap Abu Nawas. Jika Abu Nawas gagal menghadapi jebakan tersebut, maka hukuman akan diberikan kepadanya.

Maka dipanggillah Abu Nawas untuk menghadap Raja Harun Ar-Rasyid. Setelah melewati beberapa prosedur, sampai juga Abu Nawas di istana kerajaan. Sang raja lalu memulai pertanyaannya, "Wahai Abu Nawas, di depan mejaku itu ada sepanggang daging ayam yang lezat dan enak dilahap, tolong segera ambilkan." Abu Nawas tampak bingung dengan perintah tersebut, karena tak biasanya dia disuruh mengambilkan makanan raja. "Mungkin raja ingin menjebakku, aku harus waspada," kata Abu Nawas dalam hati.

Abu Nawas pun akhirnya menuruti perintah itu. Setelah mengambil ayam panggang sang raja, Abu Nawas kemudian memberikannya kepada raja. Namun, sang raja belum langsung menerimanya, ia bertanya lagi "Abu Nawas, di tangan kamu ada sepotong ayam panggang lezat, silahkan dinikmati." Begitu Abu Nawas hendak menyantap ayam panggang tersebut, tiba-tiba raja berkata lagi, "Tapi ingat Abu Nawas, dengarkan dulu petunjuknya. Jika kamu memotong paha ayam itu, maka aku akan memotong pahamu dan jika kamu memotong dada ayam itu, maka aku akan memotong dadamu. Tidak hanya itu saja, jika kamu memotong dan memakan kepala ayam itu, maka aku akan memotong kepalamu. Akan tetapi kalau kamu hanya mendiamkan saja ayam panggang itu, akibatnya kamu akan aku gantung."

Abu Nawas merasa bingung dengan petunjuk yang dititahkan rajanya itu. Dalam kebingungannya, ia semakin yakin jika hal itu hanya akal-akalan Raja Harun saja demi untuk menghukumnya. Tidak hanya ABu Nawas saja yang tegang, tapi juga semua pejabat kerajaan yang hadir di istana tampak tegang pula. Mereka hanya bisa menebak dalam hati tentang maksud dari perintah rajanya itu.

Hampir sepuluh menit lamanya Abu Nawas hanya membolak-balikkan ayam panggang itu. Sejenak suasana menjadi hening. Kemudian Abu Nawas mulai mendekatkan ayam panggang itu tepat di indera penciumannya. Para hadirin yang datang atas undangan raja mulai bingung dan tidak mengerti apa yang dilakukan Abu Nawas. Kemudian terlihat Abu Nawas mendekatkan indera penciumannya tepat di bagian pantat daging ayam bakar yang kelihatan sangat lezat itu. Beberapa menit kemudian ia mencium bagian panta ayam bakar itu.

Setelah selesai mencium pantat ayam bakar itu, kemudian Abu Nawas berkata, "Jika saya harus memotong paha ayam ini, maka Baginda akan memotong pahaku, jika saya harus memotong dada ayam ini, maka Baginda akan memotong dadaku, jika saya harus memakan dan memotong kepala ayam ini, Baginda akan memotong kepalaku, tetapi coba lihat, yang saya lakukan adalah mencium pantat ayam ini," kata Abu Nawas. "Apa maksudmu, wahai Abu Nawas," tanya Baginda. "Maksud saya adlah kalau saya melakukan demikian maka Baginda juga akan membalasnya demikian, layaknya ayam ini. Nah, saya hanya mencium pantat ayam panggang ini saja, maka Baginda juga harus mencium pantat ayam panggang ini pula," jelas Abu Nawas.

Sontak saja penjelasan Abu Nawas itu membuat suasana yang tegang menjadi tampak tak menentu. Para pejabat yang hadir menahan tawa, tetapi ragu-ragu karena takut dihukum raja. Sementara itu, raja yang mendengar ucapan Abu Nawas mulai memerah mukanya. Raja tampak malu untuk kesekian kalinya. Untuk menutupi rasa malunya itu, beliau memerintahkan Abu Nawas untuk pulang dan membawa pergi ayam panggang yang lezat itu. "Wahai Abu Nawas, cepat pulanglah, jangan sampai aku berubah pikiran," kata raja.

Setibanya di rumah, ia mengundang beberapa tetangganya untuk berpesta ayam panggang. Untuk kesekian kalinya Abu Nawas sukses mempermalukan Raja Harun Ar-Rasyid di depan para pejabat kerajaan.



Abu Nawas Menyadarkan Pengemis

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menyadarkan Pengemis, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menyadarkan Pengemis, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Pada suatu ketika, Abu Nawas dikunjungi oleh seorang pengemis laki-laki. Pengemis itu meminta makanan karena sudah lama tidak makan. Namun, Abu Nawas tidak memberikan sesuap nasi atau makanan lainnya yang sangat diharapkan oleh pengemis itu, akan tetapi ia malah mengajukan beberapa pertanyaan semata.

