Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Hikayat Abu Nawas Menembus Hujan, Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat dan Legenda Masyarakat Indonesia, Dongeng Nusantara, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Dongeng Asal Usul, Kumpulan Kisah Nabi, Kumpulan Cerita Anak Indonesia, Cerita Lucu,Tips Belajar, Edukasi Anak Usia Dini, PAUD, dan Balita.
Abu Nawas pernah menghancurkan barang-barang di istana tanpa bisa dicegah Baginda Raja. Keinginan Raja untuk menangkap Abu Nawas dan menjebloskannya ke penjara begitu besar. Maka dibuatlah perintah agar Abu Nawas bisa dipersalahkan. Maka Baginda mengajak Abu Nawas berburu beruang. Abu Nawas tak berani menolak meskipun ia sangat takut pada beruang. Setelah persiapan dibuat, perburuan pun dimulai. Namun perjalanan menuju hutan itu rasa-rasanya akan terhalang karena tiba-tiba cuaca berubah mendung. Baginda Raja pun memanggil Abu Nawas. “Tahukah engkau mengapa kupanggil menghadap?” tanya Baginda tanpa senyum. “Ampun Baginda, hamba belum tahu.” “Sebentar lagi akan turun hujan tapi hutan masih jauh. Apapun yang terjadi, nanti saat tiba waktunya santap siang kita harus berkumpul di peristirahatanku. Nah, … demi kelancaran perjalanan, sekarang kita berpencar. Ingat, jangan sampai menghadiri santap siang dengan baju basah.”
Karena Raja Harun sengaja menjebak Abu Nawas maka ia diberi kuda yang lamban. Sementara rombongan lainnya masing-masing menerima kuda yang sigap dan kuat. Maka seluruh rombongan pun mulai bergerak. Tak lama setelah rombongan berangkat tiba-tiba turun hujan. Baginda dan rombongannya segera memacu kuda menuju tempat perlindungan terdekat. Meski kuda mereka lari secepat angin nyatanya mereka semua tetap basah kuyup. Ketika waktu santap siang tiba Baginda pun segera menuju tempat peristirahatan dengan baju basahnya. Sebelum baju Baginda dan para pengawalnya mengering tiba-tiba Abu Nawas datang menyusul dengan kudanya. Baju Abu Nawas tak tampak basah, padahal kuda-kuda tercepat pun tak bisa menghindari hujan sederas itu. Raja Harun pun dibuat makin penasaran.
Demi dapat mengalahkan Abu Nawas, pada perburuan hari kedua Baginda Raja menukarkan kudanya dengan yang lamban. Sementara Abu Nawas kini memperoleh kuda yang mampu berlari cepat. Seperti sudah diduga sebelumnya, hujan turun lagi menghadang perjalanan para pemburu. Baginda dan para pengawal pun kontan basah kuyup karena kuda mereka memang tak bisa berlari kencang. Dan ketika tiba waktu untuk santap siang, Abu Nawas sudah berada di tempat peristirahatan menunggu kedatangan Baginda dan para pengawal. Saat mendatangi tempat makan, Baginda Raja keheranan menemukan Abu Nawas sudah santai dengan pakaiannya yang kering. “Terus terang saja, sebenarnya bagaimana caramu menghindari hujan?” tanya Baginda. “Caranya mudah saja, Tuanku yang mulia,” kata Abu Nawas sambil tersenyum. “Baik kemaren maupun hari ini, hamba sebenarnya tidak bisa menghindar dari hujan. Rahasianya, begitu hujan turun hamba langsung melepas pakaian dan melipatnya. Hamba menduduki pakaian ini agar tak kehujanan. Jadi hamba menembus hujan tanpa berpakaian.” Mau tak mau Raja Harun Al Rasyid tersenyum mengakui kecerdikan Abu Nawas.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan
kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur
Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng,
Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng,
Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta
Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik
Cerita atau Dongeng.