Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah, Semut dan Cicak...

Showing posts with label PAUD. Show all posts
Showing posts with label PAUD. Show all posts

Membentuk Moral Anak Melalui Dongeng

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cara Membentuk Moral Anak Melalui Mendongeng Sebagai Cara Efektif Penyuluhan Dini, Cara dan Strategi Mendongeng, Dongeng Anak Indonesia
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cara Membentuk Moral Anak Melalui Mendongeng Sebagai Cara Efektif Penyuluhan Dini, Cara dan Strategi Mendongeng, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Era globalisasi sangat berdampak pada gaya hidup, cara berpikir, dan berperilaku manusia, khususnya anak-anak. Peran orang dewasa, baik orangtua, guru, dan semua individu sangat diperlukan dalam mempersiapkan anak-anak tumbuh menjadi pribadi baik dan berkembang utuh melalui komunikasi yang baik dan efektif . Salah satu media komunikasi yang efektif dalam membentuk moral anak adalah dengan mendongeng, sebagai bentuk penyuluhan dini seperti diucapkan oleh Bapak Sapto Waluyo Tenaga Ahli Menteri Sosial Bidang Tata Kelola Pemerintahan dan Hubungan Masyarakat pada kegiatan Pengembangan Kapasitas Tenaga Penyelenggara Penyuluhan Sosial.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Dongeng adalah Nasihat”, memiliki arti Dongeng sebagai cara memberikan nasihat kepada anak sehingga anak mau mendengarkan dan menurut apa yang dikatakan orangtua, guru, maupun teman. Mendongeng merupakan rangkaian tutur kata yang dijadikan sarana alat bantu komunikasi, dengan muatan nilai-nilai positif, dan pesan moral yang akan lekat terpatri dalam ingatan anak. Mendongeng termasuk aktivitas berkomunikasi yang mudah dan murah. Mendongeng pada anak bisa dilakukan kapan dan di mana saja, Dongeng membuat nyaman, tenang sekaligus senang untuk membantu anak dalam berimajinasi.

Dengan mendengarkan dongeng, anak tidak merasa dinasihati oleh orangtua maupun guru.Kegiatan mendongeng memiliki muatan atau esensi sebagai berikut: Mendongeng membuat anak lebih menghargai martabat bangsa, menghormati budaya dan tradisi sehingga dapat membentuk anak menjadi pribadi yang berwawasan nusantara.Mendongeng selain menjadi media penyuluhan dini dan media ajar, juga merupakan gelanggang pewarisan tradisi bercerita dan berkisah secara lisan di tengah arus globalisasi.

Terciptanya Keterampilan anak dalam berbahasa.Membentuk pola berfikir anak perihal gagasan-gagasan cerita, alur dan jalan cerita, konflik dan penyelesaian serta relevansinya. Mengasah kreativitas, daya pikir dan imajinasi anak melalui visualisasi cerita yang didengarkan sehingga anak dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng.Membangun motivasi dan keyakinan personal dalam berelasi antar sesama manusia serta relasi manusia dengan Sang Pencipta.Membantu perkembangan psikologis dan kecerdasan emosional anak.

Selain itu, mendongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan etika dan berbagai nilai seperti kejujuran, rendah hati, empati, kerja keras, serta kesetiakawanan sosial.Kegiatan mendongeng sebagai penyuluhan dini pada anak-anak sangatlah mudah dan menyenangkan. Namun sayangnya, tidak semua orang tua atau pendidik dapat melakukan kegiatan mendongeng. Hal ini dikarenakan pendidik merasa tidak bisa mendongeng. Ada beberapa teknik-teknik mendongeng yang efektif. Tidak perlu menjadi pendongeng yang profesional untuk dapat diterima oleh anak-anak, cukup mengetahui beberapa teknik mendongeng agar komunikasi dan kedekatan emosional dapat terbentuk. Antara lain:
  • Rangkaian kata dan efek suara kreatif, Lafal ucapan harus menarik, keras dan jelas. Intonasi suara mengikuti alur cerita, kapan harus bersuara keras atau lembut. Suara boleh dibuat berbeda-beda antar tokoh. Salah satu yang paling disukai anak-anak adalah menirukan suara.
  • Gerak tubuh dan mimik
    Gerak tangan, kaki atau anggota tubuh lain disesuikan dengan alur cerita. Ekspresi dan mimik wajah mempunyai peranan penting untuk dapat menampilkan dongeng yang menarik dan tidak membosankan. Ekspresi marah, bahagia, sedih atau bingung dapat ditunjukkan melalui mimik wajah. 
  • Pilih dongeng sesuai dengan usia Anak Pemilihan jenis cerita dongeng disesuaikan dengan usia anak agar mudah diterima dan dipahami anak. Jangan takut untuk berimprovisasi untuk membuat dongeng menjadi lebih menarik. Perlu diperhatikan dalam pengemasan dongeng dibuat secara singkat, padat dan tepat.
  • Gunakan alat peraga. Untuk dapat lebih membangun daya imajinasi anak, bisa menggunakan alat peraga, berupa boneka tangan, boneka, atau alat-alat lain yang ada dalam cerita dongeng. Perhatikan Konsentrasi anak Tingkat konsentrasi anak terbatas. Anak cenderung cepat bosan dengan cerita yang terlalu panjang dan alur cerita yang datar. 
  • Ciptakan partisipasi anak dan keaktifannya dengan memberi pertanyaan di sela-sela cerita, sehingga melatih anak untuk dapat menyimak informasi yang disampaikan dalam dongeng.Kegiatan mendongeng harus disesuaikan dengan kebutuhan psikologi perkembangan anak. Bila dongeng yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan usia mereka, maka dongeng yang disampaikan akan sia-sia, bahkan dikhawatirkan akan menimbulkan reaksi yang negatif dari anak, misalnya apatis atau bahkan mencemooh isi cerita. Oleh karena itu, berikanlah dongeng yang tidak hanya mengandung unsur edukatif saja, tetapi juga dongeng yang bersifat inspiratif serta menghibur.
Berikut ini strategi mendongeng yang disesuaikan dengan perkembangan anak
  • Di dalam kandungan. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa mendongeng pada anak merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Ketika sang ibu memberikan cerita pada si anak dan mengusap perut, janin akan memberikan reaksi berupa tendangan. Meskipun bayi belum bisa memahami betul apa yang diceritakan, tapi dengan perubahan ekspresi dan intonasi dapat memancingnya untuk mengeksplorasi lebih lanjut dongeng yang diceritakan. Jadi ketika janin berfungsi indera pendengarannya dalam kandungan, sejak itu janin sudah dapat merasakan kasih sayang orangtuanya lewat pemberian dongeng. Sehingga anak merasakannya meski belum memahami.
  • Bayi usia 6 bulan hingga anak usia 2 tahun. Ketika anak berusia enam bulan, meskipun anak belum sepenuhnya mengerti tentang dongeng, namun anak dapat belajar memahaminya dari ekspresi sang ibu. Pada usia satu tahun, anak sudah dapat mengerti dan menangkap isi dari dongeng itu. Hingga pada usia dua tahun anak mulai menghapal dan mampu mengulanginya lagi. Walaupun anak usia dua tahun belum bisa berfantasi karena kemampuan bahasa masih terbatas.
  • Anak usia 2 tahun - 4 tahun. Anak usia 2 tahun sampai 4 tahun sedang berada dalam fase pembentukan. Banyak sekali konsep baru yang harus dipelajarai pada masa-masa ini. Anak sangat suka mempelajari manusia dan kehidupan. Itulah sebabnya anak senang meniru tingkah laku orang dewasa. Ia biasanya mengungkapkan dengan bermain peran.Pada usia ini anak sudah pandai berfantasi, yang mencapai puncaknya pada usia empat tahun. Para ahli percaya bahwa usia 2 tahun sampai 4 tahun adalah masa penuh fantasi dan serba mungkin (magic) sehingga masa ini cukup ideal bagi orangtua untuk menceritakan dongeng-dongeng yang agak panjang. Pada usia ini anak juga mulai mengagumi dan suka membayangkan dirinya sebagai tokoh tertentu didalam dongeng yang diceritakan. Dongeng yang diceritakan akan berbicara langsung dengan alam bawah sadar anak. 
  • Anak usia 4 tahun - 7 tahun. Ketika anak berada pada usia 4 tahun sampai 7 tahun, orangtua dapat memperkenalkan dongeng-dongeng yang lebih kompleks. Anak mulai menyukai cerita-cerita tentang terjadinya suatu benda dan bagaimana cara kerja sesuatu. Pada tahap inilah orangtua mendorong minat anak. Interaksi yang penuh kasih sayang selama mendongeng akan terjalin indah dan membekas begitu dalam di sanubarinya. Anak berada pada usia sekolah ini juga lebih menyukai cerita tentang masa kecil orangtuanya atau neneknya. Biasanya anak sangat menikmati cerita tentang momen-momen yang tidak terlupakan. Semua itu akan mendorong anak untuk mendapatkan perbandingan dan pelajaran jika anak sendiri mengalami hal yang serupa. Dari sinilah orangtua dapat membagi pengalaman dengan anak, menanamkan budi pekerti dan nilai-nilai luhur serta melatih berpikir rasional dan praktis dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan. 
  • Anak usia 7 tahun - 12 tahun. Ketika anak berada pada usia 7 tahun sampai 12 tahun, lebih menyukai cerita-cerita tokoh heroik, penuh tantangan dan bahaya, cerita misterius, dan sifatnya lebih realistis. Pada usia ini, dapat diberikan dongeng tentang sejarah yang menampilkan jiwa patriotisme, sikap kepahlawanan yang di cerminkan oleh tokoh-tokoh heroik yang ada dalam cerita. Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan imajinasi. Anak yang cerdas adalah anak paling kuat daya imajinasinya. 
Melalui metode mendongeng diberikan berbagai stimulus yang dapat merangsang anak untuk bisa bermain dengan kekuatan imajinasinya. Kegiatan mendongeng juga mampu merekatkan hubungan emosional orangtua dengan anak. Anak bisa tumbuh menjadi pribadi menyenangkan dan kemampuan interaksi bertambah. Mereka mudah beradaptasi dan mendapat teman baru. Efek mendongeng sangat memengaruhi perilaku anak dalam bertindak. Anak yang tumbuh dari suasana kerekatan baik dengan orangtua akan menentukan pola asuh anak ketika menjadi orangtua. Pola asuh orangtua yang baik membuat anak menjadi orangtua mewariskan pola asuh baik kepada anaknya kelak. Mari kita budayakan dongeng sebagai penyuluhan dini pada anak-anak yang bisa menjembatani kedekatan emosional orang tua dengan anak.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Sekarang kita tahu tentang Cara Membentuk Moral Anak Melalui Mendongeng Sebagai Cara Efektif Penyuluhan Dini, Teknik Mendongeng juga Cara dan Strategi Mendongeng, semoga bermanfaat.