"Kenapa engkau mengemis? Apa engkau tidak mempunyai pekerjaan?" tanya Abu Nawas. "Maaf Tuan, saya sudah lama mencari pekerjaan, tapi belum juga ada yang mau menerima saya bekerja," jawab pengemis itu. "Lalu apa engkau mau bekerja sekalipun pekerjaan itu berat?" tanya Abu Nawas. "Asalkan halal, saya mau Tuan," jawab si pengemis.

Akhirnya Abu Nawas mengantarkan pengemis itu menemui sahabatnya, Abu Wardah. Singkat cerita, pengemis itu diminta bekerja untuk mencabut rumput. Ternyata, pengemis itu merupakan seorang pekerja yang sangat rajin dan tangkas. Dalam waktu singkat saja, pekerjaannya pun selesai. Abu Wardah pun sangat kagum dan tergerak hatinya untuk memberikan pekerjaan yang lebih serius. Ia pun meminta pengemis itu untuk memisahkan satu ember kurma menjadi 3 bagian. Yang bagus diletakkan di keranjang pertama, sementara yang lumayan bagus diletakkan di keranjang kedua, dan kurma yang jelek diletakkan di keranjang ketiga. Namun ia lupa tidak membekan penjelasan kepada pengemis itu tentang perbedaan antara yang baik dan yang buruk.

Pada keesokan harinya, Abu Nawas datang ke rumah Abu Wardah untuk menanyakan kabar dari pengemis itu. Ia pun menjelaskan bahwa pengemis itu sangat rajin dan terampil mencabut rumput di ladang sehingga dirinya menyimpulkan bahwa pengemis itu adalah pekerja yang baik. Maka dari itu Abu Wardah memberikan pekerjaan yang lrbih serius kepadanya. "Sekarang dia bekerja apa?" tanya Abunawas. "Tadi malam dia saya suruh untuk memisahkan kutma-kurma menjadi tiga bagian. Mari kita ke sana untuk melihatnya, yentu sudah selesaipekerjaannya itu," kata Abu Wardah.

Tak lama kemudian, keduanya pun sangat terkejut ketika melihat pengemis itu tidur pulas, tidak mengerjakan pekerjaan yang telah diberikan kepadanya. Dengan penuh tanya, Abu Wardah pun membangunkan pengemis itu. "Kenapa engkau tidak menyelesaikan pekerjaanmu yang sangat mudah itu," tanya Abu Wardah. "Ma'af Tuan, kalau hanya memindahkan kurma, sesungguhnya itu mudah, yang sulit adalah membuat keputusan mana kurma yang baik, lumyan baik, dan jelek, karena saya tidak diberitahu sebelumnya," jawab pengemis. "Sungguh itu tak terpikirkan olehku," kata Abu Wardah.

Abu Nawas pun tersenyum melihat kejadian itu. Ia pun menegur Abu Wardah karena Abu Wardah hanya bisa memberikan tugas saja, tapi tidak mengajarinya dengan baik cara melakukannya.

Abu Nawas dan Lalat

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas dan Lalat, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas dan Lalat, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Abu Nawas sangat sedih melihat rumahnya hancur karena diobrak-abrik prajurit kerajaan. Tapi, dengan akal liciknya, Abunawas berhasil membalas menghancurkan kerajaan dengan sebuah tongkat yang terbuat dari besi. Dengan berdalih untuk membunuh lalat-lalat yang telah makan nasinya, Abu Nawas memporak-porandakan seluruh isi kerajaan.

Pada suatu hari Abu Nawas terlihat murung. Ia hanya tertunduk lesu mendengarkan penuturan istrinya yang mengatakan kalau beberapa pekerja kerajaan atas titah Raja Harun membongkar rumahnya. Raja berdalih bahwa itu dilakukan karena bermimpi kalau di bawah rumahnya terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya. Namun, setelah mereka terus menerus menggali, ternyata emas dan permata tidaj jua ditemukan. Parahnya, sang raja juga tidak mau meminta maaf dan mengganti rugi sedikitpun kepada Abu Nawas. Karena itulah Abu Nawas sakit hati dan memendam rasa dendam kepada perusak rumahnya.

Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas perbuatan baginda. Makanan yang dihidangkan istrinya pun tidak dimakan karena nafsu makannya telah lenyap. Keesokan harinya Abu Nawas melihat banyak lalat-lalat mulai menyerbu makanannya yang sudah mulai basi. Begitu melihat lalat-lalat itu berterbangan, Abu Nawastiba-tiba saja tertawa riang seolah mendapatkan ide. "Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi," kata Abu Nawas kepada istrinya.

