Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah, Semut dan Cicak...

Buaya Yang Serakah

Buaya Yang Serakah
Halo adik-adikku yang manis, Salam jumpa lagi dengan Kak Edi dari Cerita Dongeng Indonesia. Nah, kali ini Kakak melalu blog Cerita Dongeng Indonesia akan mendongeng tentang kisah Fabel Buaya yang Serakah. Ayo diantara adik-adik da yang pernah ke kebun binatang melihat Buaya belum?. Kalau belum, Mari kita mulai saja ya dongengnya. Kisahnya begini adik-adik, 

Dulu, di sebuah sungai ada seekor buaya yang sedang mencari makan. Sudah tiga hari ia tidak mencari mangsa. Sebelumnya ia mendapatkan seekor anak babi yang gemuk. Lalu ia tertidur pulas selama tiga hari karena kekenyangan. Kali ini, Buaya sudah bersiap mencari mangsa lagi, dibukanya lebar-lebar moncongnya di sungai, ia menanti kalau ada ikan besar yang lewat. Tetapi sudah lama ia menunggu mangsanya tak kunjung datang. Tidak berapa lama muncul seekor ikan gurame di dekat moncongnya.
Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
“Hai buaya! Kelihatannya kau lapar sekali!” sapa ikan gurame persis di depan mulutnya yang ternganga. “Kebetulan sekali kamu datang. Perutku lapar sekali karena belum diisi.” ucap buaya dengan gembira. “Wahai buaya, kalau kau makan aku, pasti kau cepat lapar lagi. Bukankah dagingku tidak seberapa besar? Tetapi kalau kau ingin mendapat mangsa yang lebih besar lagi, diujung sana ada seekor itik yang sedang berenang. Tentu daging itik itu lebih besar dan lebih lezat daripada dagingku?” ujar ikan gurame memberi saran. Buaya diam sejenak dan berpikir. Terbayanglah seekor itik yang besar dibandingkan dengan seekor ikan gurame. Buaya akhirnya mengikuti saran ikan gurame. Setibanya di dekat itik berada, ia langsung memburunya. Itik berlari ke darat untuk menghindari serangan buaya. 

Buaya terus mengejar, dan itik terdesak di sudut sebuah pohon. “Hay itik! Mau lari ke mana kamu?” gertak buaya. “Jangan buaya! Janganlah kau mangsa aku, dagingku tidaklah seberapa besar. Kalau kau makan dagingku, pasti kau akan cepat lapar.” seru itik memohon. “Tetapi kalau kau ingin mangsa yang lebih besar dari aku, aku dapat menunjukkan di mana tempatnya.” “Tidak, aku sudah lapar sekali. Dagingmu kurasa cukup lumayan untuk mengisi perutku yang kosong ini.” ujar buaya yang sudah merasa lapar sekali. “Tunggu, tunggu dulu! Kalau kau ingin mangsa yang besar, di hutan sebelah sana ada seekor kambing yang besar dan gemuk. Bukankah daging kambing lebih lezat jika dibandingkan dengan dagingku?” usul itik.

Buaya tampak diam, rupanya dia sedang berfikir. “Baiklah, kalau begitu tunjukkan aku di mana kambing itu berada sekarang. Sebab aku sudah tak kuat lagi menahan lapar.” Buaya menyetujui usul itik, karena ingin mendapatkan mangsa yang lebih besar lagi. Itik berjalan menuju hutan dan buaya mengikuti dari belakang. Sampailah di hutan yang dimaksud. Di sana terlihat seekor kambing yang memakan rumput dan daun-daunan. Tubuh kambing itu lumayan besar dan kelihatan sehat dan segar. Perlahan-lahan ia mendekati kambing, sedangkan itik diam-diam menyelinap pergi menyelamatkan diri. “Hai kambing! Sedang apa kau?” tanya buaya membuat kambing terkejut. “Aku sedang makan, memangnya ada apa?” jawab kambing sambil berhenti mengunyah rumput. “Aku juga mau makan.” ucap buaya sambil membuka moncongnya lebar-lebar. “Kalau begitu mari kita makan bersama. Rumputnya masih banyak jangan khawatir. Ayo kita makan!” ajak kambing itu. “Bodoh! Aku tidak suka makan rumput!” sahut buaya geram. “Lantas, kamu biasanya memakan apa?” tanya kambing lagi. “Aku suka makan daging. Mungkin dagingmu juga enak kalau kusantap. Alangkah lezatnya dagingmu.” kata buaya sambil membuka mulutnya.