Cara Agar Anak Gemar Menbaca

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Tips Mudah dan Cara Agar Anak Gemar Menbaca, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Tips Mudah dan Cara Agar Anak Gemar Menbaca, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita. 


Banyak cara agar Anak-anak kita belajar gemar/suka membaca sejak usia dini. Tentu kita sebagai orang tua harus memiliki banyak trik agar putra-putri kita merasa senang dan tidak merasa terbebani dengan metode pembelajaran tersebut. Berikut ini macam-macam cara agar anak suka membaca sejak dini, yaitu :

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
  • Buat Perpustakaan Pribadi
Sediakanlah fasilitas perpustakaan pribadi di rumah anda, meskipun anda tahu kalau buah hati anda belum bisa baca. Buatlah dekorasi perpustakaan pribadi tersebut semenarik mungkin. Namun jangan satukan mainan dengan perpustakaan pribadi tersebut. Karena anak-anak biasanya lebih suka bermain daripada membaca. Hal ini bisa memacu kecintaan anak pada buku.
  • Bacakan Dongeng
Membacakan dongeng sangat besar manfaatnya bagi buah hati anda. Pilihlah buku-buku dongeng yang bermutu dan pantas buat dikonsumsi anak-anak. Pilihlah cerita yang menarik dan memiliki gambar dan warna yang “catching”, sehingga anak-anak pun akan penasaran dengan gambaran peristiwa yang termuat di dalam sebuah dongeng. Mendongenglah dengan gaya dan expresi yang menarik pula. Dengan begitu, anak-anak pun akan tertarik untuk membaca buku.
  • Buat Poster Bergambar
Ajarkan buah hati anda membuat sebuah poster bergambar. Gambar bisa menyesuaikan dengan tokoh favorit buah hati anda. Bila buah hati anda nge-fans dengan Spongebob. Mintalah buah hati anda untuk menggambar Spongebob, dan meminta anak mendeskripsikan gambar tersebut. Misalnya…. “Spongebob sedang berenang.” Dan tempelkanlah poster tersebut di kamar tidur sang anak, supaya setiap hari mereka bisa melihat dan membacanya.
  • Ajarkan Cara Menulis
Menulis dan membaca sangat erat hubungannya. Ajaklah buah hati anda untuk belajar menulis dari buku-buku yang menarik. Misalnya, mewarnai huruf dan gambar, dan masih banyak contoh-contoh buku belajar menulis dengan cara yang menarik, yang banyak tersedia di toko-toko buku.
  • Pasang Poster Huruf-huruf
Hal ini mungkin masih berhubungan dengan “Mengajarkan Cara Menulis.” Sebelum anak bisa membaca, mereka harus mengenal huruf-huruf. Supaya mereka bisa membaca, mereka harus mengenal macam-macam huruf. Dan supaya mereka bisa mengenal macam-maca huruf, anda bisa memasangkan poster-poster yang berisikan huruf-huruf dengan bentuk yang menarik.
  • Nyanyi Lagu “AKU BISA BACA”
Supaya buah hati anda suka dengan kegiatan membaca, anda bisa mengajarkan lagu AKU BISA BACA kepada buah hati anda. Selain bermanfaat untuk mengajarkan anak cara membaca, lagu ini juga bisa meningkatkan kecintaan anak pada kegiatan membaca.
  • Berikan Hadiah Sebuah Buku
Tanamkan di dalam hati anak bahwa buku adalah sesuatu benda yang sangat berharga dan besar nilainya. Agar anak bisa lebih mencintai dan menghargai sebuah buku, anda bisa menjadikan buku sebagai hadiah di hari-hari special. Misalnya, sebagai kado ulang tahun, hadiah karena anak mendapat nilai raport yang bagus, dan lain-lain. Dan jangan lupa membungkus kado tersebut dengan hiasan-hiasan yang menarik.
  • Ikutkan anak menjadi anggota perpustakaan
Hal ini sangat bermanfaat bagi buah hati anda, supaya buah hati anda bisa mengenal bermaca-macam buku dengan biaya yang lebih murah. Dengan mengenal berbagai macam buku, anda pun tahu buku macam apa yang digemari buah hati anda. Dan kalau kita mengenal buku seperti apa yang digemari buah hati kita, maka kita pun akan tahu buku apa yang bisa kita belikan buat buah hati kita.
  • Berikan Uang Jajan Buku
Pelitlah dalam memberi uang jajan kepada buah hati kita, bila hanya untuk jajan benda-benda yang tidak terlalu penting. Namun jangan pelit untuk memberikan uang jajan kepada buah hati kita bila bertujuan untuk membeli buku.
  • Buat Jadwa Membaca
Supaya buah hati kita memiliki sebuah kebiasaan dalam membaca buku, buatlah sebuah jadwal membaca buku buat buah hati anda. Misalnya, setiap jam 7 malam, buah hati kita harus membaca buku minimal 30 menit, atau dalam satu hari buah hati kita diminta untuk membaca minimal dua halaman buku.
  • Ajak Pergi ke Toko Buku
Luangkan waktu berbelanja anda untuk sekedar berkunjung ke toko buku, meskipun anda tidak akan membeli buku. Hal ini sangat berguna agar buah hati kita semakin mencintai toko buku, dan terbiasa mengunjungi toko buku.
  • Mengerti buku yang sesuai dengan usia mereka.
Jangan segan bertanya kepada petugas perpustakaan atau toko buku, untuk menanyakan buku apa yang cocok dengan usia buah hati anda. Hal ini sangat bermanfaat agar buku yang kita beli hanya menjadi alas duduk atau alas tidur buah hati kita. Tidak mungkin seorang anak balita kita belikan sebuah novel yang gambarnya jarang-jarang dan kurang menarik kan?
  • Ajarkan Anak Untuk Membaca Sambil Bersuara
Tips ini hanya untuk anak sudah bisa membaca. Bila buah hati kita sudah bisa membaca, mintalah dia untuk membaca buku dengan bersuara.Tips ini juga sangat bermanfaat agar buah hati kita bisa mengerti isi buku yang dia baca. Hal ini juga akan sangat bermanfaat agar kita tahu sejauh mana kemapuan membaca buah hati kita. Kalau ada kesalahan-kesalahan pada saat mereka membaca, kita pun bisa cepat mengajarkannya cara membaca yang benar.
  • Menjadi Teladan Membaca
Sebelum anda mengajarkan buah hati anda, tanyakanlah pada diri anda sendiri, ”Sudahkah saya gemar membaca buku?”
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Sekarang kita tahu bagaimana Tips/Trik dan cara mudah agar anak kita gemar membaca. Mulailah dari usia dini agar anak kita menjadi anak yang gemar membaca dan pintar.


Manfaat Dongeng Bagi Anak

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Manfaat Dongeng Bagi Pertubuhan dan Perkembangan Anak, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Manfaat Dongeng Bagi Pertubuhan dan Perkembangan Anak, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.