Dengan wajah berseri-seri, Abu Nawas berangkat menuju istana. Setiba di istana, Abu Nawas membungkuk memberi hormat kepada Raja Harun. Raja Harun terkejut atas kedatangan Abu Nawas.i hadapan para menterinya, Raja Harun mempersilahkan Abu Nawas untuk menghadap. "Ampun Tuanku, hamba menghadap Tuanku Baginda hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak diundang. Mereka memasuki rumah hamba tanpa izin dan berani memakan makanan hamba," lapor Abu Nawas. "Siapakah tamu-tamu tidak diundang itu wahai Abu Nawas?" ujar Baginda dengan bijaksana. "Lalat-lalat ini Tuanku," kata Abu Nawas sambil membuka penutup piringnya. "Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Paduka junjungan hamba, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil ini," ujar Abu Nawas sekali lagi. "Lalu, keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan dariku?" respon Raja Harun. Hamba hanya menginginkan izin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat yang nakal itu," kata Abu Nawas memulai muslihatnya.

Akhirnya Raja Harun dengan terpaksa membuat surat izin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu dimanapun mereka hinggap. Setelah mendapat izin tertulis itu Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini. Dengan menggunakan tongkat besi yang dibawa dari rumah, Abu Nawas mengejar dan memukuli lalat-lalat itu. Ketika hinggap di kaca, Abu Nawas dengan tenang dan leluasa memukul kaca itu hingga pecah. Kemudian vas bunga nan indah juga ikut terkena pukul dan pecah. Akhirnya hanya dalam beberapa menit saja seluruh perabot istana hancur berkeping-keping. Raja Harun tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruannya yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganysa.

Dan setelah merasa puas, Abu Nawas mohon diri, Barang-barang kesayangan Raja Harun banyak yang hancur. Bukan cuma itu saja, raja juga menanggung rasa malu. Kini dia sadar betapa kelirunya telah berbuat semena-mena kepada Abu Nawas. 



Abu Nawas Menghitung Bulu Ekor Keledai

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menghitung Bulu Ekor Keledai, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Pada suatu hari yang cerah, ada tiga orang bijak dan pandai pergi berkeliling negeri untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang mendesak, dan sampailah mereka di desa Abu Nawas. Ketiga orang itu sudah terkenal pintar namun licik. Untuk menghadapi ketiga orang itu, para penduduk desa sepakat untuk menyodorkan Abu Nawas sebagai tandingan mengadu kepintaran. Kepandaian Abu Nawas kali ini diuji oleh tiga orang bijak. Salah satunya adalah mengadu kepandaian dengan menghitung berapa jumlah bulu ekor keledai. Abu Nawas tak kekurangan akal, dengan kecerdikannya, Abu Nawas berhasil mengalahkan tiga orang bijak itu.

Sebagai wakil orang-orang bijak di desa tersebut, Abu Nawas dipaksa berhadapan dengan tiga orang bijak dan keinginan penduduk desa sudah diapprove oleh kepala desa. "Kalau begitu, besok di lapangan bola kita adu kepintaran antara Abu Nawas dengan ketiga orang bijak itu," kata kepala desa sengan suara yang keras. Setelah waktu yang ditentukan tiba, maka berkumpullah penduduk setempat di lapangan bola. Untuk menghormati tamunya, maka pemimping kampung itu memutuskan ketiga orang bijak itu untuk bertanya terlebih dahulu kepada Abu Nawas. "Sebagai rasa hormat kami, maka kalian bertiga terlebih dahulu diberi kesempatan untuk bertanya kepada Abu Nawas, "kata kepala kampung.

Mendapat kesempatan itu, tentu saja ketiga orang itu sangat senang bukan kepalang. Maka dengan sombongnya orang bijak pertama bertanya kepada Abu Nawas. "Di mana sebenarnya pusat bumi ini, wahai Abu Nawas yang tolol?" Tampaknya pertanyaan itu dianggap ringan saja oleh Abu Nawas. Dengan tersenyum Abu Nawas menjawab, "Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara yang budiman." Jawaban Abu Nawas itu membuat orang bijak yang ksdua tidak terima. Ia langsung berkata dengan keras, "Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?" "Jika kalian tidak percaya atas jawabanku, ukur saja sendiri, "jawab Abu Nawas.

Tampaknya jawaban itu telah membuat orang bijak pertama tertegun dan hanya bisa diam saja. Untuk itulah, tiba giliran orang bijak kedua mengajukan pertanyaan kepada Abu Nawas. "Berapa banyak jumlah bintang di langit?" Lagi-lagi Abu Nawas menjawabnya dengan tenang. "Bintang-bintang yang ada di langit itu jumlahnya sama dengan rambut yang tumbuh di keledaiku ini." Tentu saja jawaban Abu Nawas bikin sakit hati. "Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu? "tanya orang bijak kedua tersebut. "Nah, kalau tida percaya, hitung saja rambut yang ada di keledai ini, nanti saudara aka tahu kebenarannya, "jawab Abu Nawas. "Itu sih bodoh, akal-akalan saja. Bagaimana orang bisa menghitung bulu keledai? "sanggah orang bijak kedua itu. Nah, kalau aku bodoh, berarti saudara juga bodoh, bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit? "kata Abu Nawas.

