Cerita Dongeng Indonesia - Jenis Program PAUD.
- Program-Program Penitipan
Diadakannya program-program penitipan anak (day-care programs) terutama untuk menyediakan layanan penitipan untuk orang tua yang bekerja. Program-program itu bervariasi mulai dari suatu bentuk penitipan bayi di mana satu orang, dewasa mengasuh beberapa bayi sampai program-program prasekolah terorganisasikan yang sedikit berbeda dari play group (General Accounting Office, 1995; Zigler & Finn-Stevenson, 1989).
- Play Group
Perbedaan utama antara program penitipan anak dan play group atau kelompok bermain (nursery schools) adalah play group sepertinya lebih menyediakan suatu program terencana yang dirancang untuk membantu perkembangan sosial dan kognitif anak awal. Kebanyakan program play group di Amerika adalah program setengah-hari, dengan dua atau tiga guru mensupervisi satu kelas yang terdiri dari 15 sampai 20 peserta didik. Play group pada umumnya melayani keluarga dengan status sosial menengah (General Accounting Office, 1995; West et al., 1993; White & Buka, 1987). Konsep kunci dalam pendidikan play group adalah pelatihan kesiapan (readiness training). Anak belajar keterampilan yang diharapkan mempersiapkan mereka untuk pendidikan formal nantinya, seperti bagaimana mengikuti petunjuk, tetap berada dalam tugas, bekerja sama dengan orang lain dan menampilkan kelakuan yang baik. Aanak Peserta didik-peserta didik juga didorong untuk tumbuh secara emosional dan mengembangkan konsep-diri positip dan meningkatkan keterampilan-keterampilan otot besar dan kecil. Kegiatan harian play group pada umumnya terdiri dari berbagai variasi dari kegiatan-kegiatan yang longgar dan kurang terstruktur, mulai dari proyek-proyek seni sampai diskusi kelompok sampai permainan tidak terstruktur di dalam kelas dan di luar kelas. Kegiatan-kegiatan ini sering diorganisasikan menurut tema-tema tertentu. Misalnya, satu unit tentang binatang dapat meliputi menggambar binatang, memerankan perilaku binatang, mendengarkan cerita-cerita tentang binatang, dan mengadakan tamasya ke kebun binatang.
- Program-Program Prasekolah Kompensasi
Boleh jadi perkembangan paling penting dalam pendidikan anak usia dini di Amerika selama 30 tahun adalah telah diperkenalkannya program prasekolah kompensasi (compensatory preschool programs) untuk anak yang berasal dari latar belakang sosial kurang beruntung. Issu ini telah menjadi semakin penting pada tahun-tahun terakhir ini sejak jumlah anak yang berasal dari keluarga miskin telah bertambah (General Accounting Office, 1994a). Dimulai pada tahun 1965, suatu variasi program yang luas diperkenalkan sebagai bagian dari program Head Start menyeluruh. Head Start merupakan bagian dari program Presiden Lyndon Johnson dalam memerangi kemiskinan, suatu upaya untuk membuat terobosan memutus lingkaran kemiskinan. Idenya adalah memberikan kesempatan kepada anak yang kurang beruntung untuk memulai sekolah formal dengan keterampilan-keterampilan praakademik dan sosial yang sama dengan anak kelas menengah. Ciri khasnya, Head Start memasukkan program pendidikan anak awal yang dirancang untuk meningkatkan kesiapan sekolah. Sementara itu, program itu juga memasukkan layanan kesehatan dan perawatan gigi untuk anak-anak, paling sedikit satu kali makanan panas tiap hari dan layanan sosial bagi orang tua. Penelitian pada Head Start pada umumnya menemukan pengaruh positif terhadap keterampilan kesiapan anak-anak dan terhadap hasil-hasil lainnya (Karweit, 1989a; McKey et al., 1985; Zigler & Muenchow, 1992). Pengaruh terhadap keterampilan-keterampilan akademik tersebut paling besar terjadi pada program-program Head Start yang menekankan pada hasil belajar akademik (Stalling & Stipek, 1986). Penelitian yang mengikuti anak kurang beruntung yang ikut dalam beberapa program seperti itu memiliki kinerja lebih baik selama tahun-tahun sekolah mereka dibandingkan anak serupa yang tidak ikut dalam program-program itu (Berrueta-Clement, Schweinhart, Barnett, Epstein, & Weikart, 1984).