Penting untuk diketahui oleh setiap orang tua yang mencintai anaknya adalah betapa aktivitas membacakan dongeng kepada anak banyak sekali manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Diantaranya adalah memberikan teladan, motivasi positif kepada anak, mengajarkan anak untuk berkomunikasi, dan meningkatkan kecerdasan anak. Dengan membacakan dongeng sebelum tidur orang tua dapat memberikan contoh sikap-sikap perbuatan terpuji dan menghindari sikap atau perbuatan yang buruk dari cerita yang dibacakan.

Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Mendongeng adalah cara paling efektif untuk menanamkan gagasan atau pemikiran, nilai moral, budi pekerti serta konsep sebab akibat terutama pada anak. Pada saat orang tua membacakan atau menceritakan sebuah dongeng, biasanya sang anak berimajinasi sebagai tokoh dalam dongeng yang dituturkan atau diceritakan oleh orang tuanya tersebut. Nah, inilah kesempatan bagi orang tua untuk memberikan motivasi kepada sang anak tercinta melalui sebuah dongeng. Sedangkan untuk anak yang belum dapat berkomunikasi, orang tua dapat merangsang kemampuan berkomunikasi verbal sang anak dengan cara membacakan dongeng atau cerita yang mudah dimengerti oleh sang anak. Salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan anak ialah dengan mendongeng. Anak yang cerdas adalah anak yang mendapat stimulasi tepat sesuai dengan usianya, terutama pada usia keemasan atau golden age (usia 0-5 tahun). Usia keemasan anak ialah masa keemasan pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pada masa ini anak membutuhkan pendampingan dari sosok yang dapat terus memantau pertumbuhan dan perkembangannya. Serta membutuhkan orang tua yang mampu memberikan stimulasi optimal dengan penuh kasih sayang. Dan salah satu bentuk stimulasi untuk mencerdaskan anak ialah dengan cara mendongeng.

Banyak penelitian yang sudah dibuktikan bahwa aktivitas mendongeng pada anak memang banyak sekali manfaatnya. Jangankan sejak kecil atau bayi, bahkan pada saat sang anak masih dalam kandungan pun mendongeng sudah bisa dilakukan. Jadi kalau ada pertanyaam mulai kapan anak atau bayi bisa didongengi? Jawabannya adalah sejak indra pendengaran bayi mulai berfungsi di dalam kandungan.

Ibarat sebuah gelombang radio, dengan bercerita kepada anak berarti orang tua mengirim sinyal pada buah hatinya. Yang harus ditekankan di sini adalah bahwa dongeng bisa mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan ketahanan mental pada anak. Berikut ini diuraikan tentang manfaat yang bisa diperoleh dari aktivitas mendongeng untuk mengaktifkan simpul-simpul syaraf pada anak, diantaranya :
  • Mengaktifkan simpul-simpul syaraf : Banyak penelitian membuktikan, cerita-cerita yang didengar anak sejak bayi dapat mengaktifkan simpul-simpul syaraf di otaknya (myelin). Cara kerjanya sederhana. Seperti halnya senam otak, banyaknya informasi yang didapat anak dapat membuat otak si anak menjadi lebih aktif. Ini pun berimbas pada perkembangan Intelegen Quetion (IQ) pada sang anak.
  • Merangsang indra : Dongeng yang disampaikan dapat memberikan rangsangan pada indra sang bayi/anak, terutama indra pendengaran dan penglihatan. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa 5 tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan masa emas atau masa sedang giat-giatnya anak menyerap berbagai yang didengar dan dilihat. Jadi, walaupun belum dapat memberikan respon yang berarti, semua cerita yang diceritakan oleh orang tua akan ditangkap oleh indra pendengaran dan penglihatannya untuk kemudian direkam dalam memorinya. Kedua indra tersebut juga terlatih menangkap sedemikian banyak informasi.
  • Perkembangan lebih cepat : Banyaknya informasi yang didapat oleh bayi atay anak bisa mengoptimalkan pertumbuhannya. Berangkat dari sini, jangan heran apabil bayi yang lebih sering didongengi menjadi lebih cepat tengkurap, merangkan dan sebagainya. Itu semua akibat perkembangan otaknya lebih optimal karena banyaknya rangsangan yang diterimanya. Perkembangan kemampuan ini tidak berhenti sampai di usia bayi saja. Setelah anak tumbuh lebih besar pun banyak manfaat yang masih terasa apabila dongeng sering diperdengarkan pada bayi. Paling tidak, karena perkembangan otaknya optimal, stimulus apa pun yang diajarkan padanya akan ditangkap lebih cepat.
  • Lebih peka : Selain perkembangan kemampuan fisik dan intelektual, bayi-bayi yang sering mendengarkan orang tuannya bercerita diyakini akan tumbuh menjadi anak yang lebih peka. Seiring dengan pertambahan usianya, kepekaan ini akan mendukung sederet sikap positif lainnya, seperti rasa ingin tahu, percaya diri, sikap kritis, kamauan eksploratif, dan sebagainya. Dengan kata lain kecerdasan emosional, spiritual, dan ketahanan mentalnya kian terasah. Memang, tidak semua manfaat positif langsung terasa pada nakan sejak bayi karena ada sifat-sifat yang mungkin baru terlihat setelah si anak tumbuh besar.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot, Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita. Nah, sekarang kita sebgai orang tua sudah tahu betapa pentingnya Dongeng bagi anak-anak. Dari banyaknya Manfaat Dongeng Bagi Anak tersebut, mari kita mulai menyukai dongeng sebagai media mendidik anak kita.

SDIT Uswatun Hasanah Kota Banjar Jawa Barat

SDIT Uswatun Hasanah Kota Banjar adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu yang sudah terakreditasi dan banyak menorehkan banyak prestasi dari siswa siswinya.
SDIT Uswatun Hasanah Kota Banjar adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu yang sudah terakreditasi dan banyak menorehkan banyak prestasi dari siswa siswinya. Sebagai orang tua, kita tentu tidak akan ragu memasukan anak kita untuk belajar disana. Terlebih jika sudah mengetahui prestasi yang telah dihasilkan oleh SDIT ini. Baik prestasi Tingkat Daerah, Nasional maupun Internasional sudah pernah dihasilkan dari anak didik di Sekolah Dasar Islam Terpadu yang berlokasi tidak jauh dari Pusat Kota Banjar ini. Walaupun berlokasi dekat dengan pusat kota, namun suasana di SDIT ini sangat terlindung dari kebisingan. tepat berhimpitan dengan bekas Bioskop Kota banjar yang saat ini sedang dalam renovasi.

Alamat SDIT Uswatun Hasanah Kota Banjar Jawa Barat, Kota Banjar, Kecamatan Pataruman, Desa Hegarsari, Jln. Pegadean No. 91 memang sangat strategis dan representatif sebagi tempat pendidikan bagi putra putri anda yang ingin berp[restasi. Didukung oleh para pengajar yang sudah berpengalaman dan ramah, tentu akan memberikan suasana dan iklim belajar yang menyenangkan. Selain SDIT, disini juga ada Pendidikan setingkat TK yaitu TKIT Uswatun Hasanah Kota Banjar - Jawa Barat.

VISI dan Misi SDIT dan TKIT Uswatun Hasanah Kota Banjar
  • VISI : 
  1.  Membentuk dan meluluskan siswa-siswi yang Qurani dan berprestasi Akademik optimal
  • MISI
  1. Meningkatkan efektifitas pengelolaan sekolah Islam terpadu sehingga terwujud sekolah yang berkualitas dan suasana belajar yang menyenangkan.
  2. Melaksanakan pemberdayaan tenaga kependidikan.
  3. Melaksanakan pengembangan kurikulum sekolah Islam Terpadu.
  4. Menjalin kemitraan strategis membangun pendidikan Islam yang Professional.
  5. Membiasakan membaca Alquran.
  6. Membiasakan berperilaku akhlak mulia di sekolah dan rumah.
  7. Membiasakan berbahasa Arab dan Inggris sederhana.
  8. Melaksanakan pembelajaran berbasis ICT
Berikut ini kami sampaikan sebagian kecil catatan prestasi yang telah diraih oleh anak didik  SDIT Uswatun Hasanah Kota Banjar Jawa Barat.