“Tunggu dulu! Kalau kau ingin mangsa yang lebih besar dan lebih lezat, aku dapat menunjukkannya. Di hutan sebelah sana ada seekor gajah yang besar sekali. Bila kau dapat memangsangnya, kau pasti akan tahan beberapa hari tidak makan. Konon kabarnya daging gajah itu empuk dan sangat lezat rasanya.” bujuk kambing.
Buaya pun diam dan membayangkan betapa besar dan lezatnya daging gajah, Ia pun menyetujui bujukan kambing, “Baiklah, sekarang tunjukkan aku di mana tempatnya?” seru buaya. “Baik, akan aku tunjukkan tempatnya, tapi aku tidak dapat mengantarkanmu karena aku belum selesai makan.” ucap kambing berdalih. “Ya, cepat tunjukkan saja arahnya.” “Di sebelah barat sana di sana ada telaga. Disitulah tempat gajah-gajah berkumpul.” seru kambing.

Buaya berlalu meninggalkan kambing untuk mencari gajah. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seekor kerbau. Lantas bertanya pada kerbau yang sedang berkubang itu. “Hai kerbau! Tahukah kau di mana tempatnya gajah berada? Kalau kau tahu tolong tunjukkan kepadaku,” sapa buaya pada kerbau. “Ada apa kau mencarinya?” tanya kerbau. “Aku ingin sekali memakan dagingnya. Kata kambing, daging gajah itu empuk dan lezat rasanya.” Jawab buaya. “Baiklah kalau begitu, mari aku antarkan ke tempat gajah itu berada.” Ajak kerbau. Tibalah mereka di dekat telaga. Ada beberapa ekor anak gajah yang sedang minum air telaga. Kerbau pergi setelah menunjukkan tempatnya. “Benar kata kambing. Gajah itu memang besar-besar. Aku pasti akan kenyang apabila dapat memakan seekor saja. Aku dapat tidur beberapa hari kemudian.” Seru buaya dengan perasaan gembira melihat mangsanya yang cukup besar-besar. Lalu didekatinya seekor anak gajah yang sedang minum itu.
“Hai gajah! cepat minumnya, karena aku akan segera memangsamu. Perutku sudah tak kuat lagi menahan lapar.” ucap buaya kepada anak gajah. Anak gajah itu kaget mendengar ancaman buaya, lalu berteriak memanggil induknya. Tidak lama kemudian beberapa ekor gajah besar datang ke tempat itu. “Ada apa anakku?” Adakah yang mengganggumu?” tanya salah satu gajah yang paling besar. “Ya, aku diganggu oleh buaya itu. Katanya dia akan memangsaku.” Seru anak gajah sambil menangis. “Apa? Kau ingin memangsa anakku?” kata gajah besar dengan marah. “Oh, rupanya ada yang lebih besar lagi. Kalau begitu kau saja yang kumangsa, supaya perutku kenyang!” seru buaya yang serakah itu. “Cobalah kalau dapat, wahai buaya yag serakah!”
Buaya lalu menyerang gajah besar. Moncongnya yang panjang dengan gigi-giginya yang tajam menyerang gajah besar. Gajah besar melompat dan menginjak perut buaya. Dengan belalainya yang panjang ia melilit moncong buaya itu. Ketika ekor buaya ingin menyambar tubuh gajah besar, kaki gajah besar menghadangnya lalu menginjaknya. Buaya jadi tak dapat berkutik, karena moncong dan ekornya tidak dapat bergerak. Sedang kaki-kaki gajah besar terus menginjak-injak tubuh buaya hingga tak bernapas lagi. Buaya pun akhirnya mati tanpa sempat mengisi perutnya yang lapar.

Demikianlah tadi adik-adik, cerita dongeng tentang Buaya yang serakah, akibat keserakahannya ia malah mati tanpa sempat makan mangsanya. Adik-adik tidak boleh meniru watak buaya ya, karena serakah adalah sifat yang tercela. Sifat serakah sangat merugikan diri sendiri dan juga orang lain. Tokoh dalam cerita dongeng fabel diatas adalah Buaya, Ikan, Itik, Kambing, Kerbau dan Gajah. Sedangkan latar dari cerita dongeng tersebut adalah sebuah hutan yang terdapat aliran sungai. Semoga adik-adik bisa mengambil hikmah dan manfaat dari dongeng kakak kali ini ya. Sampai jumpa di dongeng selanjutnya. 

 
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng. 
 
Baca Juga Cerita Dongeng Fabel lainnya DISINI

Buaya dan Burung Penyanyi

Buaya dan Burung Penyanyi
Salam jumpa lagi dengan Kak Edi, adik-adik apa kabarnya hari ini?. Pasti sedang bahagia dan tetap ceria bukan?. Baiklah kali ini Kakak melalui blog Cerita Dongeng Indonesia akan mendongeng tentang kisah Buaya dan Burung Penyanyi. Adik-adik sudah siap? 