Kecerdikan Abu Nawas
Mendengar jawaban itu,si bijak kedua pun tidak bisa melanjutkan. Sekarang tampillh orang bijak ketiga yang katanya paling bijak diantara yang lain. Ia memang agak terganggu oleh kecerdikan Abu Nawas dan dengan ketus ia bertanya, "Tampaknya saudara tahu banyak mengenai keledai, coba saudara katakan kepadaku, berapa jumlah bulu yang ada di ekor keledai itu." "Aku tahu jumlahnya. Jumlah bulu yang ada di ekor keledaiku ini sama dengan jumlah rambut yang ada di janggut saudara, "jawab Abu Nawas dengan santainya. "Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu? "tanya si bijak ketiga lagi. "Oh itu mudah saja. Begini, saudara mencabut sehelai bulu dari ekor keledaiku, kemudian saya akan mencabut sehelai rambut dari janggunt saudara. Nah, kalau sama, mka yang aku katakan adalah benar. Kalau tidak, berarti saya keliru, "jawab Abu Nawas.

Tentu saja orang bijak yang ketiga itu tak mau menerima cara menghitung tersebut. Kemudian orang-orang desa mengatakan bahwa ternyata Abu Nawas adalah orang yang paling bijak diantara ketiga orang bijak tersebut. 



Abu Nawas Diuji Jin

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas dan Jin
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas dan Jin, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Abu Nawas dikenal juga karena kejujurannya, namun tak semuanya percaya begitu saja. Diantara yang tidak percaya dengan kejujuran Abu Nawas adalah kaum jin. Abu Nawas selalu saja berhasil mematahkan teka-teki dengan sasaran yang tepat serta dapat diterima oleh akal. Sepak terjangnya yang demikian itulah membuat penasaran kaum jin dan ingin mengujinya. Mereka para jin akhirnya sepakat untuk memberi pengujian kepada Abu Nawas, apakah benar-benar jujur atau tidak. Nah, apakah Abu Nawas lulus dalam uji kejujuran itu?

Dahulu Abu Nawas pernah bekerja sebagai tukang kayu di kampungnya. Dengan pekerjaannya tersebut, ia sering menebang kayu di hutan belantara. Dan karena ia teledor, kapak kesukaannya yang ia gunakan untuk menebang kayu malah jatuh masuk ke jurang yang sangat dalam letaknya. Kejadian itu membuat Abu Nawas bersedih hati karena kapak itu adalah satu-satunya peralatan yag dipunyainya dan ia belum mempunyai pengganti. Tanpa kapaknya, otomatis ia tidak bisa bekerja seperti biasanya. Dalam perasaan yang sangat sedih itu, tiba-tiba datanglah jin yang menyamar menjadi seorang laki-laki berbaju putih. Jin itu datang dan menggoda Abu Nawas yang kondisinya mulai labil.

"Hai Abu Nawas, kenapa kamu kelihatan sediah sekali?" tanya jin. "Iya,apak saya sebagai satu-satunya alat untuk bekerja telah jatuh ke jurang. Kalau begini, bagaimana saya bisa bekerja lagi?"jawab Abu Nawas sedih. "Oh begitu, saya akan bantu untuk mengambilkannya untukmu," kata jin.

Tak berapa lama kemudian, sang jin pun turun ke bawah jurang. Ternyata jin tersebut memiliki keinginan untuk menguji kejujuran Abu Nawas yang sering didengarnya. Terbersit di benak jin untuk memberikan kapak yang lain yang terbuat dari ems, apa reaksi Abu Nawas nantinya. "Wahai Abu Nawas, apakah ini kapakmu?" tanya jin. "Bukan, kapak saya jelek kok," jawab Abu nawas.

Sesaat kemudian jin membnerikan kapak kedua yang terbuat dari perak. Namun Abu Nawas tetap saja tak mengakui. "Bukan, bukan itu. Kapak saya sudah jelek kok!" tegasnya. Mendengar jawaban seperti itu, sang jin menjadi senang karena ternyata Abu Nawas benar-benar seorang yang jujur. "Hai Abu Nawas, kenapa kamu ini begitu jujur, apa tidak mau aku barang yang lebih baik?" tanya jin. "Pak, sesungguhnya aku telah bersyukur pada apa yang aku miliki. Aku tidak ingin mendapatkan sesuatu yang bukan hakku. Bagiku, kapak yang jelek itu adalah milikku. Dengan kapak itulah aku bisa bekerja secara halal dan mendapatkan kayu untuk aku jual, "terang Abu Nawas. "Rasa syukur?"tanya jin dengan heran. "Ya, karena rasa syukur itulah yang membuatku tidak mau mengambil barang yang bukan hakku, "tegas Abunawas. "Wahai Abu Nawas, karena rasa syukurmu itu, maka ketiga kapak ini aku berikan kepadamu,"kata jin. Kemudian Abu Nawas pergi sambil membawa ketiga kapak itu. 