CATATAN PRESTASI SDIT Uswatun Hasanah Kota Banjar :
  • PRESTASI SISWA TA 2009/2010
No. Jenis Prestasi Tingkat Tahun Peringkat
1  Hafalan Al Qur’an  Kec. Pataruman  2009  Juara I
2  Hafalan Al Qur’an  Kota Banjar  2009  Juara I
3  Fashion Show  Kota Banjar  2009  Juara III
4  Coret Bebas  Kota Banjar  2009  Juara II
5  Hafalan Al Qur’an  Kec. Pataruman  2010  Juara I
6  Hafalan Al Qur’an  Kota Banjar  2010  Juara I
7  Peragaan Sholat Berjamaah  Kec. Pataruman  2010  Juara III
8  Lomba Nasyid  Kec. Pataruman  2010  Harapan I
  • PRESTASI SISWA TA 2010/2011
No. Jenis Prestasi Tingkat Tahun Peringkat
1  Pengetahuan Sejarah Perjuangan Bangsa (Pi)  Kec. Pataruman  2010  Juara I
2  Masak Rimba (Pa)( LT II PRAMUKA )  Kec. Pataruman  2010  Juara I
3  Peta Pita(Pa)( LT II PRAMUKA )  Kec. Pataruman  2010  Juara I
4  Peta Lapangan (Pa)(LT II PRAMUKA)  Kec. Pataruman  2010  Juara III
5  Renang Tingkat SD  Kec. Pataruman  2010  Juara II
6  Tahfidz (Pa) Tingkat SD  Kec. Pataruman  2010  Juara I
7  Tahfidz (Pa) Tingk SD  Kec. Pataruman  2010  Juara III
8  Tahfidz (Pa) Tingk SD  Kec. Pataruman  2010  Juara I
9  Tahfidz (Pa) Tingk SD  Kota Banjar  2010  Juara I
10  Karate  Provinsi Jawa Tengah  2010  Juara III
11  Kaligrafi (Pi)  Kec. Pataruman  2010  Juara III
12  Pildacil (Pi)  Kec. Pataruman  2010  Harapan I
13  Melukis Dekoratif  Kota Banjar  2010  Harapan II
14  Renang  Priangan Timur  2010  Juara I
15  Hifdzil Qur’an  Kota Banjar  2010  Juara I
16  Membaca Sajak (Pa)  Kec. Pataruman  2010  Juara I
17  Renang (Pi)  Kec. Pataruman  2010  Juara II
18  Karate (Pi  Kec. Pataruman  2010  Juara I
19  Karate (Pi)  Kec. Pataruman  2010  Juara II
  • PRESTASI SISWA TA 2011/2012
No. Jenis Prestasi Tingkat Tahun Peringkat
1  Olimpiade Matematika  Kec. Pataruman  2011  Juara I
2  Olimpiade Matematika  Kota Banjar  2011  Juara II
3  Renang Gaya Dada 50m  Priangan Timur  2011  Medali Emas
4  Renang Gaya Dada 100m  Priangan Timur  2011  Medali Emas
5  Renang Gaya Bebas 50m  Priangan Timur  2011  Medali Emas
6  Renang Gaya Bebas 100m  Priangan Timur  2011  Medali Emas
7  Renang Gaya Punggung 50m  Priangan Timur  2011  Medali Emas
8  Karate Club BKC  Provinsi Jawa Barat  2011  Juara III
9  Musabaqoh Tilawah Qur’an  Kec. Pataruman  2012  Juara I
10  Hifdzil Qur’an (Pa)  Kec. Pataruman  2012  Juara II
11  Hifdzil Qur’an (Pi)  Kec. Pataruman  2012  Juara II
12  Gerakan dan Bacaan Sholat  Kec. Pataruman  2012  Juara III
13  Lomba Cerdas Cermat SMPN I  Kota Banjar  2012  Harapan I
14  Lomba Cerdas Cermat Daarul Huda  Kota Banjar  2012  Juara III
15  Pidato Bhs. Sunda Daarul Huda Competition  Kota Banjar  2012  Juara III
16  Hifdzil Qur’an (Pa)  Kota Banjar  2012  Juara III
18  Hifdzil Qur’an (Pi)  Kota Banjar  2012  Juara III
19  Calistung Tk Kls 2  Kec. Pataruman  2012  Juara III
20  Calistung Tk Kls 2  Kota Banjar  2012  Juara I
21  Maca Sajak (Pi)  Kec. Pataruman  2010  Juara I
22  Maca Sajak (Pa)  Kec. Pataruman  2012  Juara II
23  Tenis Lapangan  Kec. Pataruman  2012  Juara I
24  Tenis Lapangan  Kota Banjar  2012  Juara I
25  Renang OOSN (Pi)  Kec. Pataruman  2012  Juara I
26  Renang OOSN (Pa)  Kec. Pataruman  2012  Juara II
27  Renang OOSN (Pi)  Kota Banjar  2012  Juara II

Dan Masih banyak lagi prestasi dalam rentang Tahun Ajaran 2012/2013 dan TA 2013/2014 yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu disini. Untuk Tahun Ajaran 2014 kemarin, SDIT Uswatun Hasanah Kota Banjar Jawa Barat juga menorehkan kembali prestasinya. Diantaranya sebagai berikut :
  • PRESTASI SISWA TA 2014/2015
No. Jenis Prestasi Tingkat Tahun Peringkat
1  Saintika  Kota Banjar  2014  Juara III
2  Story Telling  Kota Banjar  2014  Harapan III
3  Renang (Pi)  Priangan Timur  2009  Juara III
4  Coret Bebas  Priangan Timur  2009  Juara I
SDIT Uswatun Hasanah Kota Banjar Jawa Barat, Kota Banjar, Kecamatan Pataruman, Desa Hegarsari, Jln. Pegadean No. 91. Membuka Penerimaan Siswa Baru (PSB)TA 2015/2016 dengan ketentuan sebagai berikut : WAKTU PENDAFTARAN Gelombang 1 : Januari- Maret, Gelombang 2 : April- Juni, Gelombang 3 : Juli- September.

TEMPAT PENDAFTARAAN : SDIT USWATUN HASANAH : Dusun Gudang RT.02 RW. 02 No. 91 Kelurahan Hegarsari-Kecamatan Pataruman-Kota Banjar


Awal Pembentukan Mental dan Karakter

Cerita Dongeng Indonesia - Awal Pembentukan Mental dan Karakter. Portal Edukasi dongeng anak Indonesia, cerita dongeng, cerita rakyat Indonesia, Dongeng Nusantara, cerita binatang, Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul, Cerita rakyat nusantara, kumpulan kisah dongeng anak indonesia, kumpulan cerita anak Indonesia, kumpulan cerita lucu, daftar cerita dongeng, fabel, hikayat, tips belajar, edukasi anak usia dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia - Awal Pembentukan Mental dan Karakter. Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting, karena saat itu dimulainya pembentukan mental dan karakter semasa kecil atau pada usia 0-5 tahun sebelum masuk sekolah pada tingkat pertama di sekolah dasar (SD). Ini yang disebut masa masa emas pada si anak.

Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengem­bangkan semua aspek perkem­bangan anak, meliputi perkem­bangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkem­bangan yang dialami anak pada usia dini dengan keberhasilan mereka dalam kehidupan selan­jutnya. Misalnya, anak-anak yang hidup dalam lingkungan (baik di rumah maupun di KB atau TK) yang kaya interaksi dengan meng­gunakan bahasa yang baik dan benar akan terbiasa mendengarkan dan mengucapkan kata-kata de­ngan benar, sehingga ketika mereka masuk sekolah, mereka sudah mempunyai modal untuk membaca. Melalui pendidikan pra seko­lah, selain mental, seoarang anak dipersiapkan secara matang untuk bersaing, mempunyai ketrampilan tersendiri, menjadi seorang pe­mim­pin yang handal, dan berani tampil ditengah-tengah masya­rakat.

Latar belakang pelasaksanaan pengembangan pendidikan pra sekolah terdiri dari empat hal, yaitu setiap anak mempunyai hak untuk hidup dan berkembang, pemberian imunisasi, ASI, Gizi, Kesehatan, dan Monitoring per­tum­buhan.

Hak tumbuh kembang, potensi masa anak, masa pertumbuhan, usia emas golden age: 0-5 tahun simulasi potensi anak. Hak Perlindungan, melindungi anak dari tindak kekerasan secara fisik, non fisik, diskriminasi dan eks­ploitasi, dan jaminan akte kela­hiran. Hak partisipasi, menjamin peran serta dan menghargai pendapat anak sesuai usia dan tingkat psikologisnya.

Wahana pena emas ini dila­kukan bagi anak usia 0-5 tahun dan 5 -10 tahun. Di dalam prog­ram pena emas ini ada berbagai program yang dilakukan. Jadi bukan hanya pendidikan saja, karena lima tahun pertama kehi­dupan anak merupakan periode yang paling penting. Periode yang disebut “usia emas anak” atau “the golden age”. Inilah tahun formatif untuk pembentukan untuk menen­tukan proses pembentukan per­tum­buhan fisik dan perkembangan potensi anak, yaitu perkembangan motorik (pembentukan keteram­pilan anak), mental dan panca indera, afeksi dan pengembangan daya pikir anak.

Selain itu lanjut dia anak mendapat jaminan yang memadai akan gizi/nutrisi, kesehatan untuk pertumbuhan dan pembentukan fisik, jika organ tubuh ini tidak dilakukan dengan baik maka anak mengalami “cacat permanen” atau cacat pengembangan potensinya.

