Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah

Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang memuat artikel tentang Cerita Dongeng Fabel Kuda, Kancil dan Gajah, Semut dan Cicak...

Kasuari dan Dara Mahkota

Kasuari dan Dara Mahkota
Cerita Dongeng Indonesia - Zaman dahulu kala burung kasuari tidak seperti yang kita kenal saat ini. Dia memiliki sayap yang lebar dan kuat sehingga ia bisa mencari makan di atas pohon yang tinggi tapi juga bisa dengan mudah mencari makan di atas tanah. Kelebihannya ini membuat Kasuari menjadi burung yang sombong. Dia sering berbuat curang saat berebut makanan dan tidak peduli jika teman-temannya yang lain kelaparan gara-gara dia. Sayapnya yang lebar biasa dia gunakan untuk menyembunyikan buah-buahan ranum di atas pohon, sehingga burung-burung lainnya tidak bisa melihatnya. Atau dengan sengaja dia menjatuhkan buah-buahan ranum itu ke tanah sehingga Cuma ia sendiri yang bisa menikmatinya. “Biar saja!” pikirnya, “Salah sendiri kenapa mereka punya sayap yang pendek dan badan yang kecil. Siapa cepat dia yang dapat.”

Tentu saja kesombongannya tidak disukai burung-burung lainnya. Mereka menganggap Kasuari sudah keterlaluan dan keangkuhannya harus segera dihentikan. Akhirnya para burung berkumpul untuk membahas masalah ini. Setelah berbagai cara diajukan akhirnya mereka sepakat untuk mengadakan perlombaan terbang. Namun ternyata sulit menemukan lawan yang sebanding dengan Kasuari. Tiba-tiba burung Dara Mahkota mengajukan diri untuk bertanding terbang dengan Kasuari. Meskipun banyak yang meragukan kemampuannya karena Dara Mahkota hanyalah burung kecil, tapi Dara Mahkota meyakinkan mereka bahwa dia mampu.

Mereka lalu mengirimkan tantangan tersebut kepada Kasuari. Kasuari yang sangat yakin dengan kemampuannya langsung menyanggupi tantangan tersebut tanpa repot-repot bertanya siapa lawannya. “Pertandingannya akan diadakan minggu depan dan akan disaksikan semua warga burung!” kata burung pipit. “Yang bisa terbang paling jauh dan lama yang menang.”

“Ya ampun…kalo begitu pasti aku yang menang. Di hutan ini tidak ada yang memiliki sayap selebar dan sekuat punyaku. Jadi pasti aku yang menang,” kata Kasuari pongah. “Tapi baiklah aku terima tantangannya, lumayan buat olahrga!”

Burung pipit sebal mendengar jawaban Kasuari, tapi dia tahan emosinya. “Tapi ada ketentuannya. Sebelum bertanding, peserta boleh saling mematahkan sayap lawannya,” kata pipit. Kasuari pun menyetujuinya tanpa ragu-ragu.

Seminggu kemudian, warga burung berkumpul untuk meyaksikan pertandingan terbang tersebut. Meski tidak terlalu yakin, mereka semua berharap Dara Mahkota akan memenangkan pertandingan tersebut. Diam-diam Dara Mahkota menyisipkan sebilah ranting di balik sayapnya. Kasuari yang baru mengetahui lawannya tertawa terbahak-bahak, “ini lawanku?” katanya sambil tertawa, “mimpi kali kamu ye…? Hei…burung kecil, sayapmu pendek mana bisa menang melawanku!”. Burng-burung kecil lainnya sebal menyaksikan tingkah Kasuari sementara Dara Mahkota hanya tersenyum menanggapinya.

