Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Ingin Terbang, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Pada saat itu Abu Nawas yang terkenal cerdas sedang di tangkap oleh Raja karena kritikannya terhadap Raja Harun. Namun yang namanya Abu Nawas, selalu saja punya cara cerdas untuk memoloskan diri dari hukuman. Sebelum menjalani hukuman, Ia mengaku kepada pengawal kerajaan bahwa ia memiliki ilmu tinggi dan ia ingin terbang. Kabar Abu Nawas ingin terbang akhirnya terdengar oleh Raja Harun.
“Mana mungkin Abu Nawas ingin terbang, dia tidak punya sayap, tidak punya alat-alat khusus, apakah ia punya ilmu khusus?” kata Raja Harun kepada pengawalnya. “Kami tidak tahu paduka, tetapi Abu Nawas sangat meyakinkan,” jawab pengawal. Penasaran dengan hal itu, Raja akhirnya memerintahkan agar Abu Nawas dibawa menghadap Sang Raja. “Abu Nawas, betulkah kamu ingin terbang?” tanya Raja. “Ya Tuanku, memang saya ingin terbang,” jawab Abu Nawas. “Kapan? dan dimana?” tanya Raja secara beruntun. “Hari Jumat yang akan datang ini, dan dari menara Masjid Baitul Rakhim, tak jauh dari rumah saya, jika Raja mengijinkan,” jawab Abu Nawas.
Akhirnya Sang Raja mengijinkan dan bahkan ia berjanji akan membebaskan Abu Nawas jika hal itu yang terjadi. Akan tetapi jika Abu Nawas tak bisa membuktikan, maka hukumannya akan ditambah 100 lecutan rotan, daun kuping dipotong bahkan hukuman gantung.
Berita tentang Abu Nawas ingin terbang itu pun menyebar begitu cepat, tidak hanya di lingkungan kerajaan bahkan sampai seluruh penjuru kota pun membicarakannya. Apalagi mereka juga mendengar tentang hukuman yang akan diterima Abu Nawas jika tidak dapat menepatinya.
Mendengar berita itu, diantara mereka ada yang kagum, ada juga yang deg-degan apabila ternyata Abu Nawas hanya bohong. Sebagian lagi ada juga yang mengabaikan berita itu. Mereka berkata bahwa sebentar lagi pasti Abu Nawas akan digantung karna ulahnya sendiri. Pro kontra akibat ulah Abu Nawas ini membuat masyarakat tidak henti-hentinyanya membahas soal itu. Seakan-akan tidak ada berita lain yang menarik selain itu.
Pada hari yang sudah dinantikan tiba, Jumat sesudah sholat Jumat, lapangan sekitar masjid Baitul Rakhman sudah penuh orang yang ingin menyaksikan kabar yang tersiar seantero kota. Orang biasa, rakyat, penduduk dan penguasa setempat sudah berjubel mengambil tempat masing-masing. Orang-orang menantikan saat yang paling genting dan mendebarkan. Abu Nawas dengan langkah yang sangat gagah dan tak ragu, menaiki tangga menara tertinggi dan orang-orang melihat dengan mata yang tak berkedip, terpaku dan menyatu mengikuti langkah tubuh Abu Nawas.
Orang-orang pun bertanya: “Benarkah Abu Nawas ingin terbang?Betapa luar biasanya dia”. “Silahkan terbang Abu Nawas,! Meski terbang, kau akan tetap mampus karna jatuh. Dan bila tidak jadi terbang, kau akan mampus ditiang gantungan,” ujar sebagian lainnya.
Setelah Abu Nawas sampai puncak menara, suasana menjadi tegang. Mereka merasa akan menyaksikan suatu kejadian yang mencekam dan mengagumkan. Suasana lengang, semua mata terarah hanya pada satu tujuan. Sementara diatas menara, Abu Nawas berdiri dan mulai beraksi. Ia menggerak-gerakan tangannya seolah-olah ingin terbang. Berulang kali merentangkan tangannya seperti burung serta mengibas-ngibaskannya. Namun tetap saja Abu Nawas tidak terbang. Dan orang-orang yang menyaksikan jantungnya mulai berdegup kencang.
Di Pelataran Masjid, nampak hakim sudah memutuskan hukuman. Ia terus membolak-balik kitab Undang-2nya. Kiranya hukuman apa yang pantas untuk Abu Nawas agar kejadian ini tidak terulang kembali. Orang-orang semakin bingung melihat Abu Nawas selesai beraksi dan turun dari menara. Banyak yang mengira Abu Nawas mungkin sudah gila. Lalu Abu Nawas menghampiri mereka
“Apakah kalian tadi lihat bahwa saya ingin terbang,?” ujar Abu Nawas. “Iya, kamu menggerak-gerakan tanganmu seolah ingin terbang,” jawab banyak orang. “Lalu apakah saya berbohong bahwa saya ingin terbang dari menara Masjid Baitul Rakhim,?” tanyanya.
Orang-orang mulai sadar bahwa ini adalah ulah kecerdasan Abu Nawas. Akhirnya mereka menjawab: “Benar, Abu Nawas. Kamu memang ingin terbang.” “Nah, bagaimana? Saya kan tidak bilang saya bisa terbang, tetapi saya ingin terbang, tapi tidak bisa terbang.” Mata-mata mereka saling bertatapan sembari bergumam: “Dasar si Jambul, ada saja ulahnya.” Tapi memang tidak bisa di bantah. Ia memang ingin terbang, jadi bagaimana menghukumnya? Hakimpun menjadi tak berdaya. “Bagaimana saya akan menjeratnya dengan hukuman. Dia memang tidak berbohong,” ucap hakim pasrah. Sesampainya di kerajaan, sang hakim pun menceritakan kejadian itu pada Raja. Sang Raja malah tertawa terbahak-bahak. “Aku sudah menduga, si Jambul itu pasti ada saja ulahnya. Sudah berulang kali aku dibuatnya tertawa oleh kecerdikannya .”
Sang Raja masih tertawa terbahak-bahak. Sementara sang hakim hanya diam dan wajahnya nampak kesal. Ya, memang ada-ada saja tingkah laku abu nawas. Namun semua itu masuk akal, karena memang ia seorang yang cerdas. Dia melakukan semua yang dia pernah katakan. Tidak berbohong dan selalu menepati janji.