Bukan hanya segi pendidikan dari anak saja yang diperhatikan tetapi segi kesehatan dan ekonomi kerakyatan dari masyarakat itu juga diperhatikan bersamaan dengan program pena emas ini. Masyarakat yang menerima prog­ram pena emas ini.

Program yang dibentuk berupa materi-materi yang dibagi dalam dua kelas yaitu kelas A dan B. “Untuk Materi kelas A : usia 3-4 tahun, materinya adalah melatih keselarasan motorik, penguatan percaya diri, pengembangan afeksi dan komunikasi aktif. Materi kelas B: Usia 4-5 tahun, materi yang diberikan adalah melatih ketram­pilan berpikir, antara lain, menjo­dohkan, mengkasifikasikasifikasi, memahami hubungan, memahami pola, memecahkan pola, pengem­bangan bahasa lisa, persiapan membaca dan menulis, persiapan menghitung dan menjumlahkan. selain itu dalam KSA ini ada penambahan satu program yang dilakukan pada usia 5-10 tahun, denga materi yang diberikan yaitu : pengembangan keterampilan anak, penguatan daya pikir dan pemecahan masalah.

Pendidikan pra sekolah atau yang bisanya di sebut pendidikan anak usia dini (PAUD), sangat penting walaupun bersifat di luar sekolah, karena secara tidak langsung sudah membentuk moral anak, daya pikir anak (kognitif), dan ketrampilan anak (psiko­motor), ini mempunyai dampak yang baik bagi anak tersebut.

Ketika anak tersebut dibentuk secara bertahap dari pendidikan prasekolah selain TK mau pun Play Group atau kelompok ber­ma­in ini maka secara berurutan dan kedepan nanti anak tersebut akan mempunyai kreatifitas, ketrampilan dan kemampuan yang baik ketika berada pada pen­didikan formal SD sampai pada perguruan tinggi. Hal ini sangat menolong anak-anak untuk ber­tumbuh dan berkembang dengan baik, dan menolong masyarakat yang kurang mampu serta masya­rakat dan anak-anak yang orang tuanya jarang berada di rumah karena pekerjaan mereka yang banyak.

Namun yang perlu diper­hatikan oleh para pengasuh anak, yang melayani dan mendidik anak tersebut harus memiliki kesabaran, kelemah lembutan, dan kemauan untuk membentuk anak tersebut, kalau tidak maka mental anak tersebut akan terganggu

Permainan Anak Usia Dini

Cerita Dongeng Indonesia - Permainan Anak Usia Dini.

RAGAM PERMAINAN
BERMAIN DI DALAM RUANG

Mencari teman
Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam bermain “mencari teman” antara lain:§ Fisik Motorik Dalam kegiatan bermain ini mengajak anak untuk banyak bergerak dan berlari.§ Sosial Dalam permainan ini dapat meningkatkan interaksi antar teman saat anak mencari pasangannya.§ Bahasa Dalam berinteraksi maka akan meningkatkan komunikasi yang terjadi pada anak sehingga kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat terlatih.

Tepuk bersama
Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam bermain ”tepuk bersama” antara lain :§ Fisik MotorikDalam permainan ini dapat meningkatkan koordinasi tangan anak.§ SosialBermain ini juga dapat melatih anak untuk melakukan kekompakan serta kerjasama.

Bermain Peran

Aspek-aspek yang dikembangkan dalam permainan ini: Sosial Emosional - Bahasa - Kognitif
  • Menyusun Balok
  • Kognitif - Motorik halus - Seni
  • Bermain dengan Platisin
  • Kognitif - Motorik halus - Seni
BERMAIN DI LUAR RUANG
  • Menjala ikan
  • Elang dan Anak Ayam
  • Kucing dan Tikus
  • Hijau Hitam
BERMAIN DENGAN ALAT
  • Mana sepatuku
  • Kartu Angka
  • Lompat Tali
  • Bermain Kelereng
  • Puzzle
BERMAIN TANPA ALAT
  • Menjala Ikan
Cara Bermain : 2-3 anak di suruh bergandengan tangan dan berperan sebagai jala ikan. Sedangkan anak-anak lainnya berperan sebagai ikan. Mereka yang berperan sebagai ikan bebas berlarian di lapangan ataupun dalam ruangan. Bila ada tanda (peluit atau hitungan atau tepukan tangan) dari guru anak-anak yang berperan sebagai jala harus berusaha menangkap ikan (anak-anak yang berlarian dalam ruangan/lapangan) sebanyak-banyaknya dengan cara mengurungnya dalam lingkaran tangan. Usahakan jala jangan tercerai berai. Sedangkan anak yang berperan sebagai ikan berusaha lari menghindar jangan sampai tertangkap. Anak-anak yang telah tertangkap ikut bergabung sebagai jala, sehingga semakin lama jala semakin lebar. Sedangkan ikan yang harus ditangkap semakin sedikit. Permainan berakhir jika sudah tidak ada ikan yang perlu di tangkap lagi.
Permainan ini dapat dimodifikasi dengan memasang beberapa kelompok anak (2-3 pasang) sebagai jala. Lalu kelompok jala ini saling bersaing untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya.
  • Hijau Hitam
Cara Bermain : Siapkan lapangan segiempat. garis batas bisa dibuat dengan kapur atau tali. Bagi lapangan menjadi dua. Lalu pada masing-masing bagian siapkan garis bebas dekat sisi terluar lapangan.
Pelaksanaan permainan: bagi anak menjadi dua regu. Regu hitam dan regu hijau. Bariskan kedua regu di tengah lapangan. Masing-masing anak berhadapan satu sama lain. Tugas setiap regu adalah memperhatikan/mendengarkan nama baris yang disebutkan guru. Bila guru menyebut, Hiii…jau, berarti Hijau harus segera berlari meninggalkan tempatnya menuju garis bebas. Sedangkan baris hitam berusaha menangkap pasangan dari baris hijau sebelum melewati garis bebas. Dan begitu pula sebaliknya untuk baris hitam. Pemenangnya adalah regu yang anggotanya paling sedikit tertangkap.
  • Kata Polisi
  • Elang dan Anak Ayam
Cara Bermain : : bagi anak menjadi beberapa kelompok. Paling banyak anggotanya berjumlah sepuluh tiap kelompok. Dalam satu kelompok pilih satu untuk berperan sebagai elang, sedangkan yang lin berperan sebagai ayam. Bariskan anak-anak yang berperan sebagai ayam. Tiap anak berpegangan pada pundak teman didepannya. Anak yang paling depan berperan sebagai induk ayam dan bertugas melindungi anak ayam dari kejaran burung elang dengan cara merentangkan kedua tangan. Burung elang bebas menangkap anak ayam yang paling belakang. Anak ayam yang tertangkap harus keluar dari barisan. Usahakan barisan anak ayam jangan sampai terputus. Permainan berakhir jika sudah tidak ada anak ayam yang tersisa. Setelah itu bisa diganti dengan kelompok berikutnya.

Fungsi, Tujuan, dan Jenis PAUD

Cerita Dongeng Indonesia - Fungsi, Tujuan, dan Jenis PAUD. Portal Edukasi dongeng anak Indonesia, cerita dongeng, cerita rakyat Indonesia, Dongeng Nusantara, cerita binatang, Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul, Cerita rakyat nusantara, kumpulan kisah dongeng anak indonesia, kumpulan cerita anak Indonesia, kumpulan cerita lucu, daftar cerita dongeng, fabel, hikayat, tips belajar, edukasi anak usia dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia - Fungsi, Tujuan, dan Jenis PAUD. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Fungsi dan Tujuan PAUD
Berdasarkan PP 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidiukan, fungsi dan tujuan PAUD diatur dalam Pasal 61. Berikut bunyi lengkapnya:
  1. Pendidikan anak usia dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
  2. Pendidikan anak usia dini bertujuan:
  • membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan 
  • mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan social peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.
Bentuk dan Jenis Satuan Pendidikan PAUD
PAUD Jalur Formal (Pasal 62)
  1. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat.
  2. TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki program pembelajaran 1 (satu) tahun atau 2 (dua) tahun.
  3. TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan menyatu dengan SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat.
PAUD Jalur Nonformal (Pasal 107)
  1. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis.
  2. Kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis menyelenggarakan pendidikan dalam konteks:
  • bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran agama dan ahlak mulia;
  • bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran sosial dan kepribadian;
  • bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran estetika;
  • bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan; dan
  • bermain sambil belajar dalam rangka merangsang minat kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Peserta didik kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yang sejenis dapat dievaluasi perkembangannya tanpa melalui proses yang bersifat menguji kompetensi.

Penerimaan Peserta Didik Pasal 63
Peserta didik TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun. Informasi sekilas di atas adalah merupakan sebagain isi dari PP 17 tahun 2010.