Kini mereka siap bertanding. Kasuari maju untuk mematahkan sayap Dara Mahkota. KREK! Terdengar bunyi sayap patah. Dara Mahkota pura-pura menjerit kesakitan. Padahal sebenarnya bunyi tadi berasal dari ranting kering di bawah sayap Dara Mahkota yang patah. Kini giliran Dara Mahkota yang akan mematahkan sayap Kasuari. Dengan sekuat tenaga dia menekuk sayap Kasuari hingga terdengar bunyi KREKK yang keras. Kasuari menjerit kesakitan. Sayap Kasuari yang patah tergantung lemas. Tapi Kasuari yang sombong tetap yakin dirinya akan menang.

Sekarang mereka sudah siap untuk bertanding. Ketika aba-aba dibunyikan, Dara Mahkota dengan ringan melesat ke udara. Sayapnya mengepak dengan mudah membawa tubuhnya yang mungil terbang ke angkasa. Kasuari terkejut dan heran karena tadi dia mengira sayap Dara Mahkota telah patah. Dengan panik dia mencoba mengepakan sayapnya dan mencoba mengangkat tubuhnya ke atas. Tapi bukannya terbang tinggi, tubuhnya malah meluncur ke bawah dan jatuh berdebum di tanah. Semua burung bersorak senang sementara Kasuari terkulai lemas. Dengan perasaan malu dia meninggalkan tempat itu. Sejak saat itu Kasuari tidak pernah bisa terbang. Sayapnya yang dulu lebar dan kuat kini memendek karena sudah patah. Kini meski dia disebut burung namun dia hanya bisa berjalan dan mencari makan di tanah seperti binatang lain yang tidak memiliki sayap.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Hiu dan Lumba-lumba

Hiu dan Lumba-lumba
Cerita Dongeng Indonesia - Pada zaman dulu, di suatu pagi yang cerah, dikisahkan dua sekawan Ikan hiu dan ikan lumba-lumba. Mereka mempunyai perangai yang berbeda, namun mereka tetap bersahabat. Ikan hiu dikenal mempunyai sifat serakah, ganas, dan kejam. Berlawanan dengan sifat ikan lumba-lumba yang penyabar dan bijak. Walaupun demikian mereka selalu bersama bila mencari makan.

Suatu hari, mereka beriringan mencari makan di lautan yang dalam. Ikan lumba-lumba senang memangsa ikan-ikan yang kecil, sedangkan ikan hiu lebih suka memangsa ikan-ikan yang besar. Ikan hiu mempunyai nafsu makan yang luar biasa.

Walaupun telah mendapat ikan yang besar sekalipun, kadang ikan hiu masih suka menangkap mangsa yang lain. Bahkan seringkali ikan hiu tidak menghabiskan mangsanya, karena perutnya sudah tidak muat lagi untuk menampung.

Ketika sampai di sebuah tempat, mereka segera mengejar-ngejar mangsa yang berada di sekitarnya. Ikan hiu dengan buasnya melahap ikan-ikan yang besar, sedang ikan lumba-lumba hanya memangsa ikan-ikan kecil yang berada di dekatnya. Ikan lumba-lumba memang tidak berminat memakan ikan-ikan yang besar, walaupun sebenarnya mudah didapat.

Tanpa sepengetahuan ikan hiu dan ikan lumba-lumba, tiba-tiba saja sebuah perahu nelayan berada tepat di atas mereka. Di atas perahu itu nampak dua orang nelayan yang akan menjaring ikan. Tidak lama kemudian, kedua nelayan menebarkan jaring-jaring perangkapnya. Ikan hiu yang sedang memangsa ikan, terkejut melihat jaring-jaring yang ditebarkan nelayan itu. Namun dengan gerak cepat, ikan hiu dapat melesat dan menghindari jaring-jaring itu. “Awas lumba-lumba! Ada jaring perangkap!” teriak ikan hiu memperingatkan ikan lumba-lumba. Tetapi sayang, karena gerakan ikan lumba-lumba tidak cepat, ia terperangkap. “Tolong aku hiu! Aku terperangkap!” jerit ikan lumba-lumba meminta bantuan.