Abu Nawas Panah Pembawa Rezeki

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Panah Pembawa Rezeki, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Panah Pembawa Rezeki, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Abu Nawas sering tidak punya kemampuan untuk menjalankan perintah Raja. Namun, tugas yang diberikan oleh raja selalu terselesaikan dengan baik olehnya. Wal hasil, rezeki tak disangka pun diperolehnya.

Suatu hari, raja mengundang Abu Nawas untuk ikut makan bersamanya. Maka, Abu Nawas pun dijemput di rumahnya oleh para pengawal kerajaan untuk menghadiri jamuan tersebut. Tidak lama, Abu Nawas pun tiba di istana dengan mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Raja segera mengajak Abu Nawas untuk saling berbincang di sebuah pendapa. Segala jenis makanan lezat dan minuman yang segar tersedia di jamuan tersebut. Abu Nawas yang jarang melihat makanan selezat itu, segera menyantapnya dengan sangat lahap. Apalagi seharian ia belum makan. Sementara sang raja terus bicara tentang kekuasaannya.

Raja Harun Ar-Rasyid bicara mengenai wilayah kerajaannya yang luas dan hal-hal lain menyangkut kerajaannya. Abu Nawas sebagai teman bicara justru asyik dan sibuk dengan makanan di hadapannya. Raja bicara tentang ini dan itu, Abu Nawas cuma manggut-manggut aja. Paling hanya menjawab, "hmm, begitu ya". Setelah panjang lebar bercerita, raja mulai mengajukan pertanyaan kepada Abu Nawas. "Abu Nawas, andai saja semua benda ada nilainya. Berapa harga diriku?" tanya raja kepadanya.

Dalam keadaan perut yang kenyang, Abu nawas menjawab pertanyaan raja sekenanya aja. Tanpa pikir panjang. "Hmm,, Menurut hamba, mungkin sekitar 100 dinar, baginda." jawab Abu Nawas. "Keterlaluan kau ini, Abu Nawas. Harga ikat pinggang ku saja 100 dinar," bentak sang raja. "Tepat sekali, tuan. Yang saya nilai adalah ikat pinggang milik paduka" ujar Abu Nawas. Raja tidak ingin dipermalukan lagi oleh Abu Nawas dengan kecerdikannya. Oleh karenanya, raja tidak mau ambil resiko dengan berdebat.

Kemudian raja mengajak Abu Nawas untuk menuju ke arena latihan para prajurit. Di medan latihan tersebut, nampak para prajurit sedang berlatih beladiri dan ketangkasan. "Wahai, Abu Nawas. Di depan para prajurit, tunjukkan keahlian dan kemampuanmu dalam memanah. Lepaskan anak panahmu sekali saja. Jika tepat mengenai sasaran, aku akan memberimu hadiah. Tapi jika meleset, kau dinyatakan gagal dan menerima hukuman penjara". Kata raja menjelaskan. Tanpa menunggu lama, Abu Nawas segera mengambil anak panah dan busurnya. Karena ia faham bahwa raja akan bersikeras jika ia menolak perintahnya.

Abu Nawas memantapkan hati dan fikirannya untuk melepaskan anak panah. Namun, ternyata anak panah yang ia bidikkan tidak mengenai sasaran. Anak panah meleset dari sararan. "Tahukah anda, tuan raja? Berdasar hasil pengamatan saya, Ini adalah gaya memanah para makelar tanah," kata Abu Nawas untuk menutupi kegagalannya. Tanpa menunggu komentar dari raja, Abu Nawas mencabut anak panah lagi, dan membidikkan ke sasaran. Dan ternyata, lagi-lagi jauh dari sasaran. Bahkan kali ini meleset sangat jauh. "Nah, Kalau yang ini adalah gaya memanah para juragan buah.". Ucap Abu Nawas untuk menutupi kegagalannya yang kedua.

Abu Nawas pun kembali mencabut anak panah untuk ketiga kalinya. Dan Akhirnya anak panah pun dilepaskan. Bettt.. Kali ini secara kebetulan anak panah menancap tepat mengenai sasaran. "Sedangkan yang ini, wahai raja. Gaya memanah Abu Nawas. Sekarang hamba sudah siap untuk menerima hadiah yang tuan janjikan" Ucap Abu Nawas dengan penuh harapan gembira. Baginda raja tak kuasa menahan tawanya. Hadiah pun diberikan kepada Abu Nawas. Berbekal kecerdikan memainkan kata yang cukup masuk akal. Abu Nawas pun segera pamit pulang ke rumah. Ia sudah tidak sabar untuk memberikan hadiah tersebut kepada istri tercinta.



Abu Nawas Diusir Raja

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Diusir oleh Raja, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Diusir oleh Raja, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Nasib apalagi kali ini yang dialami oleh Abu Nawas. Gara-gara mimpi buruk raja Harun Ar Rasyid tadi malam, ia diusir dari tanah tempat ia dilahirkan. Sungguh memprihatinkan sekali. Namun, apadaya rakyat biasa seperti Abu Nawas. Bagaimana juga, ia harus pergi meninggalkan kampung halamannya yang ia cintai.