PAUD Formal Dan Nonformal

Cerita Dongeng Indonesia - PAUD Formal Dan Nonformal. Portal Edukasi dongeng anak Indonesia, cerita dongeng, cerita rakyat Indonesia, Dongeng Nusantara, cerita binatang, Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul, Cerita rakyat nusantara, kumpulan kisah dongeng anak indonesia, kumpulan cerita anak Indonesia, kumpulan cerita lucu, daftar cerita dongeng, fabel, hikayat, tips belajar, edukasi anak usia dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia - PAUD Formal Dan Nonformal. Anak merupakan dambaan setiap orang tua. Tentu sebagai orang tua, pendidikan menjadi hal yang cukup penting bagi keberlangsungan anak-anaknya. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) melalui Undang Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengamanatkan dilaksanakannya pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia sejak anak dilahirkan.

Pendidikan anak pada usia dini disadari betul memegang peranan sangat penting. Oleh karena itu, Kemdiknas sejak tahun 2010 menetapkan kebijakan pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui pendekatan "Holistik Integratif".

Pendekatan itu tidak hanya menekankan pada aspek pendidikan semata, tetapi mencakup juga aspek pelayanan gizi, pelayanan kesehatan, pengasuhan, dan perlindungan anak. Untuk melaksanakan kebijakan ini pemerintah terus mendorong dan memperluas kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengembangkan layanan pendidikan anak usia dini melalui pendirian berbagai jenis satuan pendidikan anak usia dini. PAUD diselenggarakan dalam dua jalur pendidikan, yaitu formal dan nonformal.

Jenis-jenis Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) formal di antaranya:
1. Taman Kanak-kanak (TK)
2. Raudhatul Athfal

Jenis-jenis Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) nonformal, di antaranya:
1. Taman Penitipan Anak (TPA)
2. Kelompok Bermain (KB)

Selain dua jenis jalur pendidikan tersebut, saat ini PAUD juga diselenggarakan dalam keluarga dan lingkungan. Jalur pendidikan ini dinamakan PAUD nonformal.

Standar Perkembangan Dasar PAUD

Cerita Dongeng Indonesia - Standar Perkembangan Dasar PAUD.

A. RASIONAL
Pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi: Pemersatu bangsa, Penyamaan kesempatan, dan Pengembangan potensi diri. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga Negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga Negara untuk mengembangkan, potensi yang dimilikinya secara optimal.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi system pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan pendidikan nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat , dan berdaya saing dalam kehidupan global.

Cerita Dongeng Indonesia - Standar Perkembangan Dasar PAUD. Portal Edukasi dongeng anak Indonesia, cerita dongeng, cerita rakyat Indonesia, Dongeng Nusantara, cerita binatang, Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul, Cerita rakyat nusantara, kumpulan kisah dongeng anak indonesia, kumpulan cerita anak Indonesia, kumpulan cerita lucu, daftar cerita dongeng, fabel, hikayat, tips belajar, edukasi anak usia dini, PAUD, dan Balita.Visi pendidikan nasional adalah mewujudkan system pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Misi pendidikan nasional adalah: (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; (2) meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional dan internasional; (3) meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global; (4) membantu dan menfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; (5) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas kepribadian yang bermoral; (6) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global; dan (7) mendorong peran serta masyarakat prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indinesia.

Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Perlu disadari bahwa masa-masa awal kehidupan anak merupakan masa terpenting dalam rentang kehidupan seseorang anak. Pada masa ini pertumbuhan otak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat (eksplosif).

Mengingat pentingnya masa ini, maka peran stimulasi berupa penyediaan lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik, baik orang tua, guru, pengasuh ataupun orang dewasa lain yang ada disekitar anak, sehingga anak memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh potensinya. Potensi yang dimaksud meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni. Pendidikan anak usia dini diberikan pada awal kehidupan anak untuk dapat berkembang secara optimal.

Upaya pengembangan harus dilakukan melalui kegiatan bermain agar tidak membuat anak kehilangan masa bermainnya. Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak, bermain juga membantu anak mengenal dirinya, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat di mana ia hidup. Melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk berkreasi, bereksplorasi, menemukan, dan mengekspresikan perasaannya. Atas dasar hal tersebut di atas, maka perlu dirumuskan standar kompetensi / standar perkembangan bagi anak usia dini yang dikembangkan berdasarkan karakteristik perkembangan anak agar dapat digunakan oleh para pendidik anak usia dini dalam mengembangkan seluruh potensi anak.

B. TUJUAN DAN FUNGSI
1. Tujuan
Adanya standar kompetensi perkembangan anak diharapkan dapat membantu mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak anak usia dini, meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni, sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2. Fungsi
  • Mengetahui perkembangan sikap dan perilaku yang baik sesuai kaidah agama dan norma yang dianut.
  • Mengetahui kemampuan sosialisasi dan kemampuan mengendalikan emosi.
  • Mengetahui perkembangan kemampuan menolong diri sendiri.
  • Mengetahui kemampuan perkembangan bahasa.
  • Mengetahui kemampuan daya pikir dan kemampuan untuk memecahkan masalah.
  • Mengetahui pertumbuhan fisik dan perkembangan keterampilan motorik dan panca indera.
C. RUANG LINGKUP
Standar kompetensi pendidikan anak usia dini merupakan seperangkat kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai oleh anak sesuai dengan tahapan usianya. Standar ini dikembangkan berdasarkan aspek perkembangan anak, yang meliputi:
  • Perkembangan moral dan nilai-nilai agama
  • Perkembangan sosial, emosional dan kemandirian
  • Perkembangan bahasa
  • Perkembangan kognitif
  • Perkembangan fisik/motorik
  • Perkembangan seni
Standar perkembangan ini disusun sesuai dengan tahapan usia anak, yaitu:
  • Standar perkembangan anak usia lahir - 1 tahun
  • Standar perkembangan anak usia 1 – 2 tahun
  • Standar perkembangan anak usia 2 – 3 tahun
  • Standar perkembangan anak usia 3 – 4 tahun
  • Standar perkembangan anak usia 4 – 5 tahun
  • Standar perkembangan anak usia 5 – 6 tahun
D. PRINSIP-PRINSIP
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan/ pembelajaran pada pendidikan anak usia dini meliputi:

1. Berorientasi pada Perkembangan Anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.

2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.

3. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran pada anak usia dini. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.

4. Stimulasi Terpadu
Perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan berkesinambung-an antara aspek kesehatan, gizi dan pendidikan. Hal ini berarti kemajuan perkembangan satu aspek akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat.

5. Lingkungan Kondusif
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak merasa aman, nyaman dan menyenangkan dalam lingkungan bermain baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya.
Lingkungan bermain hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan tempat bermain ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.

6. Menggunakan Pendekatan Tematik
Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya. Tema dipilih dan dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat.

7. Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.

8. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.

9. Mengembangkan Kecakapan Hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.

10. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi belajar.

E. PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD
Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan standar perkembangan dan perkembangan dasar (SPPD) anak usia dini yang dikategorikan dalam kelompok umur sebagai acuan normatif.

2. Prinsip –prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan beberapa prinsip berikut ini:
• Relevansi
Kurikulum anak usia dini harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan anak secara individu
• Adaptasi
Kurikulum anak usia dini harus memperhatikan dan mengadaptasi perubahan psikologis, IPTEK, dan Seni.
• Kontinuitas
Kurikulum anak usia dini harus disusun secara berkelanjutan antara satu tahapan perkembangan ke tahapan perkembangan berikutnya dalam rangka mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya
• Fleksibilitas
Kurikulum anak usia dini harus dipahami, dipergunakan dan dikembangakan secara fleksibel sesuai dengan keunikan dan kebutuhan anak serta kondisi lembaga penyelenggara
• Kepraktisan dan Akseptabilitas
Kurikulum anak usia dini harus memberikan kemudahan bagi praktisi dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak usia dini.
• Kelayakan (feasibility)
Kurikulum anak usia dini harus menunjukkan kelayakan dan keberpihakan pada anak usia dini.
• Akuntabilitas
Kurikulum anak usia dini harus dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat sebagai pengguna Jasa pendidikan anak usia dini

3. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum anak usia dini juga harus memperhatikan berbagai pendekatan berikut ini:

Pendekatan Holistik dan Terpadu
Pengembangan kurikulum dan isi program didalamnya hendaknya dapat mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan, potensi kecerdasan jamak serta berbagai aspek kebutuhan anak usia dini lainnya seperti kesehatan dan gizi secara holistik dan terpadu. Sebagai konsekuensinya, identifikasi dan pemetaan kompetensi harus disusun dan diorganisasikan sesuai dengan perkembangan dan analisis kebutuhan anak usia dini.

Pendekatan Ragam budaya (Multiculture approach)
Pengembangan kurikulum anak usia dini harus memperhatikan lingkungan sosial dan budaya yang ada di sekitar anak, maupun yang mungkin dialami anak pada perkembangan berikutnya.
Pendekatan multibudaya akan memberikan konsekuensi pentingnya cakupan isi program yang dihadapi untuk mengakomodasi pemahaman anak pada kebiasaan, budaya dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan budaya-budaya lain yang terdapat di Indonesia maupun budaya global.