Ceritanya begini adik-adik, Pada zaman dulukala, di suatu pagi yang cerah, Burung Penyanyi berkunjung ke rumah Buaya, sahabatnya. Mereka adalah dua sahabat karib sejak lama sekali. Burung Penyanyi datang untuk menjenguk buaya yang beberapa hari ini selalu terlihat sedih, entah apa yang sedang dialami buaya. “Hai sahabatku… apa kabarmu hari ini? Kau akhir-akhir ini tampak murung aku lihat”. Sapa Burung penyanyi pada Buaya. “Kabarku lagi kurang baik, saya sangat sedih dengan keadaanku yang seperti ini”. Jawab buaya dengan muka lesu. “Kamu ini kenapa sih?, ayo berceritalah padaku apa yang kamu rasakan?”. Tanya burung pada Buaya. “Ee,,, Anu… ee.. anu” Buaya tampak ragu untuk bercerita. “Ayo katakanlah jangan ragu, aku kan sahabatmu, ceritakanlah unek-unekmu biar lepas beban di fikiran kamu”. Bujuk burung pada sahabatnya itu. 

“Kamu kan tahu sendiri kawan, aku ini suaranya sangat jelek, padahal aku sangat ingin bisa bernyanyi dengan suara merdu, agar bisa menghibur banyak orang seperti kamu”. Buaya akhirnya bercerita tentang masalahnya pada burung penyanyi. “Ohhh… hehehehe… rupanya karena itu toh, kamu jadi murung akhir-akhir ini?”. “Tidak usah risaukan itu kawan, kamu tidak usah harus bisa bernyanyi kalau untuk menghibur orang lain”. Kata burung berusaha menghibur Buaya. “Benarkah katamu itu kawan, lalu bagaimana caranya?’’. Tanya Buaya penasaran.
Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
“Kamu masih tetap bisa menghibur orang lain bersamaku, saya yang bernyanyi sedangkan kamu bagian membuat gelembung air, kita lakukan bersama-sama pasti akan menciptakan irama yang indah untuk didengar”. Kata Burung penyanyi menjelaskan pada Buaya. “Wahhh… bagus juga idemu kawan, baiklah besok kita kumpulkan kawan yang lain untuk mendengarkan kita bernyanyi”. Kata Buaya tampak gembira dan bersemangat. Keesokan hariya, Burung penyanyi rupanya sudah mengundang kawan-kawan penghuni hutan untuk berkumpul di tepian sungai tempat tinggal buaya. “Hari ini kita akan mencoba bernyanyi untuk menghibur kalian”. Kata Burung penyanyi pada kawan-kawannya. Disitu ada gajah, kancil, kelinci, kuda zebra, kambing dan banyak lagi yang datang. Mereka tampak antusias ingin mendengarkan burung penyanyi melantunkan lagunnya. “Kali ini saya bernyanyi akan ditemani sahabat baikku, Buaya”. Imbuh burng penyanyi menjelaskan. Buaya tampak senang sekali mendengar kata-kata burung penyanyi. Buaya pun memasukan moncongnya kedalam air dan meniupkan gelembung-gelembung air menciptakan suara mirip kodok. Sementara sang burung penyanyi melantunkan cuitannya yang indah mengiringi alunan suara gelembung yang diciptakan oleh moncong buaya. Terciptalah lantunan irama dinamis yang indah didengar dan semua binatang yang hadirpun sangat terhibur dan bersorak sorai memberi semangat pada burung dan Buaya. Buaya tampak senang sekali dan sejak saat itulah mereka berdua sering bernyanyi bersama. Buaya kini selalu tampak ceria dan riang gembira, dia tidak pernah terlihat murung lagi. Nah, itu tadi dongeng fabel tentang persahabatn Burung Penyanyi dab Buaya, mereka saling melengkapi satu sama lain. Adik-adik harus mencontoh perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Hidup rukun walau berbeda. Cerita diatas memiliki unsur intrinsik berupa latar dan tokoh, Tokoh utamanya adalah Burung Penyanyi dan Buaya. Latar cerita di sebuah hutan yang terdapat sungai tempat tinggal buaya. Pesan Moral : Dalam berteman, kita wajib saling melengkapi satu sama lain. Walau keahlian kita berbeda, akan sangat bermakna kalau kita bisa menyatukan perbedaan itu dalam sebuah persahabatan. Hiburlah teman yang sedang bersedih, jangan menertawakannya. Ikuti terus ya tulisan cerita dongeng dari kakak, sampai jumpa lagi di cerita dongeng fabel lainya… wassalam.


Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng. 

Baca Juga Cerita Dongeng Fabel Lainnya DISINI