Ikan hiu mencoba memberikan pertolongan. Dengan gigi-giginya yang tajam ia berusaha memutuskan tali jaring-jaring perangkap itu. Tetapi usahanya sia-sia, karena kedua nelayan itu segera menarik jaring perangkapnya. Saat menarik hasil tangkapannya, kedua nelayan itu merasa keberatan. Dengan sekuat tenaga perlahan-lahan hasil tangkapan itu dapat ditarik. “Tampaknya hasil tangkapan kita banyak sekali hari ini!” ucap salah seorang nelayan dengan raut wajah gembira. “Ya, kelihatannya begitu. Beratnya dua kali lipat dari biasanya!” ujar nelayan yang satunya lagi. Lihat! Ada ikan yang besar sekali!” teriak salah seorang nelayan begitu melihat hasil tangkapannya di permukaan air. “Pantas saja berat sekali!” seru nelayan yang satunya lagi. Kemudian mereka mengangkat hasil tangkapannya itu ke atas perahu.”Akan kita apakan ikan yang besar ini?” tanya nelayan itu. “Sebaiknya kita jual saja bersama dengan ikan-ikan yang lain. Mungkin harganya lebih mahal!” jawab nelayan satunya. Mendengar dirinya akan dijual di pasar, ikan lumba-lumba hanya dapat menangis tersedu-sedu. Tubuhnya menggeliat kepanasan karena terik matahari yang mulai menyengat.

Kedua nelayan itu memperhatikan gerak-gerik ikan lumba-lumba yang menggeliat di atas perahu mereka. Kulitnya mulai mengering karena panasnya sinar matahari. Air mata ikan lumba-lumba mulai menetes dan membasahi seluruh tubuhnya. “Lihatlah! ikan besar itu menangis!” seru seorang nelayan. “Ya, tampaknya ikan itu sedih mendengar dirinya akan dijual di pasar.” Jawab nelayan yang satunya. “Bagaimana kalau ikan besar itu kita lepaskan kembali ke laut? Aku tidak tega melihat ikan ini menangis terus.” “Baiklah kalau begitu, akupun tidak tega menjual ikan sebesar ini ke pasar. Kalau begitu mari kita lepas ikan ini.” Ucap nelayan yang satu dengan hati terharu.

Mereka mengangkat dan melepaskan ikan lumba-lumba ke laut. Ikan lumba-lumba berhenti menangis, hatinya berubah gembira tak terkira karena selamat dan tidak jadi dijual oleh nelayan itu. Sebagai tanda terima kasihnya, ikan lumba-lumba berlompat-lompat di depan perahu mereka, dan bersiul tanda gembira. Kedua nelayan itupun senang dan tersenyum melihat ikan lumba-lumba tidak bersedih lagi. Kemudian nelayan itu pulang. “Hai hiu! Aku selamat!” sapa ikan lumba-lumba kepada ikan hiu dengan hati gembira. “Bagaimana kau bisa lolos?” tanya ikan hiu keheranan. “Nelayan-nelayan itu yang melepaskanku. Mereka itu baik hatinya. Mereka tidak sampai hati menjualku ke pasar. Padahal katanya, aku bisa dijual dengan harga mahal.” Cerita ikan lumba-lumba pada ikan hiu. “Ah tidak, nelayan-nelayan itu serakah! Seharusnya aku yang mendapatkan ikan-ikan besar tadi. Karena nelayan itu menjaringnya aku jadi tidak kebagian!” ujar ikan hiu dengan hati kesal. “Tidak kawan, nelayan itu tidak serakah. Kalau mereka serakah, pasti aku sudah dijualnya tadi.” Ucap ikan lumba-lumba menyangkal pendapat ikan hiu. “Tidak, aku tetap tidak suka dengan nelayan itu. Mereka tangkap semua ikan-ikan yang seharusnya menjadi bagianku. Kelak suatu saat, bila ada perahu nelayan yang hancur diterjang badai, aku akan memangsa mereka sebagai gantinya.” Demikian ikan hiu bersumpah. “Jangan kawan, janganlah kamu berbuat begitu. Kamulah yang sebenarnya serakah. Tidak puaskah kamu memakan ikan-ikan yang ada. Rasa-rasanya kita tidak akan kekurangan makanan, walaupun nelayan-nelayan itu menangkapi ikan-ikan di sini setiap hari.” Tutur ikan lumba-lumba menasihati. “Bila kelak ada manusia yang tertimpa musibah, aku pasti akan menolongya. Sebab aku merasa berhutang budi kepada nelayan yang telah menolongku. Aku tak akan melupakan budi baik mereka. Makanya aku berjanji akan selalu menolong manusia yang kesusahan.” Begitulah janji ikan lumba-lumba untuk membalas kebaikan manusia.