Pendekatan Konstruktivisme (Constructivism Approach)
Kurikulum anak usia dini hendaknya mengacu pada pendekatan konstruktivisme yang beranggapan bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya. Untuk itu isi program dalam kurikulum harus dapat memberikan peluang bagi anak untuk belajar sesuai dengan minat, motivasi dan kebutuhannya. Hal ini akan berdampak pada proses pembelajaran yang berpusat pada anak, yang diwarnai dengan adanya kebebasan untuk bereksplorasi dalam rangka mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya.

Pendekatan kurikulum bermain kreatif (Play based curriculum approach)
Filosofi dan teori kurikulum bermain kreatif didasarkan pada 4 (empat) hal, yaitu: (1) bagaimana anak membangun kemampuan sosial dan emosional, (2) bagaimana anak belajar untuk berpikir, (3) bagaimana anak mengembangkan kemampuan fisik serta (4) bagaimana anak berkembang melalui budayanya

4. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
Pengembangan kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini memiliki karakteristik sebagai berikut:
  • Kurikulum PAUD merupakan program pembelajaran PAUD yang mengacu pada Standar Perkembangan dan Perkembangan Dasar yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
  • Kurikulum PAUD dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan kebutuhan dan kepentingan terbaik anak serta memperhatikan kecerdasan.
  • Kurikulum PAUD dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan karakteristik ruang lingkup dan jenis PAUD.
  • Kurikulum PAUD dilaksanakan berdasarkan prinsip bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain dengan memperhatikan perbedaan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing anak, sosial budaya, serta kondisi dan kebutuhan masyarakat.
  • Standar Perkembangan disusun dan dilaksanakan dengan mengintegrasikan kebutuhan anak terhadap kesehatan , gizi, dan stimulasi psikososial, termasuk kesejahteraannya.
F. RAMBU-RAMBU
  1. Standar kompetensi / perkembangan ini merupakan acuan bagi pendidik dalam menyusun program kegiatan atau perencanaan pembelajaran untuk mencapai optimalisasi perkembangan anak.
  2. Standar kompetensi /perkembangan ini dirancang untuk melayani anak sesuai dengan tahapan usianya.
  3. Standar perkembangan ini dirancang sebagai acuan assessment perkembangan anak.
  4. Standar kompetensi /perkembangan ini dirancang untuk akuntabilitas pada masyarakat dan orangtua khususnya.
  5. Standar kompetensi /perkembangan ini merupakan standar perkembangan minimal. Pendidik dapat memberikan pengayaan apabila anak telah menguasai kemampuan pada tahap perkembangannya.
  6. Penggunaan standar kompetensi / perkembangan ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan lingkungan sosial dan budaya anak.
G. STANDAR PERKEMBANGAN AKHIR USIA
1. Peristilahan
Peristilahan Standar Perkembangan Akhir Usia (SKAU) dapat disamakan dengan istilah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada satuan pendidikan SD sampai SMA. Standar Perkembangan Akhir Usia digunakan sebagai pedoman penilaian dan asesmen perkembangan anak.
2. Perkembangan Akhir Usia

USIA/UMUR
ASPEK Akhir usia
1 tahun Akhir usia
2 tahun Akhir usia
3 tahun Akhir usia
4 tahun Akhir usia
5 tahun Akhir usia
6 tahun

NILAI DAN NILAI-NILAI AGAMA
Anak mampu memperhatikan perilaku keagamaan yang diterima melalui inderanya ,Anak mulaimeniru perilaku keagamaan secara sederhana danmulai mengekspre-sikan rasa sayang dan cinta kasih,Anak mampu meniru secara terbatas perilaku keagamaan yang dilihat dan didengarnya

Mulai meniru perilaku baik atau sopan,Anak mampu meniru dan mengucapkan bacaan doa/lagu-lagu keagamaan dan gerakan beribadah secara sederhana, mulai berperilaku baik atau sopan bila diingatkan ,Anak mampu meng- ucapkan bacaan doa/ lagu-lagu keagamaan, meniru gerakan ber- ibadah, mengikuti aturan serta mampu belajar berpetilaku baik dan sopan bila diingatkan ,Anak mampu melakukan perilaku keagamaan secara berurutan dan mulai belajar membedakan perilaku baik dan buruk

SOSIAL EMOSIONAL
Anak mampu membangun interaksi dengan merespon kehadiran orang lain,Anak mampu berinteraksi dengan lingkungan terdekatnya (keluarga), dan menunjukkan keinginannya dengan kuat,Anak mampu berinteraksi dan mengenal dirinya, dan menunjukkan keinginannya dengan kuat Anak mampu berinteraksi, dapat menunjukkan reaksi emosi yang wajar, serta mulai menunjukkan rasa percaya diri Anak mampu berinteraksi, mulai dapat mengendalikan emosinya, mulai menunjukkan rasa percaya diri, serta mulai dapat menjaga diri sendiri Anak mampu ber- interaksi, dan mulai mematuhi aturan, dapat mengendalikan emosinya, menunjukkan rasa percaya diri, dan dapat menjaga diri sendiri.

KOGNITIF
Anak mampu menyadari keberadaan benda yang tidak dilihatnya,Anak bereksplorasi melalui indera dan motoriknya terhadap benda yang ada di sekitarnya Anak mampu mengenal benda dan memanipulasi objek/benda ,Anak mampu mengenal konsep sederhana dan dapat mengklasifikasi ,Anak mampu mengenal dan memahami berbagai konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari,Anak mampu memahami konsep sederhana dan dapat memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

BAHASA
Anak mampu merespon suara,Anak mampu mengerti isyarat dan perkataan orang lain serta mengucapkan keinginannya secara sederhana,Anak dapat men- dengangarkan, dan ber- komunikasi secara lisan dengan kalimat sederhana,Anak dapat mendengarkan, berkomunikasi secara lisan serta memiliki penbenda- haraan kosa kata yang semakin banyak Anak dapat berkomunikasi secara lisan, memiliki perbenda- haraan kata-kata dan mengenal simbol-simbol ,Anak dapat berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk per- siapan membaca, menulis dan berhitung

FISIK
Anak mampu menggerakkan tangan, lengan, kaki, kepaladan badan,Anak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dalam rangka latihan kekuatan otot tangan, otot punggung dan otot kaki untuk menjaga keseimbangan,Anak mampu melakukan gerakan seluruh anggota tubuhnya secara terkoordinasi Anak mampu melakukan gerakan secara ter- koordinasi dalam rangka kelenturan, dan keseimbangan ,Anak mampu melakukan gerakan tubuh secara ter- koordinasi dalam rangka kelenturan, kelincahan, dan keseimbangan ,Anak mampu melakukan gerakan tubuh fisik secara ter- koordinasi kelenturan sebagai keseimbangan, dan kelincahan

SENI

Anak mampu bereaksi terhadap irama yang didengarnya ,Anak mampu meniru suara dan gerak secara sederhana Anak mampu melakukan berbagai gerakan anggota tubuhnya sesuai dengan irama dapat mengekpresi-kan diri dalam bentuk goresan sederhana,Anak mampu melakukan berbagai gerakan sesuai irama , menyajikan dan berkarya seni,Anak mampu meng- ekspresikan diri dengan meng- gunakan berbagai media/bahan dalam berkarya seni melului kegiatan eksplorasi,Anak mampu meng- ekspresikan diri dan ber- kreasi dengan berbagai gagasan imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni.