Masih kuat di ingatan Abu Nawas, ucapan baginda raja yang ditujukan kepadanya. Kata-kata raja senantiasa terngiang di telinga, "Semalam, aku bertemu dengan seorang lelaki tua di dalam mimpiku. Kakek itu memakai jubah berwarna putih. Kakek tua itu mengatakan sesuatu yang mencengangkan, bahwa negeri ini akan diterpa bala bencana jika orang dengan nama Abu Nawas masih bercokol di negeri ini. Abu Nawas harus diusir dari negeri ini, karena membawa sial. Ia boleh tinggal lagi di negeri ini dengan syarat tidak boleh dengan jalan kaki, merangkak, berlari, melompat, menaiki keledai atau binatang tunggangan lainnya"

Maka, Abu Nawas pergi meninggalkan rumahnya. Ia melangkah meninggalkan istrinya dengan membawa bekal secukupnya. Sang istri hanya bisa mengiringi kepergian Abu Nawas dengan tangis air mata yang berderai. Tanpa terasa, sudah 2 hari perjalanan Abu Nawas dengan menaiki keledainya. Bekal yang ia bawa pun telah menipis. Sebenarnya, Abu Nawas tidak terlalu sedih atas pengusiran terhadap dirinya. Bahkan, ia tidak meresapinya sama sekali. Justru yang ia rasakan adalah sebaliknya. Abu Nawas semakin bertambah yakin bahwa Alloh, Sang Maha Perkasa akan melepaskannya dari kesulitan yang kini membelenggu dirinya. Bukankah Alloh merupakan sebaik-baik teman? Hal ini sangat dirasakannya, terutama di saat seperti ini.

Sudah beberapa hari ini, Abu Nawas tinggal di negeri orang. Ia tidak bisa mengelak dari rasa rindu yang mendalam kepada kampung halamannya. Rasa rindu yang menyayat hati, menderu-deru laksana dinginnya Jamharir yang sulit untuk dibendung. Jalan keluar harus ia dapatkan dengan jalan berfikir. Namun, dengan cara apa ia harus lepas dari masalah ini? Berbagai tanya ia lontarkan dalam hati. "Sebaiknya aku minta tolong kepada seseorang untuk menggendongku hingga tiba di kampung halaman. Namun, apakah ada yang sanggup dan sudi menolongku dengan cara itu? Hmm, bagaimana pun aku harus mampu menolong diriku tanpa bantuan dari orang lain"

Sekarang adalah hari ke sembilan belas. Di pagi ini, Abu Nawas telah menemukan sebuah cara untuk kembali ke kampung halaman tanpa melanggar larangan baginda raja. Setelah ia siap dengan rencananya itu, ia pun berangkat untuk melakukan perjalanan ke negerinya.

Rindu bercampur bahagia, senang dan haru berbaur jadi satu. Kerinduan yang melecut-lecut kalbu, semakin deras menerpa hati Abu Nawas. Semakin mendekati negerinya, rasa itu makin menjadi-jadi. Mengetahui kedatangan Abu Nawas, seluruh penduduk negeri merasa sangat gembira. Kabar mengenai pulangnya Abu Nawas langsung menyebar ke segala penjuru tak ubah semerbak bunga yang harum menusuk hidung. Kabar ini sampai ke telinga baginda pada akhirnya. Sang raja juga merasa gembira, namun berbeda alasan dengan rakyat.

Rakyat sangat mencintai Abu Nawas, oleh karenanya mereka gembira dengan kedatangannya. Sedangkan raja gembira, karena kesampaian juga menghukum Abu Nawas. Kali ini Abu Nawas tidak dapat mengelak dari hukuman. Namun apa yang terjadi? Baginda sangat kecewa dan terpukul lantaran menyaksikan cara Abu Nawas pulang ke negerinya. Baginda tidak menyangka kalau ternyata Abu Nawas datang dengan bergelayutan di bawah perut keledai. Jadi, Abu Nawas sama sekali tidak melanggar larangannya dan lepas dari sangsi berupa hukuman. Abu Nawas tidak mengendarai keledainya, namun menggelantungkan dirinya.



Abu Nawas Menghitung Kematian Tahanan

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menghitung Kematian Tahanan, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menghitung Kematian Tahanan, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Kisah ini dimulai dengan diadakannya hajatan besar-besaran di negeri Seribu Satu Malam. Tersebutlah nama raja Harun Ar-Rasyid yang punya niat untuk merayakan pesta hari jadi kerajaan. Raja berniat untuk merayakan pesta bersama dengan rakyatnya. Dan, hari yang dinanti telah tiba! Rakyat telah berkumpul di depan Pendapa Kerajaan.

Beberapa saat rakyat menunggu, akhirnya sang raja mengeluarkan beberapa patah kata, sambil berdiri,."Wahai rakyatku, dengarkanlah! Aku akan memberikan hadiah kepada fakir miskin. Di hari perayaan ini, aku juga memberi pengampunan bagi para tahanan berupa keringanan hukuman. Mereka yang telah menjalani hukuman penjara, mendapatkan remisi selama setengah dari masa hukuman yang belum ia jalani." Seru raja di hadapan rakyat.