Sampai di sinilah kisah ikan hiu dan ikan lumba-lumba, dua tokoh yang berlainan sifatnya. Ikan hiu yang mempunyai sifat buruk merasa dendam dengan manusia, lantas dia membenci manusia. Sedangkan ikan lumba-lumba merasa berhutang budi kepada manusia, sehingga ikan lumba-lumba berjanji akan selalu menolong manusia yang tertimpa musibah.

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai  unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng.


Bende Wasiat

Bende Wasiat
Hai adik-adik yang pintar dan manis, bagaimana kabarnya hari ini? Tentu sedang sangat baik dan bahagia bukan?. Jumpa lagi dengan Kak Edi nih. Kali ini Kakak akan mendongeng tentang Kisah Bende Wasiat. Ikutin terus ya dongeng kak Edi di blog ini, blog Cerita Dongeng Indonesia Portal Edukasi yang berisi tentang Kumpulan Dongeng Anak Indonesia, Cerita Rakyat Indonesia, Cerita Binatang atau Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul dan Cerita Rakyat Nusantara. Tentu adik-adik sudah tidak sabaran ya untuk mendengar kisahnya? Baiklah mari kita langsung saja mulai mendongengnya supaya adik-adik tidak penasaran lagi. Ceritanya begini adik-adik, Pada zaman dulu, di suatu pagi yang cerah di tepi sebuah hutan belantara, tampak seekor Harimau sedang asyik bercermin di atas air sungai yang jernih sambil sesekali membasuh mukanya. “Hmm, ternyata macho dan gagah juga aku ini, tubuhku kuat berotot dan warna lorengku sangat indah, kuning keemasan berkilauan,” kata harimau dalam hati. Memang sudah tidak aneh lagi, arimaumemang terkenal sombong di hutan itu. Kesombongan harimau membuatnya suka memerintah dan berbuat semena-mena pada binatang lain yang lebih kecil dan lemah. Si kancil akhirnya tidak tahan lagi dengan sikap harimau. “Benar-benar keterlaluan si harimau !” kata Kancil menahan marah. “Dia mesti diberi pelajaran! Biar kapok! Sambil berpikir, di tengah jalan kancil bertemu dengan kelinci. Mereka berbincang-bincang tentang tingkah laku harimau dan mencoba mencari ide bagaimana cara membuat si harimau kapok dan tidak lagi semena-mena pada masyarakat hutan. Setelah lama terdiam, “Hmm, aku ada ide brilian nih,” kata si kancil tiba-tiba. “Tapi kau harus menolongku,” lanjut si kancil. “Begini, kau bilang pada harimau kalau aku telah menghajarmu karena telah menggangguku, dan katakan juga pada si harimau bahwa aku akan menghajar siapa saja yang berani menggangguku, termasuk harimau, karena aku sedang menjalankan tugas penting,” kata kancil pada kelinci. “Tugas penting apa, Cil?” tanya kelinci heran. ” Sudah, bilang saja begitu, kalau si harimau nanti mencariku, antarkan ia ke bawah pohon besar di ujung jalan itu. Aku akan menunggu Harimau disana.” Kata si kancil sambil menunjuk kearah pohon. “Tapi aku takut Cil, benar nih kamu sudah yakin kalau rencanamu akan berhasil?”, kata kelinci tampak meragukan rencana kancil. “Percayalah padaku, kalau gagal jangan sebut aku si kancil yang cerdik”.kata kancil meyakinkan si kelinci. “Iya, iya. Aku percaya, tapi kamu jangan sombong, nanti malah kamu jadi lebih sombong dari si harimau lagi.” “ye ilehhh… kamu kayak tidak tahu saya saja?” kata kancil.