Jenis Program PAUD

Cerita Dongeng Indonesia - Jenis Program PAUD. Portal Edukasi dongeng anak Indonesia, cerita dongeng, cerita rakyat Indonesia, Dongeng Nusantara, cerita binatang, Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul, Cerita rakyat nusantara, kumpulan kisah dongeng anak indonesia, kumpulan cerita anak Indonesia, kumpulan cerita lucu, daftar cerita dongeng, fabel, hikayat, tips belajar, edukasi anak usia dini, PAUD, dan Balita.
Cerita Dongeng Indonesia - Jenis Program PAUD.
  • Program-Program Penitipan
Diadakannya program-program penitipan anak (day-­care programs) terutama untuk menyediakan layanan penitipan untuk orang tua yang bekerja. Program-program itu bervariasi mulai dari suatu bentuk penitipan bayi di mana satu orang, dewasa mengasuh beberapa bayi sampai program-program prasekolah terorganisasikan yang sedikit berbeda dari play group (General Accounting Office, 1995; Zigler & Finn-Stevenson, 1989).
  • Play Group
Perbedaan utama antara program penitipan anak dan play group atau kelompok bermain (nursery schools) adalah play group sepertinya lebih menyediakan suatu program terencana yang dirancang untuk membantu perkembangan sosial dan kognitif anak awal. Kebanyakan program play group di Amerika adalah pro­gram setengah-hari, dengan dua atau tiga guru mensupervisi satu kelas yang terdiri dari 15 sampai 20 peserta didik. Play group pada umumnya melayani keluarga dengan status sosial menengah (Gen­eral Accounting Office, 1995; West et al., 1993; White & Buka, 1987). Konsep kunci dalam pendidikan play group adalah pelatihan kesiapan (readiness training). Anak belajar keterampilan yang diharapkan mempersiapkan mereka untuk pendidikan formal nantinya, seperti bagaimana mengikuti petunjuk, tetap berada dalam tugas, bekerja sama dengan orang lain dan menampilkan kelakuan yang baik. Aanak Peserta didik-peserta didik juga didorong untuk tumbuh secara emosional dan mengembangkan konsep-diri positip dan meningkatkan keterampilan-keterampilan otot besar dan kecil. Kegiatan harian play group pada umumnya terdiri dari berbagai variasi dari kegiatan-kegiatan yang longgar dan kurang terstruktur, mulai dari proyek-proyek seni sampai diskusi kelompok sampai permainan tidak­ terstruktur di dalam kelas dan di luar kelas. Kegiatan-­kegiatan ini sering diorganisasikan menurut tema-tema tertentu. Misalnya, satu unit tentang binatang dapat meliputi menggambar binatang, memerankan perilaku binatang, mendengarkan cerita-cerita tentang binatang, dan mengadakan tamasya ke kebun binatang.
  • Program-Program Prasekolah Kompensasi
Boleh jadi perkembangan paling penting dalam pendidikan anak usia dini di Amerika selama 30 tahun adalah telah diperkenalkannya program prasekolah kompensasi (compensatory preschool programs) untuk anak yang berasal dari latar belakang sosial kurang beruntung. Issu ini telah menjadi semakin penting pada tahun-tahun terakhir ini sejak jumlah anak yang berasal dari keluarga miskin telah bertambah (General Accounting Office, 1994a). Dimulai pada tahun 1965, suatu variasi program yang luas diperkenalkan sebagai bagian dari program Head Start menyeluruh. Head Start merupakan bagian dari program Presiden Lyndon Johnson dalam memerangi kemiskinan, suatu upaya untuk membuat terobosan memutus lingkaran kemiskinan. Idenya adalah memberikan kesempatan kepada anak yang kurang beruntung untuk memulai sekolah formal dengan keterampilan-keterampilan praakademik dan sosial yang sama dengan anak kelas menengah. Ciri khasnya, Head Start memasukkan program pendidikan anak awal yang dirancang untuk meningkatkan kesiapan sekolah. Sementara itu, program itu juga memasukkan layanan kesehatan dan perawatan gigi untuk anak-anak, paling sedikit satu kali makanan panas tiap hari dan layanan sosial bagi orang tua. Penelitian pada Head Start pada umumnya menemukan pengaruh positif terhadap keterampilan kesiapan anak-anak dan terhadap hasil-hasil lainnya (Karweit, 1989a; McKey et al., 1985; Zigler & Muenchow, 1992). Pengaruh terhadap keterampilan-keterampilan akademik tersebut paling besar terjadi pada program-program Head Start yang menekankan pada hasil belajar akademik (Stalling & Stipek, 1986). Penelitian yang mengikuti anak kurang beruntung yang ikut dalam beberapa program seperti itu memiliki kinerja lebih baik selama tahun-tahun sekolah mereka dibandingkan anak serupa yang tidak ikut dalam program-program itu (Berrueta-Clement, Schweinhart, Barnett, Epstein, & Weikart, 1984).
  • Intervensi Awal
Kebanyakan program-program prasekolah kompensasi, termasuk Head Start, telah mulai menangani anak dan orang tua mereka pada saat peserta didik-peserta didik itu berusia 3 atau 4 tahun. Sementara itu, banyak peneliti yakin bahwa intervensi awal diperlukan untuk anak yang memiliki resiko kegagalan sekolah paling besar (Carnegie Corporation of New York, 1994). Sejumlah program intervensi awal telah dikembangkan untuk mulai dengan anak seusia 6 bulan. Salah satu yang paling berhasil dari program ini adalah satu program di suatu lingkungan kota Milwaukee untuk anak yang ibunya memiliki keterbelakangan men­tal. Suatu program perangsangan bayi yang intensif, prasekolah yang berkualitas-tinggi, dan layanan keluarga memungkinkan anak itu menunjukkan kinerja yang cukup baik selama di sekolah dasar; sementara itu, hampir seluruh anak yang terambil sebagai kelompok pembanding ditangani dengan program-program pendidikan luar biasa (Garber, 1988). Beberapa program intervensi awal yang lain juga telah memiliki pengaruh yang berarti pada anak dan pengaruh itu tetap teramati melampaui sekolah dasar (Campbell & Ramey, 1995; Ramey & Ramey, 1992; Reynolds, 1994; Wasik & Karweit, 1994).
  • Program Taman Kanak-Kanak
Kebanyakan anak-anak di Amerika mengikuti pendidikan di Taman Kanak-Kanak (kindergarten) sebelum mereka masuk kelas satu. Meskipun demikian, hanya tujuh negara bagian mensyaratkan keikutsertaan di Taman Knak-Kanak (Karweit, 1989b). Tujuan semula itu Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan peserta didik untuk pembelajaran for­mal dengan mendorong perkembangan keterampilan-­keterampilan sosial mereka, namun pada tahun-tahun akhir ini fungsi ini lama kelamaan telah semakin diambil ambil alih oleh program-program taman kanak-kanak yang dikenal dengan nursery school atau play group dan prasekolah. Taman kanak-kanak itu semakin lama semakin momfokus pada akademik, menekankan pada keterampilan pramembaca dan pramatematika, selain itu juga perilaku-perilaku yang cocok di kelas (seperti meng­angkat tangan, berdiri berderet lurus, dan bergantian mengambil giliran). Pada sejumlah distrik, program-pro­gram taman kanak-kanak menjadi semakin menyamai program kelas Satu, suatu kecenderungan yang ditentang oleh kebanyakan pakar perkembangan peserta didik (misalnya, Bryant, Cliffort, & Peigner, -1991; Elkind, 1981). Khususnya satu aspek yang menyedihkan dari kecenderungan ini adalah banyak Taman Kanak-Kanak yang tidak meluluskan peserta didiknya bila mereka tidak memenuhi standar kinerja tertentu (Mantzicopoulos & Morrison, 1992).
  • Latihan yang Disesuaikan dengan Perkembangan
Satu konsep yang telah menjadi semakin penting dalam pendidikan awal adalah latihan yang disesuaikan dengan perkembangan (developmentally appropriate practice). Ini adalah pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik dan kebutuhan individu peserta didik, bukan pada usia mereka (Bowman, 1993; Elkind, 1989). The National Association for the Education of Young Children (NAEYC, 1989) di Amerika telah mendeskripsikan latihan yang disesuaikan dengan perkembangan untuk peserta didik beru­sia 5 sampai 8 tahun seperti berikut. Setiap peserta didik dipandang sebagai seseorang yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan tersendiri. Kurikulum dan pembelajaran tanggap terhadap perbedaan­-perbedaan individu dalam kemampuan dan minat. Perbedaan tingkat kemampuan, perkembangan dan gaya belajar diharapkan diterima dan digunakan untuk merancang kurikulum. Anak-anak diperkenankan untuk maju sesuai dengan kecepatan mereka sendiri dalam menguasai keterampilan-keterampilan penting, termasuk menulis, membaca, mengeja, matematika, ilmu-ilmu sosial, ipa, seni, musik, kesehatan,dan aktivitas fisik. Sebagai misal, justru diharapkan bahwa tidak setiap peserta didik akan belajar bagaimana membaca pada usia 6, sebagian besar akan belajar menjelang usia 7, dan sebagian akan memerlukan penanganan intensif dalam belajar membaca menjelang usia 8 atau 9. Salah satu jenis latihan yang disesuaikan dengan perkembangan anak dikembangkan oleh Maria Montessori (1870-1952). Tujuan dari pendidikan Montessori adalah perkembangan individu. Program-program Montessori lebih mengkonsentrasikan pada pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual umum daripada konsep-konsep mata pelajaran tertentu. Sekolah-sekolah Montessori sering menggunakan perabot sekolah yang disesuaikan dengan ukuran peserta didik dan materi belajar yang dirancang khusus. Penekanannya adalah pada kerja mandiri oleh peserta didik-peserta didik di bawah bimbingan seorang guru yang terlatih. Perkembangan intelektual dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk membantu peserta didik-peserta didik mengorganisasikan, mengklasifikasikan, mengurutkan, dan mempertajam kesadaran persepsi mereka. Sama pentingnya adalah perkembangan fisik, sosial, dan emosional, yang tercer­min dalam bermain di lapangan terbuka, mendiskusikan perilaku yang sesuai di lapangan permainan, dan menghargai tiap-tiap karya individu di kelas (Brewer, 1995).