Di sebuah rumah yang besar, tinggalah sekawanan tikus dan seekor kucing. para tikus mendiami dapur rumah itu. sementara sang kucing tinggal seruangan dengan majikannya. Karena tikus sering mencuri dan merusak barang-barang di rumah tersebut, maka antara tikus dan kucing tidak pernah akur. Kucing sangat setia pada majikannya. Kucing sering diperintah untuk memburu para tikus jika dia melihatnya berkeliaran di rumah tersebut. Sementara para kawanan tikus terus mencari siasat untuk bisa selamat dari incaran kucing.
Sudah lama sekali tikus-tikus yang tinggal di dapur kekurangan stok makanan. Tiap kali mereka menampakkan lubang hidungnya dari lubang, selalu ada sang kucing yang melihat dan mengayunkan cakarnya. Bahkan ketika tikus sudah terlanjur keluar lubang, kucing tidak segan-segan untuk mengejar mereka. Akhirnya mereka menjadi ketakutan untuk keluar lubang bahkan untuk mencari makanan.
Keadaan mereka makin memperihatinkan. Mereka makin lemah, perutnya kempis. Kini mereka dilanda kelaparan. Hal ini membuat Ketua Tikus berfikir dan merencanakan sesuatu untuk mengatasi situasi tersebut. Suatu malam mereka sepakat untuk melakukan pertemuan rahasia. Tikus-tikus berembuk, banyak yang diucapkan, tetapi kebanyakan hanya menyalahkan si Kucing daripada menawarkan pemecahan untuk masalah mereka. Tapi akhirnya, seekor tikus betina mengusulkan sebuah ide yang cemerlang.
"Pak ketua, bagmana jika kita gantungkan sebuah lonceng di leher kucing jahat itu!" usulnya, ekornya bergetar saking semangatnya. "Dengan begitu, Kita akan tahu di mana dia berada, kapan pun itu!" Mereka semua menyorakinya dengan bersemangat, gagasan itu benar benar cemerlang dan dapat diterima akal. Mereka kemudian bermusyawarah dan sepakat untuk melakukannya. Tapi ketika keriuhan berhenti, seekor tikus tua berbicara. Dia lebih tua dari semua tikus lain, semua tikus mendengarkan dengan hormat. "Gagasan itu benar-benar cemerlang," dia berkata. "Aku bangga ada yang memikirkan ide yang bagus itu."
Kumis si tikus yang mengusulkan ide tersebut bergoyang-goyang senang, tapi dia menggaruk telinganya kebingungan. "Tetapi siapa yang sukarela mau memasangkan lonceng di leher si kucing?" Tikus tua melanjutkan bicaranya. Mendadak suasana kembali riuh, mereka saling berbicara. Mereka saling bertanya kira-kira siapa yang mau memasangkan Lonceng itu di leher si Kucing. Tikus Tua kembali bicara "Hayo.... apakah diantara kita ada yang berani memasangnya, atau kita undi untuk menentukan siapa yang harus memasangkannya?". Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Semua tikus terdiam, mereka tampak ketakutan dan menunjukan rasa tidak setuju dengan ide Tikus Tua. Tak ada satu pun mau menjawabnya! Mereka langsung berlarian ketakutan masuk ke lubang masing masing. Tinggalah Tikus Tua yang diam terpaku sesaat, sebelum akhirnya dia pun berlari mengikuti yang lain.
Pesan Moral Dongeng Kisah Tikus dan Lonceng Kucing adalah : Rencana yang baik dan cemerlang tidak akan berguna jika kita tidak berani untuk berusaha mengerjakannya. Ide yang gemilang tidak boleh disimpan di dalam kepala tapi harus direalisasikan menjadi kerja nyata untuk bisa menjadi lebih baik.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan
kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur
Intrinsik yaitu meliputi Tema, Amanat/Pesan Moral, Alur Cerita/Plot,
Perwatakan/Penokohan, Latar/Setting, dan Sudut pandang. dan kadang
disertai unsur Ekstrinsik Cerita.