- Intervensi Awal
Kebanyakan program-program prasekolah kompensasi, termasuk Head Start, telah mulai menangani anak dan orang tua mereka pada saat peserta didik-peserta didik itu berusia 3 atau 4 tahun. Sementara itu, banyak peneliti yakin bahwa intervensi awal diperlukan untuk anak yang memiliki resiko kegagalan sekolah paling besar (Carnegie Corporation of New York, 1994). Sejumlah program intervensi awal telah dikembangkan untuk mulai dengan anak seusia 6 bulan. Salah satu yang paling berhasil dari program ini adalah satu program di suatu lingkungan kota Milwaukee untuk anak yang ibunya memiliki keterbelakangan mental. Suatu program perangsangan bayi yang intensif, prasekolah yang berkualitas-tinggi, dan layanan keluarga memungkinkan anak itu menunjukkan kinerja yang cukup baik selama di sekolah dasar; sementara itu, hampir seluruh anak yang terambil sebagai kelompok pembanding ditangani dengan program-program pendidikan luar biasa (Garber, 1988). Beberapa program intervensi awal yang lain juga telah memiliki pengaruh yang berarti pada anak dan pengaruh itu tetap teramati melampaui sekolah dasar (Campbell & Ramey, 1995; Ramey & Ramey, 1992; Reynolds, 1994; Wasik & Karweit, 1994).
- Program Taman Kanak-Kanak
Kebanyakan anak-anak di Amerika mengikuti pendidikan di Taman Kanak-Kanak (kindergarten) sebelum mereka masuk kelas satu. Meskipun demikian, hanya tujuh negara bagian mensyaratkan keikutsertaan di Taman Knak-Kanak (Karweit, 1989b). Tujuan semula itu Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan peserta didik untuk pembelajaran formal dengan mendorong perkembangan keterampilan-keterampilan sosial mereka, namun pada tahun-tahun akhir ini fungsi ini lama kelamaan telah semakin diambil ambil alih oleh program-program taman kanak-kanak yang dikenal dengan nursery school atau play group dan prasekolah. Taman kanak-kanak itu semakin lama semakin momfokus pada akademik, menekankan pada keterampilan pramembaca dan pramatematika, selain itu juga perilaku-perilaku yang cocok di kelas (seperti mengangkat tangan, berdiri berderet lurus, dan bergantian mengambil giliran). Pada sejumlah distrik, program-program taman kanak-kanak menjadi semakin menyamai program kelas Satu, suatu kecenderungan yang ditentang oleh kebanyakan pakar perkembangan peserta didik (misalnya, Bryant, Cliffort, & Peigner, -1991; Elkind, 1981). Khususnya satu aspek yang menyedihkan dari kecenderungan ini adalah banyak Taman Kanak-Kanak yang tidak meluluskan peserta didiknya bila mereka tidak memenuhi standar kinerja tertentu (Mantzicopoulos & Morrison, 1992).
- Latihan yang Disesuaikan dengan Perkembangan
Satu konsep yang telah menjadi semakin penting dalam pendidikan awal adalah latihan yang disesuaikan dengan perkembangan (developmentally appropriate practice). Ini adalah pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik dan kebutuhan individu peserta didik, bukan pada usia mereka (Bowman, 1993; Elkind, 1989). The National Association for the Education of Young Children (NAEYC, 1989) di Amerika telah mendeskripsikan latihan yang disesuaikan dengan perkembangan untuk peserta didik berusia 5 sampai 8 tahun seperti berikut. Setiap peserta didik dipandang sebagai seseorang yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan tersendiri. Kurikulum dan pembelajaran tanggap terhadap perbedaan-perbedaan individu dalam kemampuan dan minat. Perbedaan tingkat kemampuan, perkembangan dan gaya belajar diharapkan diterima dan digunakan untuk merancang kurikulum. Anak-anak diperkenankan untuk maju sesuai dengan kecepatan mereka sendiri dalam menguasai keterampilan-keterampilan penting, termasuk menulis, membaca, mengeja, matematika, ilmu-ilmu sosial, ipa, seni, musik, kesehatan,dan aktivitas fisik. Sebagai misal, justru diharapkan bahwa tidak setiap peserta didik akan belajar bagaimana membaca pada usia 6, sebagian besar akan belajar menjelang usia 7, dan sebagian akan memerlukan penanganan intensif dalam belajar membaca menjelang usia 8 atau 9. Salah satu jenis latihan yang disesuaikan dengan perkembangan anak dikembangkan oleh Maria Montessori (1870-1952). Tujuan dari pendidikan Montessori adalah perkembangan individu. Program-program Montessori lebih mengkonsentrasikan pada pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual umum daripada konsep-konsep mata pelajaran tertentu. Sekolah-sekolah Montessori sering menggunakan perabot sekolah yang disesuaikan dengan ukuran peserta didik dan materi belajar yang dirancang khusus. Penekanannya adalah pada kerja mandiri oleh peserta didik-peserta didik di bawah bimbingan seorang guru yang terlatih. Perkembangan intelektual dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk membantu peserta didik-peserta didik mengorganisasikan, mengklasifikasikan, mengurutkan, dan mempertajam kesadaran persepsi mereka. Sama pentingnya adalah perkembangan fisik, sosial, dan emosional, yang tercermin dalam bermain di lapangan terbuka, mendiskusikan perilaku yang sesuai di lapangan permainan, dan menghargai tiap-tiap karya individu di kelas (Brewer, 1995).