Baca Cerita Dongeng Ini Selengkapnya :
Seperti yang diharapkan, harimau minta diantarkan ke tempat kancil berada. “Itu dia si Kancil!” kata Kelinci sambil menunjuk ke arah sebatang pohon besar di ujung jalan. “Kita hampir sampai, harimau. Aku takut, nanti jangan bilang si kancil kalau aku yang cerita padamu, nanti aku dihajar lagi,” kata kelinci. Si kelinci langsung berlari masuk dalam semak-semak pura-pura ketakutan pada si kancil. “Hai kancil!!! Kudengar kau mau menghajarku ya?” Tanya harimau sambil marah. “Jangan bicara keras-keras, aku sedang mendapat tugas penting”. “Tugas penting apa?”. Lalu Kancil menunjuk benda besar berbentuk bulat, yang tergantung pada dahan pohon di atasnya. “Aku harus menjaga bende wasiat itu.” Bende wasiat apa sih itu?” Tanya harimau heran. “Bende adalah semacam gong yang berukuran kecil, tapi bende ini bukan sembarang bende, kalau dipukul suaranya merdu sekali, tidak bisa terlukis dengan kata-kata. Harimau jadi penasaran. “Aku boleh tidak memukulnya?, siapa tahu kepalaku yang lagi pusing ini akan hilang setelah mendengar suara merdu dari bende itu.” “Jangan, jangan…!!!,” teriak Kancil melarang. Harimau terus membujuk si Kancil. Setelah agak lama berdebat, “Baiklah, tapi aku pergi dulu, jangan salahkan aku kalau terjadi apa-apa ya?”, kata si kancil. Setelah Kancil pergi, Harimau segera memanjat pohon dan memukul bende itu. Tapi yang terjadi…. Ternyata benda itu bukanlah sebuah bende, melainkan sarang lebah beracun yang cukup besar ! Nguuuung…nguuuung…..nguuuung tampak sekelompok lebah yang marah keluar dari sarangnya karena merasa diganggu. Lebah-lebah itu mengejar dan menyengat si harimau dengan ganasnya. “Tolong! Tolong!” teriak harimau kesakitan sambil berlari. Badanya tampak dipenuhi bentol besar dan merah. Ia terus berlari menuju ke sebuah sungai. Byuurrrr!... Harimau langsung melompat masuk ke dalam sungai. Ia akhirnya selamat dari serangan lebah yang lebih ganas. “Grrrr, awas kau Kancil!” teriak Harimau menahan marah. “Aku dibohongi lagi. Tapi pusingku kok menjadi hilang ya?”. Walaupun tidak mendengar suara merdu bende wasiat, harimau tidak terlalu kecewa, sebab kepalanya tidak pusing lagi. “Hahaha! Lihatlah Harimau yang gagah itu lari terbirit-birit disengat lebah,” kata kancil. “Binatang kecil dan lemah tidak selamanya kalah bukan?”. “Aku harap harimau bisa mengambil manfaat dari kejadian ini,” kata kelinci penuh harap.” Sementara harimau yang masih ngos-ngosan merangkak menepi dari sungai, dia berjalan masuk ke hutan sambil menahan sakit kena sengat lebah, sesekali dia menoleh ke arah kancil dan kelinci yang menatapnya dari kejauhan sambil cengengesan…