Rakyat sangat gembira mendengar pengumuman yang langsung disampaikan oleh baginda tersebut. Suka ria, gelak tawa, dan sendau gurau sambil menyantap makanan dan minuman yang telah disiapkan untuk acara pesta tersebut. Beberapa saat kemudian, acara dilanjutkan dengan pemberian hadiah yang dilaksanakan oleh para pegawai kerajaan. Hadiah diberikan kepada fakir miskin. Setelah semua fakir miskin mendapatkan bagiannya, kemudian baginda memanggil para tahanan satu per satu.

Giliran pertama jatuh kepada seorang tahanan yang bernama Sofyan. Maka, raja mengajukan pertanyaan, "Siapa namamu?" tanya raja. "Nama hamba Sofyan, paduka" jawab tahanan tersebut. "Sofyan, berapa lama hukuman yang telah divonis untukmu?" tanya baginda. "Hamba divonis selama 2 tahun penjara, paduka" jawab Sofyan. "Berapa lama kamu sudah melewati hukuman itu?" tanya raja lagi. "Hari ini terhitung satu tahun, baginda," jawab Sofyan. "Ketahuilah, sisa hukuman yang harus kamu jalani mendapatkan remisi sebanyak setengah dari masa yang belum kamu lewati di penjara. Jadi, kamu hanya menjalani hukuman selama 6 bulan saja di penjara" Ucap raja secara Tegas. Selanjutnya.. Tahanan kedua dipanggil menghadap ke depan. "Dengan panggilan apa, aku menyebutmu?" Tanya baginda raja. "Saya dilahirkan dengan nama Ali, paduka" Jawab tahanan kedua. "Berapa tahun hukuman yang telah dijatuhkan kepadamu, Ali?" tanya raja.

Dengan wajah sendu, haru dan sedih, Ali pun menjawab, "Ham.. mba, hamba divonis hukuman seumur hidup hamba, paduka" Jawab Ali penuh ratapan. Sontak saja, raja gelagapan dan bingung untuk memberi keputusan. Dalam kebingungan, raja segera teringat kepada Abu Nawas yang sangat cerdik. Maka, Abu Nawas pun dipanggil untuk maju ke depan. Tidak begitu lama, Abu Nawas yang ikut hadir di acara itu segera maju ke depan untuk menghampiri baginda. "Wahai, Abu Nawas. Aku sebagai raja kalian, harus bertindak adil terhadap keputusanku. Aku harus memberi keringanan hukuman kepada Ali. Namun, bagaimana aku tahu sisa umur Ali? Sekarang, beri aku nasehat terbaikmu. Bagaimana cara mengampuni Ali, terkait sisa masa tahanannya?" Tutur raja. Menghadapi permasalahan ini, Abu Nawas pun ikut bingung. Abu Nawas benar-benar kehilangan akal, kali ini. Ia tidak tahu, berapa sisa umur Ali! "Hamba minta tenggat waktu, untuk menyelesaikan masalah ini, tuanku" Ucap Abu Nawas pada akhirnya.

Raja langsung menyanggupi permintaan Abu Nawas. Raja memberi kesempatan bagi Abu Nawas untuk memikirkan masalah ini. Namun, waktu yang diberikan kepada Abu Nawas tidaklah lama, Cuma sehari semalam saja. Esok pagi, Abu Nawas harus mampu memecahkan masalah ini. Gong pun berbunyi sebagai pertanda bahwa pesta hari ini telah usai. Diumumkan kepada rakyat bahwa besok akan ada lagi pesta hari kedua. Maka, rakyat pun bubar untuk pulang ke rumah masing-masing.

Tiba di rumahnya, Abu Nawas berfikir sangat keras. Hingga larut malam, ia tidak bisa memejamkan mata. Hingga suatu saat.. Ahaa! Abu Nawas pun tersenyum, kemudian memejamkan matanya. Pagi telah tiba. Abu Nawas segera berangkat menuju Pendapa Istana setelah menyelesaikan sholat subuh. Rakyat telah berkumpul lagi di Pendapa istana. Abu Nawas pun maju ke depan untuk menghampiri raja dan tahanannya.

"Abu Nawas, Apakah sudah ditemukan caranya?" Tanya raja kepadanya. "Mudah aja, tuanku. Bebaskan Ali dari hukuman pada hari ini. Esok hari, penjarakan ia. Lusa dan seterusnya demikian juga. Penjarakan lagi, dan bebaskan lagi selama sehari. Hal ini berlaku sepanjang hayat Ali" Tutur Abu Nawas. "Luar biasa, benar sekali engkau. Abu Nawas, karena jasamu kali ini aku akan memberimua hadiah. Pengawal, bawa kemari sekantong keping emas. Berikan kepada Abu Nawas!". Perintah baginda diringi kegembiraan.