Baca juga cerita dongeng Fabel lainnya dengan KLIK DISINI

Demikianlah adik-adik cerita dongeng dari Kak Edi, semoga bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua untuk selalu berbuat baik. Sampai jumpa lagi di dongeng menarik lainnya, daa…daaa… Unsur intrinsik dari dongeng diatas adalah : Latar/seting tempat yaitu cerita tersebut terjadi di tepi hutan. Latar waktu yaitu terjadinya cerita di siang hari Tokoh dalam cerita adalah Harimau, Kelinci dan Kancil sebagai peran utamanya. Pesan moral/Amanat : Kita tidak boleh sombong walaupun kita hebat sekalipun, rendah hati dan saling menghormati adalah keharusan.
Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng. Dan pada kesempatan lain kakak berencana akan membuat contoh cerita bergambar untuk anak sd juga lho. Selain itu kakak juga akan mencoba membuat cerita dongeng bergambar pdf, Tunggu saja ya adik-adik.

Si Kancil dan Buaya


Si Kancil dan Buaya
Cerita Dongeng Indonesia adalah Portal Edukasi yang berisi tentang Kumpulan Dongeng Anak Bergambar Indonesia, Cerita Rakyat Indonesia, Cerita Binatang, Fabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul, Cerita Rakyat Nusantara dan Kumpulan Cerita Anak Indonesia

Hai adik-adik yang pintar, jumpa lagi dengan Kak Edi nih. Kali ini Kakak akan mendongeng tentang Kisah Si kancil yang cerdik dan seekor buaya. Ikutin terus ya dongeng kak Edi di blog ini, blog Cerita Dongeng Indonesia Portal Edukasi yang berisi tentang Kumpulan Dongeng Anak Bergambar Indonesia, Cerita Rakyat Indonesia, Cerita Binatang atauFabel, Hikayat, Legenda Indonesia, Dongeng Asal Usul dan Cerita Rakyat Nusantara. 

Baiklah adik-adik, yuk ita mulai saja dongengnya, Ceritanya begini : Pada zaman dulu, di suatu pagi yang cerah, Si Kancil, binatang yang terkenal cerdik itu, sedang berjalan-jalan di pinggir sebuah hutan. Dia hanya ingin mencari makan sambil menikmati udara segar, rasanya sudah lama juga dia tidak melihat matahari yang cerah bersinar. Di dalam hutan terlalu gelap, karena pohon-pohon sangat lebat dan rimbun. Dia ingin menghangatkan badan di bawah terik matahari. Di situ ada sungai yang airnya cukup dalam dan lebar. Setelah sekian lama berjemur, Si Kancil merasa perutnya lapar sekali, berulangkali perutnya berbunyi minta segera diisi.. Dia membayangkan betapa enaknya kalau ada makanan kesukaannya daun segar dan buah mentimun. Namun untk menemukan buah mentimun dan dedaunan segar kesukaanya itu dia harus menyeberangi sungai, bagaimana cara menyeberanginya ya? Sungai ini sangat deras dan sepertinya sangat dalam. Dia berfikir sejenak. Tiba-tiba dia melompat kegirangan, rupanya kali ini si Kancil menemukan ide untuk bisa menyeberangi sungai itu. Sambil melompat-lompat si kancil berteriak: 
 
“Buaya….buaya…. ayo keluar….. Aku punya sesuatu untukmu…!!” Begitu Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sungai yang dalam itu. Sekali lagi Kancil berteriak, kali ini suaranya lebih dikeraskan supaya didengar oleh kawanan buaya di sungai itu. “Buaya…buaya… ayo keluar… mau daging segar nggak nih?, saya membawa banyak” rayu si kancil. Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Huaahhhahaha… siapa yang teriak-teriak siang-siang begini.. mengganggu tidurku saja.” Gerutu si buaya besar yang tampak sudah tua. “Hei Kancil, diam kau.. kalau masih berisik terus, aku makan nanti kamu.” Kata buaya kedua yang juga muncul dari dalam air. “Wah…. bagus kalian mau keluar, mana yang lain kok cuma berdua saja?” kata Kancil kemudian. “Kalau cuma dua ekor masih sisa banyak nanti makanan ini. Ayo keluar semuaaa biar kebagian daging yang aku bawa nih…!” Kancil berteriak lagi. “Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya. “Begini, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat buaya-buaya di sungai ini,” makanya harus keluar semua biar daging yang aku bawa tidak mubadzir dan terisa,” lanjut kancil meyakinkan. Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil teman-temannya untuk keluar dan berkumpul. “Hei, teman-teman semua, mau makan gratis nggak? Ayo sini keluaaaar….cepat berkumpul …!” buaya tua rupanya sebagai pemimpin kawanan buaya di sungai tersebut. Ia berteriak memberikan komando. Tak berapa lama, bermunculanlah buaya-buaya dari dalam air. 
 
“Nah, untuk memastikan daging yang aku berikan tidak ada yang tersisa nantinya, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian para buaya pada baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana,” “Nanti aku akan menghitung satu persatu, masalahnya saya juga malu nantinya kalau dagingnya ternyata kurang.” Ujar si kancil tampak meyakinkan. Tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan. “Oke, sekarang aku akan mulai menghitung nih, awas jangan ada yang bergerak-gerak nanti malah rugi gak kena hitungan” kata Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama, sambil berteriak, “Satu….. dua….. tiga…..” begitu seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya dia sampai di seberang sungai. Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata menyeberangi sungai ini.” 
 
Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai teman-teman buaya, mohon maaf ya, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?” “Sebenarnya aku hanya ingin menyeberang sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat. Kalau begitu saya ucapkan terima kasih pada kalian, dan sekali lagi mohon maaf kalau aku mengerjai kalian,” kata Kancil. “Ha!….huaahh… sialan… Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Awas kamu ya.. kalau ketemu lagi saya makan kamu,” kata buaya-buaya itu geram. Si Kancil segera berlari menghilang di balik pohon, menuju kebun Pak Tani untuk mencari sayur segar dan mentimun buah kesukaanya. 

 

Baca juga Dongeng Fabel Lainnya dengan KLIK DISINI

 

Cerita Dongeng Indonesia memuat dengan lengkap unsur-unsur dan kaidah baku dalam menyajikan cerita dan dongeng, meliputi unsur Intrinsik Cerita Dongeng yaitu meliputi Tema Cerita Dongeng, Amanat/Pesan Moral Cerita Dongeng, Alur Cerita/Plot Cerita Dongeng, Perwatakan/Penokohan Cerita Dongeng, Latar/Setting Cerita Dongeng, serta Sudut pandang Cerita Dongeng. dan kadang disertai unsur Ekstrinsik Cerita atau Dongeng. 


Unsur intrinsik dari dongeng diatas adalah : 
  • Latar/seting tempat yaitu cerita tersebut terjadi di dalam hutan tepian sungai.
  • Latar waktu yaitu terjadinya cerita di siang hari ketika kancil habis berjemur di bawah sinar matahari. 
  • Pesan moral/Amanat : Pintar harus, tapi jangan suka membodohi orang lain, kita juga jangan terlalu lugu sehingga mudah dibodohi orang lain. Berbuatlah sesuatu yang tidak merugikan orang lain, jangan meniru si kancil yang membohongi buaya padahal buaya tidak sedang mengancam keselamatan si kancil. Ingat ya adik-adik, berbohong itu tidak boleh dan dilarang oleh Tuhan. 
 
Demikianlah adik-adik cerita dongeng dari Kak Edi, semoga bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua untuk selalu berbuat baik. Sampai jumpa lagi di dongeng menarik lainnya, daa…daaa…