Setelah pesta bubar, Abu Nawas dan rakyat pulang ke rumah mereka. Abu Nawas pulang membawa sebagian hadiah yang ia terima, karena sebagian telah ia bagikan kepada yang berhak.



Abu Nawas Duduk di Singgasana Raja

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Duduk di Singgasana Raja, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Duduk di Singgasana Raja, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Kecerdikan Abu Nawas sudah diketahui oleh semua orang. Raja Harun Ar Rasyid pun mengakui kepandaian Abu Nawas dalam banyak hal. Raja sering meminta bantuan kepada Abu Nawas dalam menyelesaikan banyak masalah kenegaraan, hingga pribadi. Hingga pada akhirnya, sang raja berkeinginan mengajak Abu Nawas untuk tinggal bersamanya di istana. Abu Nawas diberi kebebasan untuk masuk istana, tanpa prosedur yang rumit. Dengan adanya Abu Nawas di istana, raja tidak bingung lagi ketika hendak meminta pendapat atau pun solusi darinya. Abu Nawas kini dijadikan sebagai penasehat raja.

Sekian lama tinggal di istana, timbul kebosanan di hati Abu Nawas. Ia tidak biasa dengan gaya hidup serba mewah. Berfoya-foya bukanlah kebiasaannya. Meski semua keinginannya disediakan, namun Abu Nawas tidak betah tinggal di istana. Ia ingin berada di luar istana. Abu Nawas rindu terhadap sawah ladangnya, hewan ternak, dan kampong halamannya.

Oleh karenanya, terbersit keinginan di hati sang Mullah untuk meninggalkan istana, dengan segala kemewahannya. Maka, sang Mullah memutar otaknya untuk menemukan cara keluar dari istana.

Hingga larut malam Abu Nawas akhirnya dapat memejamkan mata, mencari cara yang jitu. Mencari alasan yang tepat. Esok harinya, ia menuju ke ruang utama istana. Suasana ruangan masih sepi, hanya ada beberapa orang pengawal raja. Raja masih tidur di kasurnya. Abu nawas bergerak mendekati singgasana raja dan duduk di atas kursi raja. Tidak berhenti disitu. Bahkan, Abu Nawas mengangkat sebelah kakinya untuk ditaruh di atas kaki satunya. Abu Nawas berlagak seolah raja.

Melihat gelagak Abu Nawas yang dianggap tidak sopan ini, para pengawal segera menangkapnya. Tiada seorang pun yang boleh duduk di atas singgasana, kecuali baginda sendiri. Hal ini dianggap kejahatan besar, resiko hukuman mati bagi yang melanggarnya. Para pengawal menyeret Abu Nawas untuk turun dari singgasana tersebut, kemudian mereka memukulinya. Abu Nawas pun berteriak dan mengerang kesakitan, hingga membuat raja terbangun dan datang menghampirinya. "Hai pengawal, ada apa ini? Kenapa kalian memukuli Abu Nawas?" tanya raja. "Ampun, paduka. Abu Nawas telah berbuat lancang dengan duduk di atas singgasana tuanku, kami pun terpaksa memukulinya," jawab salah satu pengawal.

Sesaat kemudian, Abu Nawas mendadak menangis. Ia menangis histeris dan berteriak keras sekali sehingga seluruh penghuni istana mendengarnya. "Benarkah yang dituduhkan oleh pengawal kepadamu, hai Abu Nawas?" tanya Raja Harun. "Benar, tuanku," jawab Abu Nawas. Mendengar jawaban itu, raja terkejut. Menurut peraturan, siapa saja yang duduk di singgasana selain raja, akan diberi hukuman mati. Bagaimana pun, raja tidak tega terhadap Abu Nawas, mengingat jasa yang sangat banyak terhadap kerajaan. "Sudahlah, berhentilah menangis. Aku tidak bakalan menghukum engkau, Abu Nawas" ucap sang raja.

"Wahai, tuanku. Sebenarnya bukan kesakitan atau hukuman yang aku tangisi. Hamba menangis karena iba terhadap engkau, paduka" ucap Abu Nawas, hingga membuat raja tercengang. "Kenapa justru engkau merasa iba terhadapku?" tanya raja. Abu Nawas pun menjawab. "Wahai, tuanku. Hamba hanya duduk di singgasana sekali saja, namun mereka memukuliku dengan sangat keras. Tuanku telah mendudukinya selama 20 tahun. Pukulan sekeras apa, kelak akan paduka terima? Malang sekali nasib engkau, tuanku" jawab Abu Nawas.


Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu tercengang dan bengong. Namun, raja faham maksud kata-kata Abu Nawas. Raja tidak menghukum Abu Nawas dengan hukuman mati, cuma mengeluarkannya dari lingkungan istana. "Baiklah, sekarang engkau boleh keluar dari istana ini" Ucap raja. "Terima kasih, tuanku. Akhirnya engkau mengerti keinginanku" sahut Abu Nawas seraya menjabat tangan Raja Harun dan pamit untuk segera keluar dari istana.